Curah Hujan Tinggi, Produktivitas Bawang Merah di Brebes Menurun Drastis

Senin, 23 Maret 2020 - 10:14 WIB
Curah Hujan Tinggi,...
Curah Hujan Tinggi, Produktivitas Bawang Merah di Brebes Menurun Drastis
A A A
BREBES - Dalam beberapa pekan belakangan ini harga bawang merah di pasar Jadebotabek mengalami kenaikan cukup signifikan.

Kenaikan harga tersebut dipicu karena faktor cuaca, yakni tingginya curah hujan di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah dalam tiga bulan belakangan ini. Akibatnya petani bawang di wilayah tersebut mengalami gagal panen.

Seperti diketahui, Kabupaten Brebes merupakan sentra petani bawang merah terbesar di Jawa Tengah, yang dinilai memiliki kualitas unggulan.

Namun setelah memasuki musim penghujan, pasokan bawang Brebes ke Pasar Induk Kramatjati, Jakarta mengalami penurunan. Bahkan harga bawang merah di pasaran saat ini sudah tembus di angka Rp50.000 per kg.

Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Juwari mengakui kalau harga bawang merah di tingkat pengecer mengalami kenaikan.

Oleh karenanya Ia mengimbau kepada pedagang atau distributor bawang merah yang melakukan pengiriman ke Jabodetabek agar tidak mengambil keeuntungan yang berlebihan.

"Mengambil keuntungan boleh-boleh saja, akan tetapi dengan harga yang wajar saja, seperti biasanya. Kami mengakui kondisi di lapangan stok lagi berkurang. Dikarenakan produktivitas yang menurun akibat curah hujan yang sangat tinggi, menyebabkan bawang banyak yang kena penyakit," ujar Juwari dalam keterangan pers tertulisnya yang diterima Senin (23/3/2020).

Bahkan, kata Juwari, akibat cuaca ekstrim pada Januari lalu bawang merah yang sudah berumur 1 bulan mestinya sekarang bisa panen ternyata malah gagal panen.

Dikatakannya, di Brebes sendiri, ada 700 hektare lahan bawang merah yang mengalami gagal panen. Hal ini, kata Juwari yang menyebabkan produkvitas bawang menurun. Sehingga hasil panen hanya 6 ton perhektar.

"Padahal, pada puncak panen seperti pada bulan Juli dan Agustus produktifitasnya mencapai 12 ton. Selain itu luas tanamnya mencapai 18rb hektar. Sekarang ini produkvitasnya menurun dan luas tanamnya berkurang dari tahun sebelumnya," imbuh Juwari.

Juwari mengimbau agar masyarakat tidak resah dengan kenaikan harga bawang tersebut. Karena harga bawang merah dalam satu atau dua bulan ke depan kembali normal.

"Saya berharap dengan kondisi seperti ini kawan-kawan pedagang bawang merah bisa mencari di tempat lain. Karena bawang merah tidak hanya di Berebes tapi juga ada di wilayah lain. Spertin di Demak, Kendal, Nganjuk, Probolinggo, Malang. Saat ini sentra bawang di dataran tinggi lagi panen," beber Juwari.

Kendati bawang merah di Brebes tengah kekurangan stok, Juwari menegaskan agar para spekulan tidak mengambil keuntungan senakanya sendiri di tengah kelangkaan bawang di tingkat petani Brebes.

"Namun demikian, ABMI telah melakukan upaya agar tidak terjadi gejolak harga di pasaran. Seperti kami telah berkoordinasi dengan bebrapa pihak pemerintah. Dalam waktu dekat kami juga akan berkoordinasi dengan Bulog," kata Juwari.

Menurutnya, jika Bulog saat ini melakukan penyerapan pembelian di pihak petani dengan harga Rp20 ribu per kg, kemudian di tingkat konsumen dengan harga Rp30 ribu per kg, itu hal yang wajar.

"Tapi kalau di tingkat pengecer sampai Rp50 ribu per kg sudah tidak rasional. Bahkan saya dengar sudah ada yang menjual lebih dari itu," ungkap Juwari.

Untuk itu Juwari mendesak kepada Tim Satgas Pangan agar menelusuri siapa yang bermain harga. Karena, meski stok berkurang, harga bawang merah di tingkat petani masih normal.

"Harga bawang merah di tingkat petani Brebes masih dinkisaran Rp23 ribu hingga Rp26 ribu per kilo gram. Untuk itu saya juga minta kepada Bulog agar secepatnya untuk turun ke lapangan. Bila perlu segera gelar operasi pasar," harap Juwari.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9106 seconds (0.1#10.140)