Ombak tinggi ancam nyawa, nelayan pilih libur

Jum'at, 11 Januari 2013 - 07:36 WIB
Ombak tinggi ancam nyawa, nelayan pilih libur
Ombak tinggi ancam nyawa, nelayan pilih libur
A A A
Sindonews.com - Ratusan nelayan di Kota Tegal mogok melaut lantaran takut dengan bahaya ombak tinggi akan mengancam nyawa mereka. Ketinggian ombak saat ini melebihi tinggi hari biasa yakni mencapai hampir tiga meter.

Sedangkan saat hari biasa ketinggian ombak berkisar 0-1 meter. Tentu saja kondisi demikian membuat nelayan waswas dan memilih tidak melaut serta menyandarkan kapalnya di pinggiran muara.

Tasman, salah seorang pengurus DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Tegal dmengatakan, ombak tinggi sekarang mulai melanda Laut Jawa. Dengan ketinggian ombak berkisar hingga mencapai tiga meter. Kondisi itu datang seiring masuknya musim angin barat.

"Saat musim barat. Ketinggian ombak memang kerap terjadi. Itu membuat hampir sebagian besar nelayan tidak ada yang melaut. Nelayan takut tersapu gelombang tinggi," kata Tasman di Tegal, Jawa Tengah, Jumat (11/1/2013).

Kalaupun ada yang nekat melaut, jarak melautnya tidak sampai ke tengah laut, atau hanya berada di laut yang termasuk pinggiran. Sebab, ombak di pinggir tidak begitu tinggi, namun saat di tengah laut bisa mencapai hampir tiga meter.

Bahkan, dirinya mendapatkan kabar kalau beberapa kapal warga setempat terpaksa berlindung atau tertahan di pulau yang berada di tengah, yakni pulau yang menghubungkan antara Pulau Jawa dan Kalimantan.

"Kalau tidak berlindung, nelayan takut terancam bahaya ombak tinggi," terangnya.

Beberapa perjalanan kapal juga mengalami kemoloran. Misalnya, kapal yang menempuh dari Pulau Bawean ke Tegal terpaksa mengalami kemoloran waktu tempuh. Yang mana saat ombak normal bisa ditempuh satu hingga hari. Tapi sekarang bisa sampai tujuh hari atau lebih.

Berdasarkan pengalamannya yang lebih dari 30 tahun menjadi nelayan, kondisi angin musim barat memang mengakibatkan ombak tinggi. Ombak itu bisa mencapai hampir lima meter manakala telah masuk musim barat di bulan kedua.

Kondisi ombak tinggi selain berakibat mogoknya kegiatan melaut, kapal yang masuk ke pelabuhan setempat juga sedikit. Tercatat baru ada kapal yang masuk pelabuhan. Saat ini yang masuk ke pelabuhan sepi.

"Padahal biasanya saat ini ramai. Tapi ini hanya sampai 4 kapal. Kalau normal bisa 10 kapal. Mereka yang mau masuk terhalang gelombang," katanya.

Salah seorang nelayan di Muarareja Tegal, Kasidin, (35) mengatakan, nelayan di tempatnya hampir seluruhnya tidak ada yang melaut. Mereka terpaksa mogok kerja karena ombak tinggi bisa membahayakan keselamatan.

"Beberapa hari lalu saya melaut hanya dua hari. Padahal nelayan badong atau rajungan seperti saya biasa melaut setidaknya tuju hari. Kalau berangkat dua hari rugi, karena tidak menutup modal yang totalnya bisa sampai Rp3 juta," terangnya.

Pemerintah daerah setempat sebelumnya juga menyampaikan agar nelayan bisa menyiasati sendiri terkait masuknya musim angin barat yang membuat paceklik. Sebab, musim angin barat merupakan siklus alam.

"Kami belum bisa menyediakan bantuan paceklik. Harusnya nelayan bisa menyiasati sendiri," teran Wali Kota Tegal Ikmal Jaya.

Dari rilis yang bersumber dari Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika Balai Besar Wilayah II Stasiun Meteorologi Tegal memprakirakan, gelombang dengan ketinggian lebih dari tiga meter masih berpeluang terjadi di Laut Jawa. Dengan kecepatan angin 05-35 Km per jam.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8089 seconds (0.1#10.140)