Anggaran penanggulangan HIV/AIDS di DIY minim

Anggaran penanggulangan HIV/AIDS di DIY minim
A
A
A
Sindonews.com - Anggaran penanggulangan Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sangat minim. Dana yang muncul hanya mampu untuk menutup operasional tenaga dari anggota Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) kabupaten dan kota di DIY.
Catatan KPA Provinsi DIY, anggaran paling sedikit untuk 2012 ada di Kabupaten Gunungkidul. Daerah tersebut hanya mendapatkan alokasi Rp4,5 juta selama setahun. Jumlah tersebut turun karena tahun sebelumnya mendapatkan alokasi Rp4,85 juta.
Kabupaten Kulonprogo tahun ini hanya mendapatkan alokasi Rp10 juta. Bantul mendapatkan sebesar Rp50 juta, Sleman mencapai Rp80 juta.
"Anggaran penanggulangan HIV/AIDS Kota Yogyakarta cukup tinggi yakni Rp350 juta," sebut Ketua KPA Provinsi DIY Riswanto disela menggelar Syawalan dengan Wakil Gubernur DIY Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario (KGPAA) Pakualam IX, Rabu (12/9/2012).
Distribusi dana tersebut menurut Riswanto mempertimbangkan jumlah kasus HIV dan AIDS di kabupaten dan Kota. Yogyakarta mendapatkan dana terbanyak karena jumlah kasusnya tercatat paling banyak dibandingkan kabupaten yang lain.
Sementara kasus HIV dan AIDS di DIY hingga Juni 2012 mencapai 1.797 kasus yang terdiri 1.036 kasus HIV dan 761 kasus AIDS. Angka tersebut merupakan data kumulatif sejak 1993. Usia terbanyak dari kasus HIV dan AIDS terjadi pada rentang usia 20-29 tahun.
KGPAA Pakualam dalam kesempatan tersebut menyesalkan kurangnya kepedulian terhadap HIV dan AIDS di beberapa kabupaten tersebut. Minimnya anggaran tersebut memperlihatkan minimnya kepedulian terhadap HIV/AIDS.
Sementara, penanggulangan HIV dan AIDS dipastikannya membutuhkan dana yang tidak sedikit. Upaya tersebut juga tidak dapat hanya bergantung pada donor asing. "Ada yang anggarannya tidak sampai lima juta, itu kan kebangetan," tandasnya.
Sementara melihat perkembangan peningkatan jumlah kasus HIV dan AIDS, upaya penanganannya harus lebih komprehensif. Seluruh lapisan masyarakat termasuk pemerintah hingga pelajar harus terus mendapatkan sosialisasi yang benar mengenai penyakit akibat virus tersebut.
Catatan KPA Provinsi DIY, anggaran paling sedikit untuk 2012 ada di Kabupaten Gunungkidul. Daerah tersebut hanya mendapatkan alokasi Rp4,5 juta selama setahun. Jumlah tersebut turun karena tahun sebelumnya mendapatkan alokasi Rp4,85 juta.
Kabupaten Kulonprogo tahun ini hanya mendapatkan alokasi Rp10 juta. Bantul mendapatkan sebesar Rp50 juta, Sleman mencapai Rp80 juta.
"Anggaran penanggulangan HIV/AIDS Kota Yogyakarta cukup tinggi yakni Rp350 juta," sebut Ketua KPA Provinsi DIY Riswanto disela menggelar Syawalan dengan Wakil Gubernur DIY Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario (KGPAA) Pakualam IX, Rabu (12/9/2012).
Distribusi dana tersebut menurut Riswanto mempertimbangkan jumlah kasus HIV dan AIDS di kabupaten dan Kota. Yogyakarta mendapatkan dana terbanyak karena jumlah kasusnya tercatat paling banyak dibandingkan kabupaten yang lain.
Sementara kasus HIV dan AIDS di DIY hingga Juni 2012 mencapai 1.797 kasus yang terdiri 1.036 kasus HIV dan 761 kasus AIDS. Angka tersebut merupakan data kumulatif sejak 1993. Usia terbanyak dari kasus HIV dan AIDS terjadi pada rentang usia 20-29 tahun.
KGPAA Pakualam dalam kesempatan tersebut menyesalkan kurangnya kepedulian terhadap HIV dan AIDS di beberapa kabupaten tersebut. Minimnya anggaran tersebut memperlihatkan minimnya kepedulian terhadap HIV/AIDS.
Sementara, penanggulangan HIV dan AIDS dipastikannya membutuhkan dana yang tidak sedikit. Upaya tersebut juga tidak dapat hanya bergantung pada donor asing. "Ada yang anggarannya tidak sampai lima juta, itu kan kebangetan," tandasnya.
Sementara melihat perkembangan peningkatan jumlah kasus HIV dan AIDS, upaya penanganannya harus lebih komprehensif. Seluruh lapisan masyarakat termasuk pemerintah hingga pelajar harus terus mendapatkan sosialisasi yang benar mengenai penyakit akibat virus tersebut.
(azh)