Makam terendam lumpur, warga Porong tetap ziarah

Rabu, 18 Juli 2012 - 19:16 WIB
Makam terendam lumpur, warga Porong tetap ziarah
Makam terendam lumpur, warga Porong tetap ziarah
A A A
Sindonews.com - Ziarah di makam leluhur untuk menyambut bulan suci Ramadan merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan warga Porong, Sidoarjo. Namun, makam leluhur warga kini terendam lumpur Lapindo.

Dulu ketika makam leluhur mereka belum terjamah lumpur, biasanya mereka bisa langsung berdoa di atas pusara keluarganya. Mereka menabur bunga di atas gundukan makam. Tapi semenjak lumpur menerjang desa mereka, tak adalagi suasana hangat nyekar makam menjelang Ramadan.

Korban lumpur asal Desa Siring, Jatirejo, Renokenongo dan Kedungbendo mendatangi lokasi di mana dulu menjadi makam leluhur mereka berada. Dari pantauan di lapangan, beberapa ibu-ibu tak kuasa menitikkan air mata. Mereka teringat sudah lebih enam tahun meninggalkan tempat kelahirannya.

Setiap malam jumat, terutama menjelang Ramadan dan lebaran mereka bisa nyekar ke makam keluarganya.

“Di sini dulu kami tinggal dan banyak kenangan. Tapi kini semuanya sirna. Makam
leluhur kami juga tak berbekas,” ujar Sriyani, salah satu korban Lumpur asal Siring menjelaskan, Rabu (18/7/2012).

Semenjak makam leluhur mereka terendam lumpur, tradisi nyekar menjelang Ramadan itu tetap berlanjut. Meski hanya bisa dilakukan di atas tanggul penahan lumpur.

"Biarkan makam keluarga kami terendam lumpur, tapi kami akan datang dan mendoakan jelang Ramadan dan lebaran," ujar salah seorang warga lainnya, Rina.

Usai berdoa, warga diberi kesempatan untuk menabur bunga di atas kolam lumpur secara berkelompok, maupun perorangan. Korban lumpur menyempatkan untuk menabur bunga di atas kubangan lumpur walau mereka tidak tahu titik sebelah mana makam keluarganya.

"Ya di bawah ini dulu makam desa kami. Yang penting kami memanjatkan doa untuk keluarga kami yang telah meninggal," ujar Bambang Wurianto, warga Renokenogo.

Agar makam keluarganya masih bisa dikenali, sebenarnya korban lumpur sudah berusaha memasang patok di atas pusara dengan ketinggian sampai dua meter dan diberi papan nama. Namun, upaya itu pun sia-sia karena lumpur terus meninggi dan kini hanya terlihat hamparan lumpur.
(azh)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.0459 seconds (0.1#10.140)