Geng motor Brigez keroyok tukang becak & anaknya
Senin, 05 November 2012 - 14:44 WIB

Geng motor Brigez keroyok tukang becak & anaknya
A
A
A
Sindonews.com - Berandal bermotor kembali berulah. Seorang tukang becak, Mahfud (49), dan anaknya Fauzi Muttaqin (21), dianiaya hingga mengalami luka serius di Jalan Cimanuk, kawasan Desa Jayaraga, Kecamatan Tarogong Kidul.
Kedua warga Kampung Mekarsari, Desa Jayaraga, Kecamatan Tarogong Kidul ini mengaku, tidak mengetahui alasan puluhan berandal ini menyerang mereka. Akibat serangan membabi buta brandal tersebut, lengan dan kaki kanan Mahfud mengalami luka sobek, karena disabet golok.
“Saya mencoba menangkis sabetan golok ke arah kepala. Saya menangkisnya dengan tangan dan kaki. Sedangkan anak saya, Fauzi, jari tengah tangan kanannya putus karena mencoba melawan mereka,” kata Mahfud saat ditemui di ruang IGD RSUD dr Slamet Garut, Senin (5/11/2012).
Dituturkan Mahfud, peristiwa itu dimulai saat dirinya mengangkut toge dalam jumlah yang banyak, untuk dikirimkan ke salah satu kios sayuran di Pasar Guntur Ciawitali Garut. Karena pada malam itu hujan, dia pun kemudian meminta tolong kepada anaknya untuk membawakan helm.
“Tak lama setelah di SMS, anak saya datang membawa helm dari rumah. Helm itu digunakan agar air tidak membasahi kepala saat saya sedang mengayuh becak. Belum sampai lima meter becak berjalan, mereka tiba-tiba datang menyerang,” ungkapnya.
Menurut Mahfud, puluhan berandal ini membawa berbagai senjata tajam seperti golok, samurai, kampak, hingga linggis. Tidak hanya menggunakan belasan sepeda motor, beberapa di antara mereka tampak berjalan kaki.
“Saya dipukuli hingga tersungkur jatuh dari becak. Saya sangat marah saat melihat Fauzi yang saat itu menolong malah ikut dipukuli oleh 10 orang. Saya langsung mengambil balok kayu yang ada di pinggiran jalan. Melihat saya marah dan melawan, mereka kabur," terangnya.
Di waktu yang sama, ada petugas berpakaian preman menangkap salah satu diantara mereka. Dari pengakuan salah satu orang yang menyerang korban, mereka dari anggota geng motor Brigez.
Setelah puluhan berandal itu melarikan diri, Mahfud kemudian membawa Fauzi yang mengalami pendarahan hebat ke rumah sakit dengan becaknya. Dia pun segera melaporkan peristiwa tersebut ke Mapolres Garut seusai menjalani visum. “Mereka masih muda. Rata-rata berandal penyerang kami berusia antara 20 hingga 25 tahunan,” ujarnya.
Mahfud berharap, aparat kepolisian dapat segera menangkap para pelaku penyerangan. Dia juga meminta agar para pelakunya diberi hukuman berat untuk efek jera.
“Saya sangat ingin agar para berandal bermotor di Garut ditumpas. Pasalnya, aksi kebrutalan mereka telah sering meresahkan warga,” jelasnya.
Sama seperti ayahnya, Fauzi mengaku tidak mengetahui alasan penyerangan yang menimpa mereka berdua. “Ayah saya selama ini tidak pernah memiliki masalah. Apalagi dengan mereka, kami tidak mengenalinya. Pada malam itu, saya benar-benar ingin membela ayah saya yang sedang dipukuli,” katanya.
Sementara itu, di tempat tepisah Kasat Reskrim Polres Garut AKP Mikranuddin membenarkan terlah terjadi penyerangan yang dilakukan sekelompok pemuda di Jalan Cimanuk kawasan Desa Jayaraga. Namun menurut dia, peristiwa itu belum bisa dikategorikan sebagai aksi penganiayaan yang dilakukan oleh geng motor.
“Apakah murni individu atau kelompok, kita belum tahu. Belum ada alat bukti yang mengarah ke salah satu geng motor. Kasusnya masih kita selidiki dan dikembangkan,” jelasnya.
Kendati demikian, Mikra memastikan aksi brutal yang dilakukan merupakan tindak penganiayaan. Para pelaku atas tindakan tersebut telah melanggar Pasal 351 tentang penganiayaan dengan ancaman hukuman di atas 5 tahun penjara.
Kedua warga Kampung Mekarsari, Desa Jayaraga, Kecamatan Tarogong Kidul ini mengaku, tidak mengetahui alasan puluhan berandal ini menyerang mereka. Akibat serangan membabi buta brandal tersebut, lengan dan kaki kanan Mahfud mengalami luka sobek, karena disabet golok.
“Saya mencoba menangkis sabetan golok ke arah kepala. Saya menangkisnya dengan tangan dan kaki. Sedangkan anak saya, Fauzi, jari tengah tangan kanannya putus karena mencoba melawan mereka,” kata Mahfud saat ditemui di ruang IGD RSUD dr Slamet Garut, Senin (5/11/2012).
Dituturkan Mahfud, peristiwa itu dimulai saat dirinya mengangkut toge dalam jumlah yang banyak, untuk dikirimkan ke salah satu kios sayuran di Pasar Guntur Ciawitali Garut. Karena pada malam itu hujan, dia pun kemudian meminta tolong kepada anaknya untuk membawakan helm.
“Tak lama setelah di SMS, anak saya datang membawa helm dari rumah. Helm itu digunakan agar air tidak membasahi kepala saat saya sedang mengayuh becak. Belum sampai lima meter becak berjalan, mereka tiba-tiba datang menyerang,” ungkapnya.
Menurut Mahfud, puluhan berandal ini membawa berbagai senjata tajam seperti golok, samurai, kampak, hingga linggis. Tidak hanya menggunakan belasan sepeda motor, beberapa di antara mereka tampak berjalan kaki.
“Saya dipukuli hingga tersungkur jatuh dari becak. Saya sangat marah saat melihat Fauzi yang saat itu menolong malah ikut dipukuli oleh 10 orang. Saya langsung mengambil balok kayu yang ada di pinggiran jalan. Melihat saya marah dan melawan, mereka kabur," terangnya.
Di waktu yang sama, ada petugas berpakaian preman menangkap salah satu diantara mereka. Dari pengakuan salah satu orang yang menyerang korban, mereka dari anggota geng motor Brigez.
Setelah puluhan berandal itu melarikan diri, Mahfud kemudian membawa Fauzi yang mengalami pendarahan hebat ke rumah sakit dengan becaknya. Dia pun segera melaporkan peristiwa tersebut ke Mapolres Garut seusai menjalani visum. “Mereka masih muda. Rata-rata berandal penyerang kami berusia antara 20 hingga 25 tahunan,” ujarnya.
Mahfud berharap, aparat kepolisian dapat segera menangkap para pelaku penyerangan. Dia juga meminta agar para pelakunya diberi hukuman berat untuk efek jera.
“Saya sangat ingin agar para berandal bermotor di Garut ditumpas. Pasalnya, aksi kebrutalan mereka telah sering meresahkan warga,” jelasnya.
Sama seperti ayahnya, Fauzi mengaku tidak mengetahui alasan penyerangan yang menimpa mereka berdua. “Ayah saya selama ini tidak pernah memiliki masalah. Apalagi dengan mereka, kami tidak mengenalinya. Pada malam itu, saya benar-benar ingin membela ayah saya yang sedang dipukuli,” katanya.
Sementara itu, di tempat tepisah Kasat Reskrim Polres Garut AKP Mikranuddin membenarkan terlah terjadi penyerangan yang dilakukan sekelompok pemuda di Jalan Cimanuk kawasan Desa Jayaraga. Namun menurut dia, peristiwa itu belum bisa dikategorikan sebagai aksi penganiayaan yang dilakukan oleh geng motor.
“Apakah murni individu atau kelompok, kita belum tahu. Belum ada alat bukti yang mengarah ke salah satu geng motor. Kasusnya masih kita selidiki dan dikembangkan,” jelasnya.
Kendati demikian, Mikra memastikan aksi brutal yang dilakukan merupakan tindak penganiayaan. Para pelaku atas tindakan tersebut telah melanggar Pasal 351 tentang penganiayaan dengan ancaman hukuman di atas 5 tahun penjara.
(san)