Anak gizi buruk, istri gangguan mental, rumah disapu ombak
A
A
A
Sindonews.com - Jumanis(8 bulan) saat ini masih terbaring lemah si salah satu tempat kamar ticur di kamar nomor 6, ruang Flamboyan, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pangkep, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Jumanis terdeteksi menderita gizi buruk. Bayi asal Pulau Pajenekang, Desa Mattiro Decceng, Kecamatan Liukang Tupabiring, Kabupaten Pangkep, pertama kali dirawat sejak Jumat 11 Januari 2013 lalu. Dia dibawa ke RSUD Pangkep, oleh salah seorang bidan pulau.
Saat ditemui di ruang perawatan anak Flamboyan kamar VI, tubuh kecil Jumanis masih terpasang infus. Bahkan salah satu perawat jaga pun memberikan susu melalui selang.
Ayah Jumanis, Sabang Sari (70) mengatakan, kondisi awal anaknya sangat baik. Namun karena kondisi ekonomi mereka yang terbatas, maka pemberian makanan laik pun tak bisa dia berikan kepada anak pertamanya tersebut.
Wartawan sempat menemui hambatan berkomunikasi dengan kedua orangtua Jumanis, sebab keduanya tidak bisa berbahasa Indonesia. Percakapan itu perlahan mulai membaik dengan bantuan salah satu bantuan penjaga pasien lainnya.
"Waktu lahir berat badannya normal. Namun diakuinya asupan gizi diberikan terbatas. Apa lagi istri saya juga Ju'da (40) mengalami keterbelakangan mental. Sehingga dia kurang paham dalam memenuhi asupan gizi sang bayi. Sehingga dengan bantuan seorang bidan di Pulau Paje'nekang, Jumanis, dibawa ke sini," ungkapnya dalam bahasa Makassar, di RSUD Pangkep, Senin (14/1/2013).
Belum lagi anaknya sembuh, Sabangsari yang berprofesi sebagai nelayan ini juga ditimpa masalah lain. Dia mengakui, saat ini rumahnya yang berada di pulau Pangkajene yang baru dirikan setelah menikah hilang tersapu ombak yang menerjang pulau tersebut.
"Kami juga bingung, kalau anak kami ini sehat dia akan dibawa kemana? Karena rumah kami di pulau sudah hilang. Tapi saya pasrah atas apa yang terjadi pada keluarga," kisahnya.
Menurut perawat ruang perawatan Flamboyan, Rudi, saat pertama kali Jumanis dibawa ke RSUD Pangkep, kondisi sudah melemah, dengan berat badan hanya 3,5 Kg. Padahal usianya sudah delapan bulan. Menurut Rudi, berat badan ideal untuk seusia Jumanis harusnya delapan hingga sembilan kilogram.
"Sesuai diagnosa dokter, Jumanis positif mengidap mal nutrisi, namun belum mencapai tahap gizi buruk. Jadi memang pemenuhan nutrisi ini anak kurang. Maka kami tindaki dengan pemberian susu prenan. Susu Prenan memang susu bayi khusus pemenuhan nutrisi. Juga untuk menaikkan berat badan," jelasnya.
Dia menambahkan pemberian susu Prenan pada Jumanis terpaksa melalui maslang (selang makanan). Setiap hari susu diberikan sepuluh kali dengan kadar 30 cc.
"Namun setelah dirawat kurang lebih empat hari terakhir, fisik Jumanis terlihat ada perkembangan dibandingkan pertama kali dia kesini," tutup Rudi.
Jumanis terdeteksi menderita gizi buruk. Bayi asal Pulau Pajenekang, Desa Mattiro Decceng, Kecamatan Liukang Tupabiring, Kabupaten Pangkep, pertama kali dirawat sejak Jumat 11 Januari 2013 lalu. Dia dibawa ke RSUD Pangkep, oleh salah seorang bidan pulau.
Saat ditemui di ruang perawatan anak Flamboyan kamar VI, tubuh kecil Jumanis masih terpasang infus. Bahkan salah satu perawat jaga pun memberikan susu melalui selang.
Ayah Jumanis, Sabang Sari (70) mengatakan, kondisi awal anaknya sangat baik. Namun karena kondisi ekonomi mereka yang terbatas, maka pemberian makanan laik pun tak bisa dia berikan kepada anak pertamanya tersebut.
Wartawan sempat menemui hambatan berkomunikasi dengan kedua orangtua Jumanis, sebab keduanya tidak bisa berbahasa Indonesia. Percakapan itu perlahan mulai membaik dengan bantuan salah satu bantuan penjaga pasien lainnya.
"Waktu lahir berat badannya normal. Namun diakuinya asupan gizi diberikan terbatas. Apa lagi istri saya juga Ju'da (40) mengalami keterbelakangan mental. Sehingga dia kurang paham dalam memenuhi asupan gizi sang bayi. Sehingga dengan bantuan seorang bidan di Pulau Paje'nekang, Jumanis, dibawa ke sini," ungkapnya dalam bahasa Makassar, di RSUD Pangkep, Senin (14/1/2013).
Belum lagi anaknya sembuh, Sabangsari yang berprofesi sebagai nelayan ini juga ditimpa masalah lain. Dia mengakui, saat ini rumahnya yang berada di pulau Pangkajene yang baru dirikan setelah menikah hilang tersapu ombak yang menerjang pulau tersebut.
"Kami juga bingung, kalau anak kami ini sehat dia akan dibawa kemana? Karena rumah kami di pulau sudah hilang. Tapi saya pasrah atas apa yang terjadi pada keluarga," kisahnya.
Menurut perawat ruang perawatan Flamboyan, Rudi, saat pertama kali Jumanis dibawa ke RSUD Pangkep, kondisi sudah melemah, dengan berat badan hanya 3,5 Kg. Padahal usianya sudah delapan bulan. Menurut Rudi, berat badan ideal untuk seusia Jumanis harusnya delapan hingga sembilan kilogram.
"Sesuai diagnosa dokter, Jumanis positif mengidap mal nutrisi, namun belum mencapai tahap gizi buruk. Jadi memang pemenuhan nutrisi ini anak kurang. Maka kami tindaki dengan pemberian susu prenan. Susu Prenan memang susu bayi khusus pemenuhan nutrisi. Juga untuk menaikkan berat badan," jelasnya.
Dia menambahkan pemberian susu Prenan pada Jumanis terpaksa melalui maslang (selang makanan). Setiap hari susu diberikan sepuluh kali dengan kadar 30 cc.
"Namun setelah dirawat kurang lebih empat hari terakhir, fisik Jumanis terlihat ada perkembangan dibandingkan pertama kali dia kesini," tutup Rudi.
(rsa)