Satgas Corona Papua Minta Swasta Tidak Timbun Alat Rapid Test
A
A
A
JAYAPURA - Satgas Penanganan Corona atau Covid-19 Provinsi Papua meminta pihak swasta tidak melakukan penimbunan RDR (Rapid Diagnotic Test) dan melakukan pengujian tersebut secara swadaya, melainkan melewati mekanisme formal.
Hal ini ditegaskan juru bicara Penanganan Covid-19 Papua, dr. Silwanus Sumule kepada awak media di Jayapura menyusul terendusnya pengunaan RDT yang dilakukan oleh pihak swasta.
"Kami di Dinas Kesehatan memiliki data setiap barang alkes yang masuk. Kita mencatat Rapid Test masuk 800 set, namun yang kami terima hanya 725, berarti kurang 75, ini sisanya tidak tau siapa yang gunakan," keluhnya.
Pihaknya meminta kesadaran semua pihak akan minimnya RDT dan susahnya mencari barang tersebut di Indonesia. "Semua orang berebutan mendapatkan Rapid Test ini. Sudah kayak mencari emas, dan mahak harganya, jadi saya mohon jika bisa Rapid Test disimpan saja ke gudang obat milik Dinas Kesehatan. Kami yang paham kebutuhan alat ini untuk setiap Rumah Sakit, jadi jangan main sendiri," jelasnya.
Dirinya juga menyindir pihak swasta non medis atas kasus tersebut. Menyimpan atau bahkan menimbun Rapid Test tidak diperkenankan terlebih lembaga yang tidak memiliki kompetensi.
"Kami memohon kepada lembaga-lembaga swasta non kesehatan untuk tidak menumpuk rapid test ditempat anda. Secara aturan itu tidak boleh, karena penggunaannya harus oleh orang berkompeten. Kepada tenaga non medis juga tidak diperkenankan melakukan test sendiri. Bagaimana jika dites hasilnya negatif, sementara sebenarnya positif, ini akan menajdi masalah," sebutnya.
Ditegaskan, penggunaan Rapid Test hanya kepada Orang Dalam Pemantauan (ODP) yang kontak langsung dengan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) atau bahkan dengan pasien posotif, bukan sembarang orang.
"Kebijakan kita jelas, kita fokuskan kepada ODP. Karena memang keterbatasannya alat itu luar biasa. Mari kita berikan Rapid ini kepada orang orang yang betul betul kontak dg PDP, bukan kesembarang orang," harapnya.
Sebelumnya, Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Papua mendapat kiriman 7200 RDT, kemudian disebar ke berbagai Kabupaten Kota di Papua, ke wilayah selatan di droping sekitar 800 RDT, belum ke wilayah Tengah dan lainnya.
Kemudian kemarin Senin (7/4), 725 RDT kembali tiba di Papua, dan saat ini masih disimpan di gudang obat Dinas kesehatan Provinsi Papua untuk selanjutnya di distribuskan ke Kabupaten lain yang belum mendapat RDT.
Hal ini ditegaskan juru bicara Penanganan Covid-19 Papua, dr. Silwanus Sumule kepada awak media di Jayapura menyusul terendusnya pengunaan RDT yang dilakukan oleh pihak swasta.
"Kami di Dinas Kesehatan memiliki data setiap barang alkes yang masuk. Kita mencatat Rapid Test masuk 800 set, namun yang kami terima hanya 725, berarti kurang 75, ini sisanya tidak tau siapa yang gunakan," keluhnya.
Pihaknya meminta kesadaran semua pihak akan minimnya RDT dan susahnya mencari barang tersebut di Indonesia. "Semua orang berebutan mendapatkan Rapid Test ini. Sudah kayak mencari emas, dan mahak harganya, jadi saya mohon jika bisa Rapid Test disimpan saja ke gudang obat milik Dinas Kesehatan. Kami yang paham kebutuhan alat ini untuk setiap Rumah Sakit, jadi jangan main sendiri," jelasnya.
Dirinya juga menyindir pihak swasta non medis atas kasus tersebut. Menyimpan atau bahkan menimbun Rapid Test tidak diperkenankan terlebih lembaga yang tidak memiliki kompetensi.
"Kami memohon kepada lembaga-lembaga swasta non kesehatan untuk tidak menumpuk rapid test ditempat anda. Secara aturan itu tidak boleh, karena penggunaannya harus oleh orang berkompeten. Kepada tenaga non medis juga tidak diperkenankan melakukan test sendiri. Bagaimana jika dites hasilnya negatif, sementara sebenarnya positif, ini akan menajdi masalah," sebutnya.
Ditegaskan, penggunaan Rapid Test hanya kepada Orang Dalam Pemantauan (ODP) yang kontak langsung dengan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) atau bahkan dengan pasien posotif, bukan sembarang orang.
"Kebijakan kita jelas, kita fokuskan kepada ODP. Karena memang keterbatasannya alat itu luar biasa. Mari kita berikan Rapid ini kepada orang orang yang betul betul kontak dg PDP, bukan kesembarang orang," harapnya.
Sebelumnya, Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Papua mendapat kiriman 7200 RDT, kemudian disebar ke berbagai Kabupaten Kota di Papua, ke wilayah selatan di droping sekitar 800 RDT, belum ke wilayah Tengah dan lainnya.
Kemudian kemarin Senin (7/4), 725 RDT kembali tiba di Papua, dan saat ini masih disimpan di gudang obat Dinas kesehatan Provinsi Papua untuk selanjutnya di distribuskan ke Kabupaten lain yang belum mendapat RDT.
(nag)