Bosscha Amati Gerhana Matahari Cincin dari Lapangan Sinapeul Lembang
A
A
A
BANDUNG BARAT - Pengamatan fenomona alam gerhana matahari cincin (GMC) yang terbuka untuk umum digelar Obervatorium Bosscha di kawasan Lapangan Sinapeul, Desa Gudangkahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jabar, Kamis (26/12/2019).
"Kami sediakan empat teleskop beserta sejumlah alat bantu lainnya. Seperti proyeksi lubang jarum dan kacamata matahari yang bisa digunakan masyarakat secara bergantian. Pengamatan akan dimulai pukul 10.00 WIB," kata salah seorang peneliti di Observatorium Bosscha, Lembang, Agus Triyono, Kamis (26/12/2019). (Baca juga: BMKG: Di Kota Bandung Matahari Bakal Tertutup 76,4%)
Dia menjelaskan, gerhana matahari sebagian kali ini berlangsung mulai pukul 10.46 WIB dan mencapai puncaknya pada pukul 12.38 WIB. Sedangkan akhir gerhana akan terjadi pada pukul 14.24 WIB.
Fenomena gerhana ini cukup unik jika dilihat dari kawasan Indonesia, karena bentuknya menyerupai cincin. Fenomena itu bisa secara utuh disaksikan di Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Pihaknya berharap kondisi cuaca pada Kamis pagi hingga menjelang sore tidak turun hujan agar gerhana matahari ini bisa terlihat dengan jelas. Pasalnya jika hujan atau langit tertutup awan tebal maka akan sangat sulit untuk bisa melihat fenomena ini. (Baca juga: Ulama Ini Luruskan Pemahaman yang Salah soal Gerhana Matahari Cincin)
Sementara saat ini hampir setiap hari selepas siang, wilayah Lembang selalu diguyur hujan. Semoga dengan kondisi sinar matahari yang bersinar terang dan cuaca cerah pada Kamis pagi, fenomena ini bisa dilihat masyarakat.
"Kalau kami berharap cuaca tetap cerah agar gerhana ini bisa terlihat jelas. Untuk di Indonesia gerhana matahari berikutnya akan terjadi pada tahun 2023 dan itu adalah gerhana matahari total," sebutnya.
Menurutnya, gerhana matahari merupakan fenomena alam di mana matahari bulan dan bumi berada dalam posisi sejajar. Setiap tahun, fenomena ini terjadi 2-5 kali, tetapi hanya bisa disaksikan dari tempat-tempat ataupun negara-negara tertentu. Disinggung apakah pengamatan gerhana matahari ini bisa dilakukan dengan mata telanjang, dia menyarankan hal itu tidak dilakukan karena akan sangat berbahaya.
"Paling tidak harus menggunakan alat bantu, seperti teleskop dan kacamata matahari agar tidak terjadi kontak langsung. Memakai kacamata hitam pun belum cukup aman. Perlu alat bantu khusus untuk mengamati gerhana dan nanti kami siapkan," jelasnya.
"Kami sediakan empat teleskop beserta sejumlah alat bantu lainnya. Seperti proyeksi lubang jarum dan kacamata matahari yang bisa digunakan masyarakat secara bergantian. Pengamatan akan dimulai pukul 10.00 WIB," kata salah seorang peneliti di Observatorium Bosscha, Lembang, Agus Triyono, Kamis (26/12/2019). (Baca juga: BMKG: Di Kota Bandung Matahari Bakal Tertutup 76,4%)
Dia menjelaskan, gerhana matahari sebagian kali ini berlangsung mulai pukul 10.46 WIB dan mencapai puncaknya pada pukul 12.38 WIB. Sedangkan akhir gerhana akan terjadi pada pukul 14.24 WIB.
Fenomena gerhana ini cukup unik jika dilihat dari kawasan Indonesia, karena bentuknya menyerupai cincin. Fenomena itu bisa secara utuh disaksikan di Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Pihaknya berharap kondisi cuaca pada Kamis pagi hingga menjelang sore tidak turun hujan agar gerhana matahari ini bisa terlihat dengan jelas. Pasalnya jika hujan atau langit tertutup awan tebal maka akan sangat sulit untuk bisa melihat fenomena ini. (Baca juga: Ulama Ini Luruskan Pemahaman yang Salah soal Gerhana Matahari Cincin)
Sementara saat ini hampir setiap hari selepas siang, wilayah Lembang selalu diguyur hujan. Semoga dengan kondisi sinar matahari yang bersinar terang dan cuaca cerah pada Kamis pagi, fenomena ini bisa dilihat masyarakat.
"Kalau kami berharap cuaca tetap cerah agar gerhana ini bisa terlihat jelas. Untuk di Indonesia gerhana matahari berikutnya akan terjadi pada tahun 2023 dan itu adalah gerhana matahari total," sebutnya.
Menurutnya, gerhana matahari merupakan fenomena alam di mana matahari bulan dan bumi berada dalam posisi sejajar. Setiap tahun, fenomena ini terjadi 2-5 kali, tetapi hanya bisa disaksikan dari tempat-tempat ataupun negara-negara tertentu. Disinggung apakah pengamatan gerhana matahari ini bisa dilakukan dengan mata telanjang, dia menyarankan hal itu tidak dilakukan karena akan sangat berbahaya.
"Paling tidak harus menggunakan alat bantu, seperti teleskop dan kacamata matahari agar tidak terjadi kontak langsung. Memakai kacamata hitam pun belum cukup aman. Perlu alat bantu khusus untuk mengamati gerhana dan nanti kami siapkan," jelasnya.
(shf)