Tekan angka kematian bayi, Garut alokasikan Rp10 M
Senin, 03 Desember 2012 - 04:04 WIB

Tekan angka kematian bayi, Garut alokasikan Rp10 M
A
A
A
Sindonews,com – Pemkab Garut alokasikan dana sebesar Rp10 miliar untuk meningkatkan angka harapan hidup (AHH). Dana yang rencananya diambil dari APBD Kabupaten Garut Tahun Anggaran 2013 tersebut salah satunya akan digunakan untuk menekan tingginya laju kematian bayi dan ibu hamil.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Garut Widiyana CES mengatakan, masih belum tercapainya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di sektor kesehatan menjadi dasar pelaksanaan program AHH di 2013 mendatangq. IPM Kabupaten Garut di sektor kesehatan masih berada di level 67,67, dari apa yang ditargetkan Pemprov Jabar sebesar 72,00.
“Tema pembangunan Garut di 2013 adalah menurunkan angka kematian bayi dan ibu hamil. Tingginya angka ini di setiap tahunnya menjadi penghambat pencapai AHH,” katanya kepada SINDO, Minggu (2/12/2012).
Dijelaskan Widiyana, besarnya kasus kematian bayi disebabkan oleh faktor kurangnya asupan gizi selama ibu hamil. Sedangkan tingginya kematian ibu hamil disebabkan oleh masih minimnya tingkat kesejahteraan keluarga dan buruknya infrastruktur jalan saat akan diakses menuju lokasi persalinan.
“Dana Rp10 miliar itu akan digunakan untuk meng-cover keseluruhan program AHH. Dari pengalaman sebagian besar kasus, buruknya infrastruktur jalan juga menjadi pemicu,” paparnya.
Lebih jauh diterangkan Widiyana, faktor pengetahuan ibu hamil di pelosok yang sebagian besar masih mengandalkan proses kelahiran dengan cara tradisional cukup menyumbang tingginya angka kematian. Kondisi ini, diperparah lagi dengan rendahnya tingkat kesejahteraan para ibu hamil.
“Makanya, program ini sifatnya multi sektor. Peningkatan AHH bukan hanya harus ditunjang secara medis, melainkan juga pembenahan dari segi pengetahuan atau wawasan, perbaikan infrastruktur, dan pemantauan yang melibatkan sejumlah tenaga medis di tingkat kecamatan,” terangnya.
Sejumlah dinas dan instansi di Kabupaten Garut akan dilibatkan dalam pelaksanaan progam AHH tersebut. Widiyana menyebutkan, sejumlah dinas ini adalah Dinas Tata Ruang dan Permukiman (Distarkim), Dinas Kesehatan (Dinkes), BPMPD, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakersostrans), Puskesmas, BKKBN, Posyandu, dan lainnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Sosial dan Budaya Bappeda Kabupaten Garut Ita Rosita mengatakan, upaya menekan tingginya angka kematian bayi yang lazim disebabkan oleh kekurangan gizi adalah dengan pemberian asupan makanan tambahan. Dari total anggaran sebesar Rp10 miliar, dana sebesar Rp300 juta akan dialokasikan untuk program makanan tambahan.
“Selain kita fokus pada ibu hamil yang kekurangan gizi, pemberian makanan juga akan diberikan untuk anak yang usia 6 bulan sampai 5 tahun. Untuk anak usia 0-6 bulan, akan kami himbau melalui para kader agar selalu diberikan ASI eksklusif,” katanya.
Sebagai langkah awal, program pemberian makanan tambahan akan dilakukan di 10 kecamatan dari total 42 kecamatan di Kabupaten Garut. Ke-10 Kecamatan ini diprioritaskan karena angka kematian bayi dan ibu hamil cukup tinggi.
“Program ini sebagian besar dilakukan di kawasan Garut Selatan yang menjadi prioritas. Pemerintah akan terus memantau dan mengevaluasinya,” tandasnya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Garut Widiyana CES mengatakan, masih belum tercapainya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di sektor kesehatan menjadi dasar pelaksanaan program AHH di 2013 mendatangq. IPM Kabupaten Garut di sektor kesehatan masih berada di level 67,67, dari apa yang ditargetkan Pemprov Jabar sebesar 72,00.
“Tema pembangunan Garut di 2013 adalah menurunkan angka kematian bayi dan ibu hamil. Tingginya angka ini di setiap tahunnya menjadi penghambat pencapai AHH,” katanya kepada SINDO, Minggu (2/12/2012).
Dijelaskan Widiyana, besarnya kasus kematian bayi disebabkan oleh faktor kurangnya asupan gizi selama ibu hamil. Sedangkan tingginya kematian ibu hamil disebabkan oleh masih minimnya tingkat kesejahteraan keluarga dan buruknya infrastruktur jalan saat akan diakses menuju lokasi persalinan.
“Dana Rp10 miliar itu akan digunakan untuk meng-cover keseluruhan program AHH. Dari pengalaman sebagian besar kasus, buruknya infrastruktur jalan juga menjadi pemicu,” paparnya.
Lebih jauh diterangkan Widiyana, faktor pengetahuan ibu hamil di pelosok yang sebagian besar masih mengandalkan proses kelahiran dengan cara tradisional cukup menyumbang tingginya angka kematian. Kondisi ini, diperparah lagi dengan rendahnya tingkat kesejahteraan para ibu hamil.
“Makanya, program ini sifatnya multi sektor. Peningkatan AHH bukan hanya harus ditunjang secara medis, melainkan juga pembenahan dari segi pengetahuan atau wawasan, perbaikan infrastruktur, dan pemantauan yang melibatkan sejumlah tenaga medis di tingkat kecamatan,” terangnya.
Sejumlah dinas dan instansi di Kabupaten Garut akan dilibatkan dalam pelaksanaan progam AHH tersebut. Widiyana menyebutkan, sejumlah dinas ini adalah Dinas Tata Ruang dan Permukiman (Distarkim), Dinas Kesehatan (Dinkes), BPMPD, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakersostrans), Puskesmas, BKKBN, Posyandu, dan lainnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Sosial dan Budaya Bappeda Kabupaten Garut Ita Rosita mengatakan, upaya menekan tingginya angka kematian bayi yang lazim disebabkan oleh kekurangan gizi adalah dengan pemberian asupan makanan tambahan. Dari total anggaran sebesar Rp10 miliar, dana sebesar Rp300 juta akan dialokasikan untuk program makanan tambahan.
“Selain kita fokus pada ibu hamil yang kekurangan gizi, pemberian makanan juga akan diberikan untuk anak yang usia 6 bulan sampai 5 tahun. Untuk anak usia 0-6 bulan, akan kami himbau melalui para kader agar selalu diberikan ASI eksklusif,” katanya.
Sebagai langkah awal, program pemberian makanan tambahan akan dilakukan di 10 kecamatan dari total 42 kecamatan di Kabupaten Garut. Ke-10 Kecamatan ini diprioritaskan karena angka kematian bayi dan ibu hamil cukup tinggi.
“Program ini sebagian besar dilakukan di kawasan Garut Selatan yang menjadi prioritas. Pemerintah akan terus memantau dan mengevaluasinya,” tandasnya.
(ysw)