Iba, Warga Gotong Royong Benahi Kontrakan Reot Erik dan Ibunya
A
A
A
KOTAWARINGIN BARAT - Sejumlah warga memperbaiki rumah kontrakan reyot Erik Budi Kriswanto (18) yang rela banting tulang untuk menafkahi ibunya yang tergolek lemah di Jalan Pelita, Candi, Kumai, Kotawaringin Barat, Kalteng.
Erik merupakan pelajar kelas 2 Madrasah Aliyah (MA) Babussalam, Kumai harus rela banting tulang untuk menafkahi ibunya seorang diri yang tergolek lemah di kamar kos reot di Jalan Pelita, Desa Candi, Kecamatan Kumai. (Baca juga: Demi Rawat Ibunya yang Lumpuh, Akbar Rela Putus Sekolah)
"Insya Allah ini adalah kediaman Erik dan Ibunya. Berita tentang Erik yang viral sejak video pertamanya kami unggah di Instagram pada pekan lalu. Masya Allah, sejak itu Erik kebanjiran tamu dermawan yang super baik," seperti dikutip dari Instagram (IG) @KobarBerbagi.
Sejumlah warga tampak merenovasi rumah kontrakan yang berbahan kayu yang sudah lapuk itu menjadi lebib baik. Kayu yang sudah lapuk langsung diganti dengan yang baru dan semua dicat supaya tampak bersih dan sehat.
"Banyak bantuan dan salah satu bantuan yang Erik rasakan hari ini, Minggu, 8 maret 2020 adalah Bedah Rumah. Jazakumullah Khair terimakasih banyak kepada seluruh "RELAWAN TIM KUMAI PEDULI" yang hari ini berkerja keras untuk membedah, merapikan, membaguskan kediaman erik , sehingga erik dan ibu nya lebih nyaman berisitirahat."
Erik adalah anak tunggal dari sang ayah yang sudah almarhum dan ibu Suliyani (50). Mereka merupakan warga pendatang sejak 2009 lalu. Namun sejak sang ayak meninggal pada 2010, Erik kecil yang kini sudah mulai remaja sudah menjadi tulang punggung keluarga terutama sang ibu.
"Sebelum 2009, saat saya masih kecil, kami (ayah dan ibu) sempat merantau ke Kalbar dari Pulau Jawa dan akhirnya kami pindah ke Kumai, Kobar, Kalteng. Namun tak berapa lama ayah meninggal pada 2010. Dulu ayah kerja sebagai penjaga karcis kapal di Pelabuhan Kumai. Ibu menjadi pedagang asongan di pelabuhan,” ujar Erik dengan mata berkaca-kaca di rumah kos reot di Desa Candi.
Pada saat sang ayah meninggal pada 2010. Dia kemudian hidup susah bersama sang ibu sambil berjualan asongan di pelabuhan. Waktu terus berjalan, Erik dan sang ibu hidup di bawah garis kemiskimam dan serba kekurangan. Ditambah lagi pada 2018 sang ibu mulai sakit dan akhirnya hanya bisa berbaring lemah di atas ranjang di kamar kosnya.
"Dokter bilang dulu darah tinggi. Tapi setelah ke sini malah ibu tidak bisa bangun dari ranjang. Sejak itulah saya berjuang hidup sendiri, namun saya tetap sekolah," katanya.
Dia rela harus berangkat pagi buta untuk membantu membersihkan sekolah dengan ikhlas dan diberikan bantuan Rp250.000 setiap bulan oleh para guru yang berpatungan.
Saat dirinya sekolah, dari pukul 06.00WIB-14.00 WIB, sang ibu ditinggal di rumah. Para tetangga yang iba terkadang ikut menjaga ibunya saat dia sekolah. "Saya harus tetap kuat menjalani hidup ini, karena saya tiap bulan harus memikirkan bayar kamar kos sebesar Rp200 ribu. Ya sebenarnya tidak cukup hanya Rp250 ribu. Untung saya sekolah digratiskan. Untuk makan sehari hari selama dua tahun terakhir banyak dibantu warga yang iba," akunya.
Saat ini Erik dan sang ibu tinggal di kamar kos ukuran 3x6 meter yang terbuat dari kayu yang sudah lapuk.
Kisah Erik ini sempat viral di media sosial (sosmed) setelah warga mempostingnya. Setelah viral, banyak warga yang silih berganti mendatangi kamar kos mereka untuk membantu berupa barang kebutuhan pokok dan juga uang. "Bahkan kemarin sudah ada yang membayarkan kamar kos kami untuk setahun ke depan. Kami juga diminta pindah ke kos yang lebih layak. Tapi ibu tidak mau karena sudah betah di sini," katanya.
Erik berjanji akan menjadi anak yang baik dan terus berbakti kepada sang ibu sampai akhir hayat. "Setahun lagi saya lulus sekolah. Nanti saya akan tetap menjaga ibu dan mencari pekerjaan di sekitar sini saja. Yang penting tidak jauh dari ibu," ujarnya.
Erik merupakan pelajar kelas 2 Madrasah Aliyah (MA) Babussalam, Kumai harus rela banting tulang untuk menafkahi ibunya seorang diri yang tergolek lemah di kamar kos reot di Jalan Pelita, Desa Candi, Kecamatan Kumai. (Baca juga: Demi Rawat Ibunya yang Lumpuh, Akbar Rela Putus Sekolah)
"Insya Allah ini adalah kediaman Erik dan Ibunya. Berita tentang Erik yang viral sejak video pertamanya kami unggah di Instagram pada pekan lalu. Masya Allah, sejak itu Erik kebanjiran tamu dermawan yang super baik," seperti dikutip dari Instagram (IG) @KobarBerbagi.
Sejumlah warga tampak merenovasi rumah kontrakan yang berbahan kayu yang sudah lapuk itu menjadi lebib baik. Kayu yang sudah lapuk langsung diganti dengan yang baru dan semua dicat supaya tampak bersih dan sehat.
"Banyak bantuan dan salah satu bantuan yang Erik rasakan hari ini, Minggu, 8 maret 2020 adalah Bedah Rumah. Jazakumullah Khair terimakasih banyak kepada seluruh "RELAWAN TIM KUMAI PEDULI" yang hari ini berkerja keras untuk membedah, merapikan, membaguskan kediaman erik , sehingga erik dan ibu nya lebih nyaman berisitirahat."
Erik adalah anak tunggal dari sang ayah yang sudah almarhum dan ibu Suliyani (50). Mereka merupakan warga pendatang sejak 2009 lalu. Namun sejak sang ayak meninggal pada 2010, Erik kecil yang kini sudah mulai remaja sudah menjadi tulang punggung keluarga terutama sang ibu.
"Sebelum 2009, saat saya masih kecil, kami (ayah dan ibu) sempat merantau ke Kalbar dari Pulau Jawa dan akhirnya kami pindah ke Kumai, Kobar, Kalteng. Namun tak berapa lama ayah meninggal pada 2010. Dulu ayah kerja sebagai penjaga karcis kapal di Pelabuhan Kumai. Ibu menjadi pedagang asongan di pelabuhan,” ujar Erik dengan mata berkaca-kaca di rumah kos reot di Desa Candi.
Pada saat sang ayah meninggal pada 2010. Dia kemudian hidup susah bersama sang ibu sambil berjualan asongan di pelabuhan. Waktu terus berjalan, Erik dan sang ibu hidup di bawah garis kemiskimam dan serba kekurangan. Ditambah lagi pada 2018 sang ibu mulai sakit dan akhirnya hanya bisa berbaring lemah di atas ranjang di kamar kosnya.
"Dokter bilang dulu darah tinggi. Tapi setelah ke sini malah ibu tidak bisa bangun dari ranjang. Sejak itulah saya berjuang hidup sendiri, namun saya tetap sekolah," katanya.
Dia rela harus berangkat pagi buta untuk membantu membersihkan sekolah dengan ikhlas dan diberikan bantuan Rp250.000 setiap bulan oleh para guru yang berpatungan.
Saat dirinya sekolah, dari pukul 06.00WIB-14.00 WIB, sang ibu ditinggal di rumah. Para tetangga yang iba terkadang ikut menjaga ibunya saat dia sekolah. "Saya harus tetap kuat menjalani hidup ini, karena saya tiap bulan harus memikirkan bayar kamar kos sebesar Rp200 ribu. Ya sebenarnya tidak cukup hanya Rp250 ribu. Untung saya sekolah digratiskan. Untuk makan sehari hari selama dua tahun terakhir banyak dibantu warga yang iba," akunya.
Saat ini Erik dan sang ibu tinggal di kamar kos ukuran 3x6 meter yang terbuat dari kayu yang sudah lapuk.
Kisah Erik ini sempat viral di media sosial (sosmed) setelah warga mempostingnya. Setelah viral, banyak warga yang silih berganti mendatangi kamar kos mereka untuk membantu berupa barang kebutuhan pokok dan juga uang. "Bahkan kemarin sudah ada yang membayarkan kamar kos kami untuk setahun ke depan. Kami juga diminta pindah ke kos yang lebih layak. Tapi ibu tidak mau karena sudah betah di sini," katanya.
Erik berjanji akan menjadi anak yang baik dan terus berbakti kepada sang ibu sampai akhir hayat. "Setahun lagi saya lulus sekolah. Nanti saya akan tetap menjaga ibu dan mencari pekerjaan di sekitar sini saja. Yang penting tidak jauh dari ibu," ujarnya.
(shf)