Museum Radya Pustaka terima paket misterius
A
A
A
Sindonews.com - Museum Radya Pustaka menerima 15 buku langka dari orang misterius. Buku-buku yang memuat serat Jawa tersebut berusia rata-rata setengah abad lebih.
Pengelola museum menerima paket buku tersebut Selasa, 7 Februari 2012. Kecurigaan bermula ketika paket itu tak tercantum identitas pengirim. Paket terbungkus kertas cokelat dan dimasukkan kantung plastik hanya menerangkan benda di dalamnya ditujukan kepada Museum Radya Pustaka yang berlokasi di Jalan Slamet Riyadi, Solo.
Sekretaris Komite Museum Djaka Darjata mengatakan, kala itu dirinya memberanikan diri membuka paket sambil meminta rekan-rekannya menjauh. Setelah paket itu dibongkar, ternyata berisi buku-buku lawas yang mulai melapuk.
“Sempat saya kira isinya bom buku. Sebelum membukanya, saya pastikan dahulu aman. Baru kemudian dibuka acak dan ternyata berisi buku,” jelasnya di Solo, Selasa (14/2/2012).
Dikatakannya, butuh waktu beberapa hari untuk menelaah materi yang tercatat di dalamnya. Sebab, beberapa di antaranya sudah tak lagi utuh. Namun komite memastikan naskah buku sangatlah penting, mengingat buku-buku tersebut sudah tidak beredar saat ini.
Antara lain buku yang berjudul Wedatama Winardi oleh penerbit Tan Khoen Swie, Kediri, pada 1937, kemudian Kawroeh Kabatosan I penerbit Mars, Malang, pada 1939. Dua buku ini terhitung paling tua di antara lainnya yang rata-rata terbitan tahun 1950-an dan 1960-an.
Mayoritas buku telah teridentifikasi dan rencananya diklaim menjadi koleksi museum.“Buku-buku ini sangat dibutuhkan di museum, karena banyak yang mencarinya. Entah siapa pemiliknya, tapi saya yakin dia ingin membuat buku-buku tersebut bermanfaat,” lanjutnya.
Pengelola museum menerima paket buku tersebut Selasa, 7 Februari 2012. Kecurigaan bermula ketika paket itu tak tercantum identitas pengirim. Paket terbungkus kertas cokelat dan dimasukkan kantung plastik hanya menerangkan benda di dalamnya ditujukan kepada Museum Radya Pustaka yang berlokasi di Jalan Slamet Riyadi, Solo.
Sekretaris Komite Museum Djaka Darjata mengatakan, kala itu dirinya memberanikan diri membuka paket sambil meminta rekan-rekannya menjauh. Setelah paket itu dibongkar, ternyata berisi buku-buku lawas yang mulai melapuk.
“Sempat saya kira isinya bom buku. Sebelum membukanya, saya pastikan dahulu aman. Baru kemudian dibuka acak dan ternyata berisi buku,” jelasnya di Solo, Selasa (14/2/2012).
Dikatakannya, butuh waktu beberapa hari untuk menelaah materi yang tercatat di dalamnya. Sebab, beberapa di antaranya sudah tak lagi utuh. Namun komite memastikan naskah buku sangatlah penting, mengingat buku-buku tersebut sudah tidak beredar saat ini.
Antara lain buku yang berjudul Wedatama Winardi oleh penerbit Tan Khoen Swie, Kediri, pada 1937, kemudian Kawroeh Kabatosan I penerbit Mars, Malang, pada 1939. Dua buku ini terhitung paling tua di antara lainnya yang rata-rata terbitan tahun 1950-an dan 1960-an.
Mayoritas buku telah teridentifikasi dan rencananya diklaim menjadi koleksi museum.“Buku-buku ini sangat dibutuhkan di museum, karena banyak yang mencarinya. Entah siapa pemiliknya, tapi saya yakin dia ingin membuat buku-buku tersebut bermanfaat,” lanjutnya.
()