Pembantai dua anak kandung itu introvert
Minggu, 25 Desember 2011 - 11:28 WIB

Pembantai dua anak kandung itu introvert
A
A
A
Sindonews.com - Memasuki jalan setapak kecil di Dusun Biru RT 01/RW 30 Trihanggo, Gamping, Sleman terasa lengang siang kemarin. Beberapa orang yang ditemui terlihat menonton acara televisi di gardu ronda, sebagian membaca kabar pemberitaan yang keluar di koran.
Mereka ingin mencari tahu seberapa jauh kabar yang beredar di media mengenai Supeno (34), seorang ayah yang tega menghabisi kedua anaknya dengan cara tragis hingga akhirnya memutuskan untuk gantung diri. Sesampainya di depan rumah Supeno suasana makin terasa sepi. Isrina (37), istri Supeno balik ke rumah orangtuanya di Umbulharjo, Yogyakarta.
Hanya beberapa tetangga dan sanak saudara yang keluar rumah menemui wartawan yang datang. Garis police line masih terpasang di depan rumah berwarna biru itu. Lampu bolam di luar rumah masih menyala terang. Sepeda angin kecil yang setiap harinya digunakan Putra Bagus Dwi Praditya, bocah 4 tahun yang tewas dengan cara tragis bersama kakaknya Wafiq Nur Azizah (5), masih bersandar di depan rumah.
Keluarga tidak ada yang menyangka, Kamis (22/12) malam itu Supeno tega menghabisi kedua anak kandungnya. Sebab, kurang lebih pukul 20.30 WIB, meski sebentar Supeno sempat datang ke rumah saudara sepupunya yang tepat berada di depan rumahnya. “Om Peno sempat tanya ada teman yang jualan pulsa nggak, dia minta dikirimi pulsa untuk sms,” kata Emi, salah satu keponakan Supeno.
Beberapa dari keluarga Supeno mengisahkan, malam itu begitu mendengar suara Supeno mengamuk sambil memecah perabotan rumah banyak warga yang berdatangan. Hanya, mereka yang datang pun tidak ada yang berani mendekat. Mereka takut menjadi korban amukan Supeno yang terlihat membawa linggis, sebab sebelumnya Supeno sempat mengancam akan membunuh jika ada berani yang masuk.
Pintu rumah tertutup rapat. Warga yang berkumpul pun sebagian memberanikan mendekat melihat-lihat dari kaca jendela, mencari tahu keberadaan kedua anak Supeno yang tidak terdengar suaranya. Karena tidak ada yang tahu, mereka mengira kedua bocah itu sudah dibawa ibunya pergi. “Tengah malam lampu rumah mati, tidak terdengar suara apa-apa dan kami mengira Supeno itu sudah capek dan tidur tapi kami tetap di luar,” aku Jumino, tetangga dekat Supeno yang juga masih memiliki hubungan keluarga.
Pagi harinya, saat Supeno ditemukan gantung diri dan kedua anaknya juga tewas mengenaskan di kamar, warga baru menyadari, malam itu saat lampu dimatikan Supeno mulai gantung diri. Sebab setelah lampu mati terdengar suara orang berjalan di atas pecahan piring dan kaca menuju ke dapur.
Di sisi lain Emi, keponakan Supeno juga baru menyadari pulsa yang sebelumnya dipesan ternyata digunakan untuk mengirim SMS pamitan kepada ibu mertuanya. Hal itu diketahui dari isi pesan yang terlihat dari handphone Supeno yang berbunyi “Bu kulo leh Zizah & Bagus nyuwun pamit”.
Namun begitu, keluarga tidak tahu apa sebenarnya yang sedang dirasakan Supeno yang membuatnya kalap. Supeno merupakan orang yang dikenal tertutup (introvert) untuk urusan keluarga. Adu mulut dengan istri memang kerap terjadi dan dianggap lumrah karena akhirnya dapat akur kembali.
Meski begitu keluarga yakin banyak pikiran yang dirasakan Supeno hingga nekat membunuh dua anaknya dan akhirnya bunuh diri. Di tempat kerjanya, Toko Kayu Kasep Jaya yang beralamatkan di Jalan Kabupaten, Kecamatan Gamping, Supeno juga dikenal orang yang tertutup. Pemilik Toko bahkan teman kerjanya pun tidak ada yang mengira Supeno sampai bisa berbuat nekat.
“Kalau di tempat kerja orangnya juga biasa saja, kerjanya bagus, tapi tidak pernah cerita apa-apa,” kata Heiddy Kurniawan, pemilik toko. Jenazah Supeno dan kedua anaknya yang tewas dibunuh dimakamkan di Pasarean Biru Lor Tengah, Trihanggo, Gamping atau sekitar 300 meter dari rumahnya.
Ketiganya dimakamkan saling berdampingan Jumat (23/12) kurang lebih pukul 20.30 WIB usai diautopsi di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.
Mereka ingin mencari tahu seberapa jauh kabar yang beredar di media mengenai Supeno (34), seorang ayah yang tega menghabisi kedua anaknya dengan cara tragis hingga akhirnya memutuskan untuk gantung diri. Sesampainya di depan rumah Supeno suasana makin terasa sepi. Isrina (37), istri Supeno balik ke rumah orangtuanya di Umbulharjo, Yogyakarta.
Hanya beberapa tetangga dan sanak saudara yang keluar rumah menemui wartawan yang datang. Garis police line masih terpasang di depan rumah berwarna biru itu. Lampu bolam di luar rumah masih menyala terang. Sepeda angin kecil yang setiap harinya digunakan Putra Bagus Dwi Praditya, bocah 4 tahun yang tewas dengan cara tragis bersama kakaknya Wafiq Nur Azizah (5), masih bersandar di depan rumah.
Keluarga tidak ada yang menyangka, Kamis (22/12) malam itu Supeno tega menghabisi kedua anak kandungnya. Sebab, kurang lebih pukul 20.30 WIB, meski sebentar Supeno sempat datang ke rumah saudara sepupunya yang tepat berada di depan rumahnya. “Om Peno sempat tanya ada teman yang jualan pulsa nggak, dia minta dikirimi pulsa untuk sms,” kata Emi, salah satu keponakan Supeno.
Beberapa dari keluarga Supeno mengisahkan, malam itu begitu mendengar suara Supeno mengamuk sambil memecah perabotan rumah banyak warga yang berdatangan. Hanya, mereka yang datang pun tidak ada yang berani mendekat. Mereka takut menjadi korban amukan Supeno yang terlihat membawa linggis, sebab sebelumnya Supeno sempat mengancam akan membunuh jika ada berani yang masuk.
Pintu rumah tertutup rapat. Warga yang berkumpul pun sebagian memberanikan mendekat melihat-lihat dari kaca jendela, mencari tahu keberadaan kedua anak Supeno yang tidak terdengar suaranya. Karena tidak ada yang tahu, mereka mengira kedua bocah itu sudah dibawa ibunya pergi. “Tengah malam lampu rumah mati, tidak terdengar suara apa-apa dan kami mengira Supeno itu sudah capek dan tidur tapi kami tetap di luar,” aku Jumino, tetangga dekat Supeno yang juga masih memiliki hubungan keluarga.
Pagi harinya, saat Supeno ditemukan gantung diri dan kedua anaknya juga tewas mengenaskan di kamar, warga baru menyadari, malam itu saat lampu dimatikan Supeno mulai gantung diri. Sebab setelah lampu mati terdengar suara orang berjalan di atas pecahan piring dan kaca menuju ke dapur.
Di sisi lain Emi, keponakan Supeno juga baru menyadari pulsa yang sebelumnya dipesan ternyata digunakan untuk mengirim SMS pamitan kepada ibu mertuanya. Hal itu diketahui dari isi pesan yang terlihat dari handphone Supeno yang berbunyi “Bu kulo leh Zizah & Bagus nyuwun pamit”.
Namun begitu, keluarga tidak tahu apa sebenarnya yang sedang dirasakan Supeno yang membuatnya kalap. Supeno merupakan orang yang dikenal tertutup (introvert) untuk urusan keluarga. Adu mulut dengan istri memang kerap terjadi dan dianggap lumrah karena akhirnya dapat akur kembali.
Meski begitu keluarga yakin banyak pikiran yang dirasakan Supeno hingga nekat membunuh dua anaknya dan akhirnya bunuh diri. Di tempat kerjanya, Toko Kayu Kasep Jaya yang beralamatkan di Jalan Kabupaten, Kecamatan Gamping, Supeno juga dikenal orang yang tertutup. Pemilik Toko bahkan teman kerjanya pun tidak ada yang mengira Supeno sampai bisa berbuat nekat.
“Kalau di tempat kerja orangnya juga biasa saja, kerjanya bagus, tapi tidak pernah cerita apa-apa,” kata Heiddy Kurniawan, pemilik toko. Jenazah Supeno dan kedua anaknya yang tewas dibunuh dimakamkan di Pasarean Biru Lor Tengah, Trihanggo, Gamping atau sekitar 300 meter dari rumahnya.
Ketiganya dimakamkan saling berdampingan Jumat (23/12) kurang lebih pukul 20.30 WIB usai diautopsi di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.
()