4.261 balita derita gizi buruk
A
A
A
Sindonews.com – Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya mencatat jumlah balita gizi burukpada 2012 sebanyak 4.261 jiwa. Kondisi ini mengundang perhatian dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang langsung datang untuk mengetahui persoalan tersebut dengan melakukan pembahasan di Aula Gedung Bale Kota, Jalan Letnan Harun,kemarin.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya tercatat saat ini tercatat ada 84.378 balita. Dari jumlah tersebut, sebanyak 49.057 balita yang rutin dilakukan penimbangan dan dikontrol di posyandu setempat. Sementara sisanya sebanyak 35.321 balita kondisi kesehatannya tidak terkontrol karena tidak melakukan penimbangan. Selain itu, sebanyak 14.344 balita dinyatakan mengalami gizi kurang serta 4.261 balita lainnya mengalami gizi buruk.
“Saya menduga dikarenakan minimnya pengetahuan sang ibu dalam merawat bayinya, mengenai asupan gizi bagi anaknya serta bisa saja kondisi ekonomi yang menjadi pemicunya. Terlebih mereka jarang sekali membawa anaknya ke posyandu, sehingga sulit terkontrol,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Suherman.
Untuk itu, Suherman menegaskan, telah memerintahkan seluruh puskesmas yang ada di setiap kecamatan untuk melakukan pemeriksaan serta jemput bola secara langsung kepada masyarakat yang diketahui telah melahirkan. “Harus diantisipasi dengan cepat, makanya petugas yang khusus menangani persoalan ini diharapkan untuk jemput bola ke lapangan langsung secepatnya,”imbuhnya.
Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Kementerian Kesehatan Didik Budijanto mengatakan, peningkatan balita gizi kurang dan gizi buruk setiap tahunnya hampir dipastikan terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jumlahnya bisa mencapai dua hingga tiga kali lipat setiap tahunnya, hal ini jelas harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah setempat.
“Peningkatan balita gizi kurang dan gizi buruk bukan hanya di wilayah Kota Tasikmalaya, tetapi berdasarkan data di wilayah Kabupaten Tasikmalaya pun demikian adanya. Namun, saya berharap seluruh dinas dan instansi terkait untuk terus berkoordinasi demi menuntaskan persoalan ini, karena hal ini bukan hanya tanggung jawab satu dinas saja,melainkan tanggung jawab bersama demi masa depan anakanak,” ujar Didik.
Di Dinas Kesehatan Pemkab Tasikmalaya sendiri mencatat, dari 150.000 balita yang tersebar di Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 50.000 di antaranya tidak terdeteksi karena tidak melakukan pemeriksaan, imunisasi, dan penimbangan secara intensif ke posyandu ataupun puskesmas yang ada. Hal itu lebih disebabkan kondisi ekonomi masyarakat yang kurang beruntung serta pemahaman orang tua terhadap kesehatan anaknya.
“Jika tidak terkontrol maka sudah dipastikan ada di antaranya yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk, makanya saya telah menekankan kepada para bidan,petugas posyandu, dan petugas gizi di puskesmas yang ada untuk intensif dan proaktif untuk mendatangi dan memeriksa sejumlah balita yang ada. Sehingga ketika ada balita yang dinyatakan mengalami gizi buruk bisa segera terdeteksi dan diberikan tindakan lebih cepat,” ujar Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya Rasikin.
Rasikin menjelaskan, balita yang kekurangan gizi tersebut bisa diasumsikan kekurangan konsumsi makanan, infeksi makanan,dan balita yang memang sulit makan, hingga akhirnya berat badannya semakin menurun. “Setelah itu daya tahan tubuhnya berkurang dan dipastikan bakal dengan mudah terserang penyakit,makanya selain proaktif dari para petugas kesehatan juga sangat diperlukan peran berbagai pihak,” katanya. (wbs)
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya tercatat saat ini tercatat ada 84.378 balita. Dari jumlah tersebut, sebanyak 49.057 balita yang rutin dilakukan penimbangan dan dikontrol di posyandu setempat. Sementara sisanya sebanyak 35.321 balita kondisi kesehatannya tidak terkontrol karena tidak melakukan penimbangan. Selain itu, sebanyak 14.344 balita dinyatakan mengalami gizi kurang serta 4.261 balita lainnya mengalami gizi buruk.
“Saya menduga dikarenakan minimnya pengetahuan sang ibu dalam merawat bayinya, mengenai asupan gizi bagi anaknya serta bisa saja kondisi ekonomi yang menjadi pemicunya. Terlebih mereka jarang sekali membawa anaknya ke posyandu, sehingga sulit terkontrol,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Suherman.
Untuk itu, Suherman menegaskan, telah memerintahkan seluruh puskesmas yang ada di setiap kecamatan untuk melakukan pemeriksaan serta jemput bola secara langsung kepada masyarakat yang diketahui telah melahirkan. “Harus diantisipasi dengan cepat, makanya petugas yang khusus menangani persoalan ini diharapkan untuk jemput bola ke lapangan langsung secepatnya,”imbuhnya.
Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Kementerian Kesehatan Didik Budijanto mengatakan, peningkatan balita gizi kurang dan gizi buruk setiap tahunnya hampir dipastikan terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jumlahnya bisa mencapai dua hingga tiga kali lipat setiap tahunnya, hal ini jelas harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah setempat.
“Peningkatan balita gizi kurang dan gizi buruk bukan hanya di wilayah Kota Tasikmalaya, tetapi berdasarkan data di wilayah Kabupaten Tasikmalaya pun demikian adanya. Namun, saya berharap seluruh dinas dan instansi terkait untuk terus berkoordinasi demi menuntaskan persoalan ini, karena hal ini bukan hanya tanggung jawab satu dinas saja,melainkan tanggung jawab bersama demi masa depan anakanak,” ujar Didik.
Di Dinas Kesehatan Pemkab Tasikmalaya sendiri mencatat, dari 150.000 balita yang tersebar di Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 50.000 di antaranya tidak terdeteksi karena tidak melakukan pemeriksaan, imunisasi, dan penimbangan secara intensif ke posyandu ataupun puskesmas yang ada. Hal itu lebih disebabkan kondisi ekonomi masyarakat yang kurang beruntung serta pemahaman orang tua terhadap kesehatan anaknya.
“Jika tidak terkontrol maka sudah dipastikan ada di antaranya yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk, makanya saya telah menekankan kepada para bidan,petugas posyandu, dan petugas gizi di puskesmas yang ada untuk intensif dan proaktif untuk mendatangi dan memeriksa sejumlah balita yang ada. Sehingga ketika ada balita yang dinyatakan mengalami gizi buruk bisa segera terdeteksi dan diberikan tindakan lebih cepat,” ujar Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya Rasikin.
Rasikin menjelaskan, balita yang kekurangan gizi tersebut bisa diasumsikan kekurangan konsumsi makanan, infeksi makanan,dan balita yang memang sulit makan, hingga akhirnya berat badannya semakin menurun. “Setelah itu daya tahan tubuhnya berkurang dan dipastikan bakal dengan mudah terserang penyakit,makanya selain proaktif dari para petugas kesehatan juga sangat diperlukan peran berbagai pihak,” katanya. (wbs)
()