24 balita di Kota Malang kurang gizi
A
A
A
Sindonews.com - Kasus balita kurang gizi masih ditemukan di Kota Malang. Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat mencatat, saat ini terdapat 24 balita yang mengalami kurang gizi.
Kasus ini merupakan kasus tahun lalu. Menurut Kepala Dinkes Kota Malang Eny Sekar Rengganingati, dari 24 balita yang mengalami kekurangan gizi, tercatat ada 3 balita penderita gizi buruk.
"Semuanya sudah kami tangani secara khusus. Deteksi dini juga terus kami lakukan melalui Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)," tuturnya di sela Pencanangan Gerakan Posyandu Peduli Tumbuh, Aktif, dan Tanggap, di GOR Ken Arok, Kota Malang, kemarin.
Ini bukan saja karena kondisi ekonomi masyarakat yang kurang mampu, sehingga balita tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup. Kasus kurang gizi juga dipicu salah asuhan. Banyak keluarga yang sekarang menyerahkan pengasuhan balitanya kepada para pengasuh, namun tidak diikuti dengan pengawasan yang baik.
Akibatnya, terjadi salah pemberian asupan gizi, atau bahkan sangat kurang asupan gizinya. Dia berharap, setiap orang tua tidak enggan untuk mendatangi Posyandu untuk mengetahui pertumbuhan balitanya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Timur Nina Kirana Soekarwo mengatakan, di Jawa Timur ditemukan 38 persen balita kekurangan gizi.
"Kasus ini pemicunya akibat orang tua tidak memahami konsep pola asuh dan tidak memberikan gizi yang benar kepada anak," tuturnya. Pihaknya akan terus aktif melakukan pengawasan agar jumlah penderita kekurangan gizi atau gizi buruk bisa ditekan. (san)
Kasus ini merupakan kasus tahun lalu. Menurut Kepala Dinkes Kota Malang Eny Sekar Rengganingati, dari 24 balita yang mengalami kekurangan gizi, tercatat ada 3 balita penderita gizi buruk.
"Semuanya sudah kami tangani secara khusus. Deteksi dini juga terus kami lakukan melalui Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)," tuturnya di sela Pencanangan Gerakan Posyandu Peduli Tumbuh, Aktif, dan Tanggap, di GOR Ken Arok, Kota Malang, kemarin.
Ini bukan saja karena kondisi ekonomi masyarakat yang kurang mampu, sehingga balita tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup. Kasus kurang gizi juga dipicu salah asuhan. Banyak keluarga yang sekarang menyerahkan pengasuhan balitanya kepada para pengasuh, namun tidak diikuti dengan pengawasan yang baik.
Akibatnya, terjadi salah pemberian asupan gizi, atau bahkan sangat kurang asupan gizinya. Dia berharap, setiap orang tua tidak enggan untuk mendatangi Posyandu untuk mengetahui pertumbuhan balitanya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Timur Nina Kirana Soekarwo mengatakan, di Jawa Timur ditemukan 38 persen balita kekurangan gizi.
"Kasus ini pemicunya akibat orang tua tidak memahami konsep pola asuh dan tidak memberikan gizi yang benar kepada anak," tuturnya. Pihaknya akan terus aktif melakukan pengawasan agar jumlah penderita kekurangan gizi atau gizi buruk bisa ditekan. (san)
()