Balai Arkeologi Papua Kenalkan Situs Tutari ke Milenial
A
A
A
SENTANI - Balai Arkeologi Papua selama dua hari (20-21 November 2019) mengajak puluhan siswa SD, SMP, SMU/SMK dan mahasiswa ISBI serta Uncen jurusan Antropologi ke situs Tutari.
Kegiatan dilaksanakan di Balai Kampung Adat Doyo Lama Distrik Waibhu dan turut hadir stekholder pemerintah daerah seperti dinas pendidikan, dinas kebudayaan dan pariwisata serta Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Jayapura. Termasuk para peneliti balai arkeologi, dosen pembimbing dari ISBI serta Uncen dan para Guru dari masing - masing sekolah yang terlibat dalam kegiatan ini.
Ketua panitia kegiatan Hari Suroto pada kesempatan tersebut mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan di Rumah Peradaban Situs Megalitik Tutari Kampung Doyo Lama Distrik Waibhu, sesungguhnya untuk mengenalkan situs megalitik tutari kepada kaum milenial.
" Masyarakat luas dan kaum milenial lebih mengenal bukit tungkuwiri (teletabis) dari pada situs tutari, padahal kedua objek ini saling berdekatan tempatnya," ujar Suroto saat ditemui di Kampung Doyo Lama, Kamis (21/11/2019).
Dikatakan, Situs Megalitik Tutari terdiri dari Enam sektor yang berada pada bukit tandus yang meninggi ke arah utara Kampung Doyo Lama. Permukaan bukit Tutari ditumbuhi oleh ilalang, semak belukar, dan pohon kayu putih serta terdapat batu jenis gabro yang berukuran besar.
"Kami juga memberikan informasi terkait keberadaan situs megalitik Tutari kepada siswa sekolah dan mahasiswa," ujarnya.
Dari keberadaannya, kata Suroto, areal situs megalitik Tutari sangat memungkinkan untuk dikunjungi sebagai destinasi wisata. Apalagi, moment pelaksanaan PON XX 2020 sudah di depan mata. Mustinya tempat ini harus dipublikasikan secara meluas kepada masyarakat umum.
"Selain informasi yang diberikan, peserta juga terlibat dalam lomba flog, foto, melukis, pidato, dan karya ilmiah populer," katanya.
Sementara itu, salah satu Guru pendamping SMA N 1 Sentani, Jenny Mangeka mengatakan, kawasan perbukitan situs tutari harus ditata lebih baik lagi. Menurutnya, dari kunjungan setiap orang pada situs yang berumur ratusan tahun di Kampung Doyo Lama ini, ada nilai seni dan budaya yang terkandung di dalamnya.
"Paling tidak di setiap sektor ada tanda atau informasi yang menjelaskan keberadaan situs megalitik Tutari, karena situs megalitik terdiri dari beberapa bagian," pungkasnya.
Kegiatan dilaksanakan di Balai Kampung Adat Doyo Lama Distrik Waibhu dan turut hadir stekholder pemerintah daerah seperti dinas pendidikan, dinas kebudayaan dan pariwisata serta Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Jayapura. Termasuk para peneliti balai arkeologi, dosen pembimbing dari ISBI serta Uncen dan para Guru dari masing - masing sekolah yang terlibat dalam kegiatan ini.
Ketua panitia kegiatan Hari Suroto pada kesempatan tersebut mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan di Rumah Peradaban Situs Megalitik Tutari Kampung Doyo Lama Distrik Waibhu, sesungguhnya untuk mengenalkan situs megalitik tutari kepada kaum milenial.
" Masyarakat luas dan kaum milenial lebih mengenal bukit tungkuwiri (teletabis) dari pada situs tutari, padahal kedua objek ini saling berdekatan tempatnya," ujar Suroto saat ditemui di Kampung Doyo Lama, Kamis (21/11/2019).
Dikatakan, Situs Megalitik Tutari terdiri dari Enam sektor yang berada pada bukit tandus yang meninggi ke arah utara Kampung Doyo Lama. Permukaan bukit Tutari ditumbuhi oleh ilalang, semak belukar, dan pohon kayu putih serta terdapat batu jenis gabro yang berukuran besar.
"Kami juga memberikan informasi terkait keberadaan situs megalitik Tutari kepada siswa sekolah dan mahasiswa," ujarnya.
Dari keberadaannya, kata Suroto, areal situs megalitik Tutari sangat memungkinkan untuk dikunjungi sebagai destinasi wisata. Apalagi, moment pelaksanaan PON XX 2020 sudah di depan mata. Mustinya tempat ini harus dipublikasikan secara meluas kepada masyarakat umum.
"Selain informasi yang diberikan, peserta juga terlibat dalam lomba flog, foto, melukis, pidato, dan karya ilmiah populer," katanya.
Sementara itu, salah satu Guru pendamping SMA N 1 Sentani, Jenny Mangeka mengatakan, kawasan perbukitan situs tutari harus ditata lebih baik lagi. Menurutnya, dari kunjungan setiap orang pada situs yang berumur ratusan tahun di Kampung Doyo Lama ini, ada nilai seni dan budaya yang terkandung di dalamnya.
"Paling tidak di setiap sektor ada tanda atau informasi yang menjelaskan keberadaan situs megalitik Tutari, karena situs megalitik terdiri dari beberapa bagian," pungkasnya.
(akn)