Berdialog dengan Soekarno di GIM

Selasa, 05 Juni 2012 - 11:19 WIB
Berdialog dengan Soekarno di GIM
Berdialog dengan Soekarno di GIM
A A A
Sindonews.com - Gedung Indonesia Menggugat (GIM) Bandung menjadi saksi bisu bagimana perjuangan Bung Karno, Presiden RI pertama sekaligus proklamator kemerdekaan. Di gedung inilah Soekarno disidang Belanda, tetapi dalam sidang ini pula Soekarno justru menggugat Belanda.

Nah, menjelang kelahiran atau ulang tahun Bung Karno yang ke-111 nanti (6 Juni 2012 ), di dalam gedung yang pada zaman Belanda disebut Landraad itu terasa begitu sukarnois. Pasalnya, gedung yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan ini menjadi tempat Pameran Tunggal Suherman, pelukis spesialis figur hitam putih.

Pada pameran bertema "111 Tahun Soekarno dalam Hitam dan Putih" ini disajikan 11 lukisan figur Soekarno berukuran besar, rata-rata ukuran kanvasnya hampir 150 centimeter. Pameran ini dibuka sejak Hari Kesaktian Pancasila 1 Juni lalu. Puncaknya Rabu 6 Juni 2012, bertepatan dengan kelahiran Soekarno 111 tahun lalu.

Sebelas lukisan yang dipasang mencerminkan perjalanan sejarah hidup sang proklamator, mulai dari lukisan Soekarno saat baru lulus dari Institut Teknologi Bandung (ITB), perjuangan Soekarno di masa pra kemerdekaan, lukisan Soekarno dengan konteks sidang dengan tuduhan makar oleh pemerintah Kolonial Belanda, hingga lukisan menjelang akhir hayatnya yang sakit dan penuh kekecewaan.

Di antara 11 lukisan yang menyambut ultah Soekarno yang ke-111 itu, ada momen di mana Soekarno bersinggungan dengan dunia luar. Misalnya momen ketika Soekarno bercakap-cakap dengan tokoh revolusioner Amerika Latin, Ernesto Guevara Lynch de La Serna atau pria yang akrab disebut Che Guevara. Ada juga lukisan Soekarno yang tengah duduk bersebelahan dengan Presiden Amerika Serikat, John F Kennedy.

Pada lukisan Soekarno dan Che Guevara yang berukuran sekira 100x100 centimeter, Suherman mengambil referensi dari foto perangko yang dicetak pemerintah Kuba, Fedel Castro, pada 2008 lalu. Pertemuan Bung Karno dengan Che Guevara terjadi pada 1960.

"Saya melihat percakapan mereka (Soekarno dan Che) serius. Bisa jadi Soekarno bertukar pikiran dan saran dengan Che tentang perjuangan," jelas pelukis Suherman, kepada wartawan, Sabtu (2/6/2012).

Percakapan Soekarno dengan Che Guevara menegaskan bahwa Soekarno merupakan tokoh yang mendunia. Kata pelukis yang akrab disapa Pahe ini, Soekarno sebagai figur pemimpin Indonesia yang namanya harum bagi tokoh-tokoh pemimpin besar di luar negeri.

Perangko yang dicetak Pemerintah Kuba merupakan bukti bahwa peran Soekarno terhadap Kuba harus diabadikan.“Bung Karno mampu bersahabat dengan siapapun, termasuk dengan Presiden Kennedy yang tewas dibunuh itu,” tutur pelukis yang lahir 1953 ini.

Untuk melukis Soekarno dan Kennedy, Pahe mengambil referensi dari sejarah kunjungan Soekarno ke Amerika Serikat pada 24 April 1961. Dalam lukisan, Soekarno duduk bersama Kennedy di sebuah mobil sedan tanpa atap melewati pasukan penghormatan di Pangkalan Udara Amerika Serikat. Kedua tokoh besar ini tersenyum lebar, ceria.

Lukisan-lukisan berkonteks internasional itu menunjukkan bahwa Soekarno bisa berteman dengan tokoh dari negara berhaluan kiri (marxisme), sekaligus bersahabat dengan tokoh dari negara kapitalis (Amerika Serikat).

Ada juga lukisan Soekarno yang sengaja dibuat Pahe di dalam ruang sidang GIM. Ruangan ini hingga kini masih ada, dengan tata letak dan arsitektur interior tidak banyak berubah karena dirawat oleh Komunitas Gedung Indonesia Menggugat.

Pada 18 Agustus -22 Desember 1930 lalu, di ruang sidang itu Soekarno diadili atau dikriminalisasi oleh Pemerintah Belanda. Waktu itu, Soekarno ditahan di Penjara Banceuy, Bandung. Di dalam selnya, dia menulis pledoi yang kemudian kini dibukukan berjudul Indonesia Menggugat. Dalam persidangan itulah Soekarno justru balik menggugat Pemerintahan Belanda.

Salah satu lukisan dibuat di dalam GIM, yakni lukisan berupa sosok Soekarno yang berdiri tegak mengenakan stelan formal militer, tangan kirinya memegeng tongkat komando, wajahnya menghadap sedikit ke kirinya dengan tatapan mata yang jauh. Di atas sosok itu ada burung elang yang terbang. Tinggi lukisan ini hampir dua meter.

Kata Pahe, burung elang tersebut simbol dari Garuda. “Watu melukis di GIM, uap aura yang saya tangkap adalah sebuah kharisma besar dan nilai-nilai perjuangan yang tetap hidup sampai kini. Pancasila yang berada di burung Garuda mencerminkan pemikirannya yang nasionalis, tegas, dan mencintai rakyatnya,” ungkapnya.

Di setiap lukisan yang dipamerkan juga ada caption berisi kutipan-kutipan dari pidato dan tulisan Soekarno. Sehingga selain bisa mengenang sosok Bung Karno yang kharismatik, pengunjung juga bisa membaca sedikit pemikirannya. Bahkan pengunjung seolah diajak berdialog dengan Soekarno ketika mengamati lukisan sambil membaca caption tersebut.

“Apakah kelemahan kita: kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita sebagai bangsa penjiplak luar negeri, kurang memercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya rakyat gotong royong,” kata Bung Karno. Kutipan ini diambil Pahe dari Pidato Bung Karno ketika HUT Proklamasi 1966.

Untuk melukiskan perjalanan hidup Soekarno, Pahe menyajikan lukisan hitam putih Soekarno yang mengenakan kaos oblong putih, tanpa peci yang biasa dikenakannya, sehingga rambutnya tampak sudah menipis. Tatapan mata Soekarno di lukisan ini tampak kosong, wajahnya banyak terdapat kerutan.

Saat melukis masa tua Soekarno, kata Pahe, dirinya merasakan masuk dalam kehidupan yang pedih dan kecewa. Pahe berusaha mencari kutipan Soekarno yang paling tepat untuk mendampingi lukisan tersebut, yakni “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tetapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri."

“Karena Bung Karno kan lengsernya bukan biasa, tapi dilengserkan,”jelasnya.

Untuk menghasilkan 11 lukisan Soekarno, Pahe memerlukan waktu enam bulan. Selama enam bulan itu pelukis otodidak ini berusaha menyelami pemikiran, kegelisahan, dan sejarah Soekarno. Kadang kegelisahan itu bercampur dengan situasi dan kondisi Indonesia saat ini masih bergelut dengan kemiskinan dan korupsi. Untuk mengubah keadaan ini Indonesia sangat membutuhkan pemimpin besar seperti Soekarno.

“Mungkin lukisan ini berpesan, saat ini kita kehilangan pemimpin bangsa yang tegas dan memiliki nasionalisme untuk membela rakyatnya,” katanya. Rencananya, puncak dari pameran tunggal ini akan dihelat Rabu 6 Juni 2012, beretepatan dengan tanggal kelahiran Bung Karno.

Selanjutnya, Pahe akan menggelar pameran serupa di Purwakarta. Pahe sepakat, bulan Juni ini bulannya Bung Karno. Soekarno lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan Meninggal di Jakarta 21 Juni 1970 dalam usia 69 tahun. (san)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7925 seconds (0.1#10.140)