Kapal meledak, dua TKI Semarang tewas
A
A
A
Sindonews.com - Dua Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Semarang tewas akibat kapal penarik atau tugboat yang mereka tumpangi meledak di lepas pantai Qatar, Minggu 29 April sekitar pukul 17.00 waktu setempat.
Dua TKI itu adalah Jack Rizal, warga Jalan Serimpi Raya Perum Puri Pudak Payung Asri (P4A) B-37 RT 02 RW XI Pudakpayung, Banyumanik, Semarang, dan Bambang (bagian engineer) warga Semarang.
Kecelakaan itu menewaskan sedikitnya enam orang, dua korban lainnya, AB Ismail asal Paloppo, Makassar dan Topik (belum diketahui alamatnya). Sedang dua korban lain Captain Usman asal India dan Captain Pieter Jordan dari Inggris. Seluruh korban bekerja untuk Nakilat SvitzerWijsmuller Qatar. Juru Bicara Kemlu Michael Tene mengatakan, saat ini staf KBRI Qatar di Doha telah menuju ke lokasi untuk menangani kejadian tersebut.
Dan seluruh korban tewas telah disemayamkan di Rumah Sakit Al Khor, sekitar 60 km dari Doha. “Nama-nama korban telah berhasil kami ketahui,” papar Tene saat dihubungi SINDO Senin malam, 30 April 2012.
Tene menuturkan, pihak KBRI masih terus berusaha mengontak keluarga korban di Indonesia.Mereka memang telah berhasil menghubungi beberapa keluarga, tapi belum bisa menghubungi yang lainnya.
Belum diketahui kapan korban akan dipulangkan ke Indonesia karena kejadiannya baru saja terjadi dan pihak KBRI masih menangani masalah itu.
“Jika semuanya sudah selesai, KBRI tentu akan memfasilitasi kepulangan korban,” ujar Tene.
Direktur Informasi dan Media Kementerian Luar Negeri PLE Priatna mengungkapkan, salah satu korban yang telah berhasil diidentifikasi bernama Ismail.
Sementara itu, suasana duka menyelimuti rumah Jack Rizal di Jalan Serimpi Raya Perum Puri Pudak Payung Asri (P4A) B- 37 RT 02 RW XI Pudakpayung, Banyumanik, Semarang. Usai salat Isya, tahlil terus berkumandang di rumah duka yang berada tepat di depan Masjid Darussalam.Sanak saudara, tetangga dan warga sekitar silih berganti datang ke rumah korban untuk berbela sungkawa.
Istri korban, Dewi Retnaningsih, yang mengenakan kerudung ungu dan gamis tidak bisa menyembunyikan kesedihannya dan terus menangis. Sanak saudara korban tak henti-hentinya menenangkan Dewi Retnaningsih untuk mengikhlaskan kepergian suaminya. Menurut pengakuan Dewi, suaminya terakhir berangkat kembali melaut pada 4 April lalu, setelah cuti selama dua bulan.
Biasanya suaminya pergi melaut selama empat bulan. ”Kemarin habis cuti dua bulan dan baru tiga minggu lalu berangkat lagi,” katanya sembari menangis.
Dewi mengaku terakhir berkomunikasi dengan suaminya tiga hari lalu sebelum berangkat melaut. “Waktu telepon, yang selalu dipesankan untuk selalu menjaga anak-anak, selalu ingat sama Allah, dan ingat salat,” katanya.
Kabar meninggalnya Jack Rizal diterima Dewi dari teman suaminya yang kebetulan sedang cuti sekitar pukul 06.00 WIB.
Selang enam jam kemudian tepatnya pukul 12.00 WIB, Dewi mendapat kepastian meninggalnya sang suami dari pihak perusahaan. Kakak Ipar korban, Edo Parerang (51) mengatakan adik iparnya sudah lima tahun bekerja di sebuah perusahaan minyak milik Belanda. Terakhir, Jack Rizal menempati posisi maintenance boat.
”Awalnya kru kapal, kemudian, harbour tag, kemudian pindah di maintenance boat, untuk perawatan,” beber Edo.
Edo yang sama-sama pelaut di bidang perminyakan ini menuturkan, adik iparnya tersebut meninggal ketika sedang mengantarkan karyawan bagian perawatan dan pengecekan pipa minyak sekitar pukul 15.00. “Pada saat pengerjaan, kabarnya ada gas dan langsung meledak,” katanya.
Sesuai informasi, jenazah Jack Rizal baru sampai di rumah duka sekitar 3-4 hari. Sesampainya di rumah duka, jenazah korban rencananya langsung dikebumikan di pemakaman umum Perum P4A, tidak jauh dari rumah korban.
Jack Rizal meninggalkan seorang istri, Dewi Retnaningsih (47) dan tiga anak masing-masing Anisa Cendana Putri (13), Liza Alia Talita (10), dan Muhammad Jodi Mahendra (8). Semasa hidup korban dikenal cukup supel dan baik dengan para tetangga. Meski sering tidak berada di rumah selama berbulan-bulan, namun setiap kali libur, Jack Rizal selalu menyempatkan diri untuk bergaul dengan tetangga.(azh)
Dua TKI itu adalah Jack Rizal, warga Jalan Serimpi Raya Perum Puri Pudak Payung Asri (P4A) B-37 RT 02 RW XI Pudakpayung, Banyumanik, Semarang, dan Bambang (bagian engineer) warga Semarang.
Kecelakaan itu menewaskan sedikitnya enam orang, dua korban lainnya, AB Ismail asal Paloppo, Makassar dan Topik (belum diketahui alamatnya). Sedang dua korban lain Captain Usman asal India dan Captain Pieter Jordan dari Inggris. Seluruh korban bekerja untuk Nakilat SvitzerWijsmuller Qatar. Juru Bicara Kemlu Michael Tene mengatakan, saat ini staf KBRI Qatar di Doha telah menuju ke lokasi untuk menangani kejadian tersebut.
Dan seluruh korban tewas telah disemayamkan di Rumah Sakit Al Khor, sekitar 60 km dari Doha. “Nama-nama korban telah berhasil kami ketahui,” papar Tene saat dihubungi SINDO Senin malam, 30 April 2012.
Tene menuturkan, pihak KBRI masih terus berusaha mengontak keluarga korban di Indonesia.Mereka memang telah berhasil menghubungi beberapa keluarga, tapi belum bisa menghubungi yang lainnya.
Belum diketahui kapan korban akan dipulangkan ke Indonesia karena kejadiannya baru saja terjadi dan pihak KBRI masih menangani masalah itu.
“Jika semuanya sudah selesai, KBRI tentu akan memfasilitasi kepulangan korban,” ujar Tene.
Direktur Informasi dan Media Kementerian Luar Negeri PLE Priatna mengungkapkan, salah satu korban yang telah berhasil diidentifikasi bernama Ismail.
Sementara itu, suasana duka menyelimuti rumah Jack Rizal di Jalan Serimpi Raya Perum Puri Pudak Payung Asri (P4A) B- 37 RT 02 RW XI Pudakpayung, Banyumanik, Semarang. Usai salat Isya, tahlil terus berkumandang di rumah duka yang berada tepat di depan Masjid Darussalam.Sanak saudara, tetangga dan warga sekitar silih berganti datang ke rumah korban untuk berbela sungkawa.
Istri korban, Dewi Retnaningsih, yang mengenakan kerudung ungu dan gamis tidak bisa menyembunyikan kesedihannya dan terus menangis. Sanak saudara korban tak henti-hentinya menenangkan Dewi Retnaningsih untuk mengikhlaskan kepergian suaminya. Menurut pengakuan Dewi, suaminya terakhir berangkat kembali melaut pada 4 April lalu, setelah cuti selama dua bulan.
Biasanya suaminya pergi melaut selama empat bulan. ”Kemarin habis cuti dua bulan dan baru tiga minggu lalu berangkat lagi,” katanya sembari menangis.
Dewi mengaku terakhir berkomunikasi dengan suaminya tiga hari lalu sebelum berangkat melaut. “Waktu telepon, yang selalu dipesankan untuk selalu menjaga anak-anak, selalu ingat sama Allah, dan ingat salat,” katanya.
Kabar meninggalnya Jack Rizal diterima Dewi dari teman suaminya yang kebetulan sedang cuti sekitar pukul 06.00 WIB.
Selang enam jam kemudian tepatnya pukul 12.00 WIB, Dewi mendapat kepastian meninggalnya sang suami dari pihak perusahaan. Kakak Ipar korban, Edo Parerang (51) mengatakan adik iparnya sudah lima tahun bekerja di sebuah perusahaan minyak milik Belanda. Terakhir, Jack Rizal menempati posisi maintenance boat.
”Awalnya kru kapal, kemudian, harbour tag, kemudian pindah di maintenance boat, untuk perawatan,” beber Edo.
Edo yang sama-sama pelaut di bidang perminyakan ini menuturkan, adik iparnya tersebut meninggal ketika sedang mengantarkan karyawan bagian perawatan dan pengecekan pipa minyak sekitar pukul 15.00. “Pada saat pengerjaan, kabarnya ada gas dan langsung meledak,” katanya.
Sesuai informasi, jenazah Jack Rizal baru sampai di rumah duka sekitar 3-4 hari. Sesampainya di rumah duka, jenazah korban rencananya langsung dikebumikan di pemakaman umum Perum P4A, tidak jauh dari rumah korban.
Jack Rizal meninggalkan seorang istri, Dewi Retnaningsih (47) dan tiga anak masing-masing Anisa Cendana Putri (13), Liza Alia Talita (10), dan Muhammad Jodi Mahendra (8). Semasa hidup korban dikenal cukup supel dan baik dengan para tetangga. Meski sering tidak berada di rumah selama berbulan-bulan, namun setiap kali libur, Jack Rizal selalu menyempatkan diri untuk bergaul dengan tetangga.(azh)
()