Blitar diserbu wabah lalat
A
A
A
Sindonews.com - Wabah lalat menyerbu sebelah utara wilayah Kabupaten Blitar. Sebagai fenomena baru, datangnya serangga yang berasal dari sub ordo Cyclorrapha ordo Diptera itu menimbulkan keresahan masyarakat setempat. Seperti di wilayah Dusun Kedawung, Desa Kedawung, Kecamatan Nglegok.
Kebanyakan warga resah jika wabah lalat tersebut akan mendatangkan penyakit kulit kepada masyarakat.
“Sebab tidak sedikit warga yang mengeluh gatal setelah dihinggapi. Selain itu banyaknya lalat menimbulkan rasa jijik,“ tutur seorang warga Sugi (40), Jumat (4/1/2013).
Menurutnya, kedatangan wabah lalat ini sudah terjadi sejak dua hari terakhir. Bagi permukiman yang berhimpitan dengan peternakan ayam (petelur) fenomena itu bukan hal baru. Sebab serangga yang dianugerahi mata majemuk dengan ribuan lensa tersebut “memiliki” kotoran ayam sebagai media perkembangbiakan.
Namun, kata Sugi daerah Kedawung bukan area peternakan ayam. Secara ekologis, memang tidak sedikit sapi. Namun populasi yang ada di Desa Kedawung bukan golongan peternakan.
“Kalau memang penyebabnya sapi, tentu dari dulu sudah ada wabah lalat seperti sekarang ini, “terangnya.
Kecurigaan warga hanya pada musim buah-buahan. Namun kendati demikian, banyaknya lalat yang datang tidak sedahsyat saat ini.
Seorang warga lain Giarti (35) mengaku, hampir tidak berani menempatkan makanan dalam kondisi terbuka. Namun masih banyak warga yang berkesadaran rendah membiarkan makananya disinggahi lalat.
“Tentunya ini tidak bisa dibiarkan. Secara kesehatan berbahaya. Sebab lalat bisa membawa penyakit," jelasnya.
Untuk meminimalisasi wabah, warga berupaya melakukan penyemprotan dengan obat seadanya. Namun apa yang dilakukan warga belum mampu mengurangi wabah. Serangga yang secara fisik serupa lalat buah itu tetap berkembang dengan pesat.
“Jika memang keadaan tidak berubah, kami berencana melaporkan wabah ini ke pemerintah, “pungkasnya.
Sementara itu, Dinas Kesehatan setempat hingga kini belum mau berkomentar atas fenomena tersebut. Namun Kepala Bagian (Kabag) Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blitar Joni Setiyawan mengatakan akan berkoordinasi dengan dinas terkait.
“Kita akan koordinasi dengan dinas terkait. Sesuai prosedur yang berlaku, kita akan melakukan cek lapangan. Apakah ini wabah dengan jenis baru atau memang lalat biasa namun populasinya yang lebih tinggi,“ ujarnya singkat.
Kebanyakan warga resah jika wabah lalat tersebut akan mendatangkan penyakit kulit kepada masyarakat.
“Sebab tidak sedikit warga yang mengeluh gatal setelah dihinggapi. Selain itu banyaknya lalat menimbulkan rasa jijik,“ tutur seorang warga Sugi (40), Jumat (4/1/2013).
Menurutnya, kedatangan wabah lalat ini sudah terjadi sejak dua hari terakhir. Bagi permukiman yang berhimpitan dengan peternakan ayam (petelur) fenomena itu bukan hal baru. Sebab serangga yang dianugerahi mata majemuk dengan ribuan lensa tersebut “memiliki” kotoran ayam sebagai media perkembangbiakan.
Namun, kata Sugi daerah Kedawung bukan area peternakan ayam. Secara ekologis, memang tidak sedikit sapi. Namun populasi yang ada di Desa Kedawung bukan golongan peternakan.
“Kalau memang penyebabnya sapi, tentu dari dulu sudah ada wabah lalat seperti sekarang ini, “terangnya.
Kecurigaan warga hanya pada musim buah-buahan. Namun kendati demikian, banyaknya lalat yang datang tidak sedahsyat saat ini.
Seorang warga lain Giarti (35) mengaku, hampir tidak berani menempatkan makanan dalam kondisi terbuka. Namun masih banyak warga yang berkesadaran rendah membiarkan makananya disinggahi lalat.
“Tentunya ini tidak bisa dibiarkan. Secara kesehatan berbahaya. Sebab lalat bisa membawa penyakit," jelasnya.
Untuk meminimalisasi wabah, warga berupaya melakukan penyemprotan dengan obat seadanya. Namun apa yang dilakukan warga belum mampu mengurangi wabah. Serangga yang secara fisik serupa lalat buah itu tetap berkembang dengan pesat.
“Jika memang keadaan tidak berubah, kami berencana melaporkan wabah ini ke pemerintah, “pungkasnya.
Sementara itu, Dinas Kesehatan setempat hingga kini belum mau berkomentar atas fenomena tersebut. Namun Kepala Bagian (Kabag) Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blitar Joni Setiyawan mengatakan akan berkoordinasi dengan dinas terkait.
“Kita akan koordinasi dengan dinas terkait. Sesuai prosedur yang berlaku, kita akan melakukan cek lapangan. Apakah ini wabah dengan jenis baru atau memang lalat biasa namun populasinya yang lebih tinggi,“ ujarnya singkat.
(rsa)