Bupati sangkal sembrono copot Kasek SMA N 1 Jakenan
A
A
A
Sindonews.com - Terkait mantan Kepala Sekolah SMAN 1 Jakenan yang depresi usai dicopot dari jabatannya, Bupati Pati Haryanto menyangkal telah semena-mena mencopot Sukari.
Selasa (22/1/2013) siang, Haryanto langsung menggelar inspeksi mendadak (sidak) di SMA 1 Jakenan. Bupati sempat mengecek absensi seluruh tenaga pendidik yang mengabdi di SMA N 1 Jakenan, termasuk Sukari.
Sukari sendiri yang berada di ruang Bimbingan Konseling (BK) SMA N 1 Jakenan rupanya juga tak menyangka bakal disambangi oleh Bupati Haryanto. Awalnya, keduanya terlihat canggung. Namun lambat laun, ngobrol santai yang didampingi Kepala Bidang Pengembangan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PPAT) Dinas Pendidikan Kabupaten HR Ahmadi ini pun berjalan santai.
Dalam kesempatan itu, Sukari mencurahkan unek-uneknya terkait pencopotan jabatan kasek yang dialaminya. Sukari menganggap pencopotannya melalui SK Nomor 800/3515/2012 yang ditandatangani Bupati Haryanto merupakan bentuk kesewenang-wenangan. Ia menganggap proses pencopotan jabatan kasek itu tidak berdasar penilaian yang obyektif, namun karena faktor-faktor yang lain.
"Saya sekarang memang sudah masuk kerja, tapi masih agak sakit. Tapi yang pasti saya dapat informasi jika nilai Monitoring Evaluasi (ME) saya sengaja diturunkan sehingga saya dicopot. Padahal saya sudah berjasa membawa kemajuan SMA N 1 Jakenan. Saya juga tak segan-segan mengucurkan dana pribadi hingga puluhan juta untuk kepentingan sekolah," kata Sukari, di Pati, Selasa (22/1/2013).
Dalam kesempatan itu, Bupati Haryanto sempat menanyakan kesehatan Sukari. Haryanto juga bersyukur sebab saat ini Sukari sudah bisa beraktivitas lagi di sekolahan.
Haryanto mengatakan pihaknya bisa memaklumi apa yang saat ini dirasakan Sukari. Namun menurut Haryanto, proses pergantian jabatan kasek sekolah-sekolah yang ada di Pati dilakukan secara profesional dan obyektif.
"Saya ganti itu bukan hanya Pak Sukari saja, sebab kasek-kasek lainnya juga. Rekomendasi pergantian jabatan kasek itu sudah mengacu pada Permendiknas maupun Perbup. Jadi ini sesuatu yang wajar dalam sebuah organisasi," jelasnya.
Soal prestasi yang diklaim Sukari, menurut Haryanto hal itu adalah pencapaian yang sifatnya kolektif. Atau dengan kata lain prestasi itu bisa dicapai berkat kerja keras seluruh elemen yang ada di SMA N 1 Jakenan.
Soal kucuran dana hingga Rp80 juta dari dana pribadi Sukari, kata Haryanto juga sudah dikembalikan oleh pihak sekolah. Dalam kesempatan itu, Haryanto meminta kepada Sukari agar bisa bersabar. Sebab proses evaluasi terhadap kinerja tenaga pendidik maupun kasek di Pati tidak final namun terus berjalan.
Menurut Haryanto, meski tidak lagi menjabat sebagai Kasek SMA 1 Jakenan namun Sukari masih tercatat sebagai PNS. Praktis hingga kini selain mendapat gaji bulanan, Sukari juga masih menerima tunjangan sertifikasi tenaga kependidikan.
"Jadi pendapatannya masih tetap. Cuma tunjangan sekitar Rp250 ribu yang hilang karena tidak lagi menjabat kasek. Kalau saran saya yang sabar. Semua pasti ada hikmahnya," sebutnya.
Sementara itu, Kabid PPAT Disdik Pati HR Ahmadi mengatakan informasi soal penurunan nilai Sukari tidak benar. Sebab berdasar enam kompetensi yang dinilai, prestasi Sukari masih kalah dengan yang lain.
"Jadi semua sudah prosedural. Tidak ada itu penurunan nilai Pak Sukari sehingga ia dicopot dari jabatannya," tandasnya.
Selasa (22/1/2013) siang, Haryanto langsung menggelar inspeksi mendadak (sidak) di SMA 1 Jakenan. Bupati sempat mengecek absensi seluruh tenaga pendidik yang mengabdi di SMA N 1 Jakenan, termasuk Sukari.
Sukari sendiri yang berada di ruang Bimbingan Konseling (BK) SMA N 1 Jakenan rupanya juga tak menyangka bakal disambangi oleh Bupati Haryanto. Awalnya, keduanya terlihat canggung. Namun lambat laun, ngobrol santai yang didampingi Kepala Bidang Pengembangan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PPAT) Dinas Pendidikan Kabupaten HR Ahmadi ini pun berjalan santai.
Dalam kesempatan itu, Sukari mencurahkan unek-uneknya terkait pencopotan jabatan kasek yang dialaminya. Sukari menganggap pencopotannya melalui SK Nomor 800/3515/2012 yang ditandatangani Bupati Haryanto merupakan bentuk kesewenang-wenangan. Ia menganggap proses pencopotan jabatan kasek itu tidak berdasar penilaian yang obyektif, namun karena faktor-faktor yang lain.
"Saya sekarang memang sudah masuk kerja, tapi masih agak sakit. Tapi yang pasti saya dapat informasi jika nilai Monitoring Evaluasi (ME) saya sengaja diturunkan sehingga saya dicopot. Padahal saya sudah berjasa membawa kemajuan SMA N 1 Jakenan. Saya juga tak segan-segan mengucurkan dana pribadi hingga puluhan juta untuk kepentingan sekolah," kata Sukari, di Pati, Selasa (22/1/2013).
Dalam kesempatan itu, Bupati Haryanto sempat menanyakan kesehatan Sukari. Haryanto juga bersyukur sebab saat ini Sukari sudah bisa beraktivitas lagi di sekolahan.
Haryanto mengatakan pihaknya bisa memaklumi apa yang saat ini dirasakan Sukari. Namun menurut Haryanto, proses pergantian jabatan kasek sekolah-sekolah yang ada di Pati dilakukan secara profesional dan obyektif.
"Saya ganti itu bukan hanya Pak Sukari saja, sebab kasek-kasek lainnya juga. Rekomendasi pergantian jabatan kasek itu sudah mengacu pada Permendiknas maupun Perbup. Jadi ini sesuatu yang wajar dalam sebuah organisasi," jelasnya.
Soal prestasi yang diklaim Sukari, menurut Haryanto hal itu adalah pencapaian yang sifatnya kolektif. Atau dengan kata lain prestasi itu bisa dicapai berkat kerja keras seluruh elemen yang ada di SMA N 1 Jakenan.
Soal kucuran dana hingga Rp80 juta dari dana pribadi Sukari, kata Haryanto juga sudah dikembalikan oleh pihak sekolah. Dalam kesempatan itu, Haryanto meminta kepada Sukari agar bisa bersabar. Sebab proses evaluasi terhadap kinerja tenaga pendidik maupun kasek di Pati tidak final namun terus berjalan.
Menurut Haryanto, meski tidak lagi menjabat sebagai Kasek SMA 1 Jakenan namun Sukari masih tercatat sebagai PNS. Praktis hingga kini selain mendapat gaji bulanan, Sukari juga masih menerima tunjangan sertifikasi tenaga kependidikan.
"Jadi pendapatannya masih tetap. Cuma tunjangan sekitar Rp250 ribu yang hilang karena tidak lagi menjabat kasek. Kalau saran saya yang sabar. Semua pasti ada hikmahnya," sebutnya.
Sementara itu, Kabid PPAT Disdik Pati HR Ahmadi mengatakan informasi soal penurunan nilai Sukari tidak benar. Sebab berdasar enam kompetensi yang dinilai, prestasi Sukari masih kalah dengan yang lain.
"Jadi semua sudah prosedural. Tidak ada itu penurunan nilai Pak Sukari sehingga ia dicopot dari jabatannya," tandasnya.
(ysw)