Nenek pengemis duel rebutan daerah kekuasaan
A
A
A
Sindonews.com - Bukan hanya preman yang biasanya berebut lahan kekuasaan. Pengemis pun juga tidak rela jika kawasan tempatnya mengemis dimasuki pengemis lain.
Pengemis rebutan lahan mengemis, terjadi di perempatan Alun-alun Sidoarjo, Jalan Untung Suropati, Jumat (27/1/2012) siang. Dua nenek pengemis duel gara-gara rebutan kawasan untuk mengemis.
Bukan hanya adu mulut, dua nenek yang berumur 70-an tahun itu bahkan berduel. Mereka saling pukul sampai tangan salah satu pengemis hingga berdarah-darah. Kejadian itu menarik perhatian pengendara yang kebetulan berhenti karena lampu merah. Pengendara banyak yang turun untuk melerai dua nenek pengemis itu.
"Ini daerah saya ngemis, kenapa kok kamu ke sini," ujar bu Mis, nenek pengemis yang berkulit kuning langsat dan berpostur agak tinggi.
Duel dua nenek pengemis itu berakhir setelah dilerai pengendara. Bahkan, akibat kejadian ini kendaraan yang dari arah Jalan Untung Suropati sempat macet.
Agar tidak terjadi duel lagi, bu Riyah, nenek pengemis yang bertubuh agak pendek disuruh pergi dari kawasan itu. "Mau ngemis di mana lagi, di perempatan lain sudah ada pengemisnya," ujar pengemis yang mengaku asal Wonoayu tersebut.
Selama ini, yang sering terlihat ngemis di kawasan perempatan Jalan Untung Suropati adalah nenek yang biasa dipanggil bu Mis asal Madura. Dia biasanya duduk-duduk di trotoar menunggu pengendara memberi uang. Ketika ada pengendara membuka mobil dan mengeluarkan uang, dia mendekat ke mobil.
"Kalau pengemis yang berpostur pendek baru kelihatan. Biasanya yang ngemis sambil duduk di trotoar adalah bu Mis. Ada-ada saja, pengemis juga rebutan lahan," ujar Hari, loper koran yang biasa mangkal di perempatan Jalan Untung Suropati.
Maraknya pengemis di Sidoarjo, terutama yang mangkal di perempatan jalan karena mereka merasa lebih mudah mencari uang dengan meminta-minta daripada bekerja lainnya. Beberapa waktu lalu, kakek-kakek yang semula menjadi tukang parkir di warnet dekat perempatan Jalan Untung Suropati, memilih menjadi pengemis.
Padahal, selain menjadi juru parkir dia juga menjadi tukang becak. Dia memilih menjadi pengemis karena penghasilannya lebih banyak.
"Saat jadi jukir sehari paling bisa dapat Rp20 ribu. Itupun tanggung jawab takut kehilangan sepeda motor. Mending gini jadi pengemis, kalau banyak yang memberi bisa dapat Rp40 ribu sampai Rp50 ribu," ujar pengemis bertubuh kurus tersebut.
Pengemis rebutan lahan mengemis, terjadi di perempatan Alun-alun Sidoarjo, Jalan Untung Suropati, Jumat (27/1/2012) siang. Dua nenek pengemis duel gara-gara rebutan kawasan untuk mengemis.
Bukan hanya adu mulut, dua nenek yang berumur 70-an tahun itu bahkan berduel. Mereka saling pukul sampai tangan salah satu pengemis hingga berdarah-darah. Kejadian itu menarik perhatian pengendara yang kebetulan berhenti karena lampu merah. Pengendara banyak yang turun untuk melerai dua nenek pengemis itu.
"Ini daerah saya ngemis, kenapa kok kamu ke sini," ujar bu Mis, nenek pengemis yang berkulit kuning langsat dan berpostur agak tinggi.
Duel dua nenek pengemis itu berakhir setelah dilerai pengendara. Bahkan, akibat kejadian ini kendaraan yang dari arah Jalan Untung Suropati sempat macet.
Agar tidak terjadi duel lagi, bu Riyah, nenek pengemis yang bertubuh agak pendek disuruh pergi dari kawasan itu. "Mau ngemis di mana lagi, di perempatan lain sudah ada pengemisnya," ujar pengemis yang mengaku asal Wonoayu tersebut.
Selama ini, yang sering terlihat ngemis di kawasan perempatan Jalan Untung Suropati adalah nenek yang biasa dipanggil bu Mis asal Madura. Dia biasanya duduk-duduk di trotoar menunggu pengendara memberi uang. Ketika ada pengendara membuka mobil dan mengeluarkan uang, dia mendekat ke mobil.
"Kalau pengemis yang berpostur pendek baru kelihatan. Biasanya yang ngemis sambil duduk di trotoar adalah bu Mis. Ada-ada saja, pengemis juga rebutan lahan," ujar Hari, loper koran yang biasa mangkal di perempatan Jalan Untung Suropati.
Maraknya pengemis di Sidoarjo, terutama yang mangkal di perempatan jalan karena mereka merasa lebih mudah mencari uang dengan meminta-minta daripada bekerja lainnya. Beberapa waktu lalu, kakek-kakek yang semula menjadi tukang parkir di warnet dekat perempatan Jalan Untung Suropati, memilih menjadi pengemis.
Padahal, selain menjadi juru parkir dia juga menjadi tukang becak. Dia memilih menjadi pengemis karena penghasilannya lebih banyak.
"Saat jadi jukir sehari paling bisa dapat Rp20 ribu. Itupun tanggung jawab takut kehilangan sepeda motor. Mending gini jadi pengemis, kalau banyak yang memberi bisa dapat Rp40 ribu sampai Rp50 ribu," ujar pengemis bertubuh kurus tersebut.
()