Pencipta Obat Batu Ginjal, Penurun Kolesterol hingga Biskuit Tentara
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Prof Sardjito dan lima orang lainnya atas pengabdian dan jasa-jasanya kepada negara di Jakarta, Jumat (8/11/2019).
Lahir di Purwodadi, Magetan, Jawa Timur, 13 Agustus 1889, Prof Dr dr M Sardjito MD MPH, merupakan dokter sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran dan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) serta Universitas Islam Indonesia (UII). (Baca juga: Enam Tokoh Bangsa Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional)
Riwayat pendidikannya dimulai dengan bersekolah formal di Purwodadi dan Lumajang, Jatim. Selanjutnya, melanjutkan pendidikan di STOVIA Jakarta, dan berhasil lulus dengan meraih peringkat pertama pada tahun 1915.
Karirnya dimulai dengan bekerja di Rumah Sakit Jakarta, kemudian pindah ke Institut Pasteur Bandung. Di Bandung, Prof Sardjito bergabung dalam tim yang melakukan penelitian khusus virus influenza yang sedang mewabah.
Hasil penemuan Prof Sardjito di antaranya obat penurun kolesterol (Calterol) dan obat mengatasi batu ginjal (Calcusol), vaksin penyakit typus, kolera, disentri, streptokoken dan staflokoken.
Saat perang Kemerdekaan, Prof Sardjito memberi dukungan kepada para pejuang tentara pelajar dengan menciptakan ransum khusus yang diberi nama Biskuit Sardjito. Dia ikut serta dalam proses pemindahan Institut Pasteur di Bandung, Jawa Barat ke Klaten, Jawa Tengah.
Selanjutnya Prof Sardjito menjadi Presiden Universiteit (Rektor) UGM pertama, yakni dari awal berdirinya UGM pada tahun 1949 hingga 1961.
Selepas dari UGM, Prof Sardjito menjadi Rektor UII periode 1964 hingga 1970.
Meninggal 5 Mei 1970 dalam usia 80 tahun, namanya kemudian diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito di Yogyakarta.
Pada 2011, UGM, UII, PMI dan RSUP Dr Sardjito Yogyakarta mengusulkan kepada pemerintah agar Prof Sardjito mendapatkan gelar Pahlawan Nasional karena jasa dan kontribusinya yang besar terhadap negara, yakni di bidang kesehatan, pendidikan, perjuangan kemerdekaan, bidang kemanusiaan, sandi negara. (Baca juga: Rektor UGM Temui JK Bahas Usulan Prof Sardjito Jadi Pahlawan Nasional)
Anggota tim pengusul pahlawan bagi Prof Sardjito, Prof Sutaryo mengatakan bahwa prosesnya diawali dengan membentuk tim pada tahun 2011. Kemudian pada Juli 2012 tim membuat surat pengusulan.
"Jadi perjuangan kami selama sembilan tahun," kata Sutaryo, Jumat (8/11/2019).
Menurut Sutaryo, Sardjito merupakan sosok ilmuwan pejuang sekaligus pejuang ilmuwan. Sardjito fokus dan aktif waktu itu di bidang pendidikan seperti di Budi Utomo.
Sardjito juga sebagai peletak Pancasila sebagai dasar perguruan tinggi di Indonesia. Ia juga dikenal sebagai pendiri PMI dan banyak meneliti obat-obatan bagi rakyat maupun pejuang kemerdekaan.
"Prof Sardjito sarjana yang komplet. Aktif di sosial, budaya, perdamaian dan seni rupa juga," katanya.
Rektor UGM Prof Panut Mulyono mengaku bangga dengan gelar Pahlawan Nasional bagi almarhum Prof Sardjito. "Semoga kita dapat meneladani semangat dan ketulusan almarhum dalam berjuang bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Almarhum Prof Sardjito adalah ilmuwan pejuang dan pejuang ilmuwan," kata Panut.
Hal senada diungjkapkan Rektor UII Fathul Wahid. Dia mengatakan Prof Sadjito selama menjabat rektor, UII maju pesat, di antaranya dengan membuka fakultas eksakta, seperti kedokteran, peternakan, teknik dan farmasi. Selain itu, UII juga membuka cabang di beberapa kota. Tercatat ada delapan kota dan 22 fakultas yang telah dibuka.
"Saat kepemimpinan Prof Sardjito ini, UII mendapat status disamakan, yaitu status tertinggi perguruan tinggi swasta," jelasnya.
Untuk menghargai Prof Sardjito, namanya dipakai UII sebagai gedung kuliah umum.
Keluarga almarhum Prof Sardjito, Budhi Santoso merasa bahagia dengan anugerah tersebut. Mewakili keluarga Budhi mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim yang telah berusaha secara maksimal memperjuangkan Sardjito sebagai Pahlawan Nasional.
"Ini anugerah istimewa bagi keluarga. Atas nama keluarga kami mengucapkan terima kasih kepada tim yang telah memperjuangkan pemberian gelar tersebut," katanya.
Lahir di Purwodadi, Magetan, Jawa Timur, 13 Agustus 1889, Prof Dr dr M Sardjito MD MPH, merupakan dokter sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran dan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) serta Universitas Islam Indonesia (UII). (Baca juga: Enam Tokoh Bangsa Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional)
Riwayat pendidikannya dimulai dengan bersekolah formal di Purwodadi dan Lumajang, Jatim. Selanjutnya, melanjutkan pendidikan di STOVIA Jakarta, dan berhasil lulus dengan meraih peringkat pertama pada tahun 1915.
Karirnya dimulai dengan bekerja di Rumah Sakit Jakarta, kemudian pindah ke Institut Pasteur Bandung. Di Bandung, Prof Sardjito bergabung dalam tim yang melakukan penelitian khusus virus influenza yang sedang mewabah.
Hasil penemuan Prof Sardjito di antaranya obat penurun kolesterol (Calterol) dan obat mengatasi batu ginjal (Calcusol), vaksin penyakit typus, kolera, disentri, streptokoken dan staflokoken.
Saat perang Kemerdekaan, Prof Sardjito memberi dukungan kepada para pejuang tentara pelajar dengan menciptakan ransum khusus yang diberi nama Biskuit Sardjito. Dia ikut serta dalam proses pemindahan Institut Pasteur di Bandung, Jawa Barat ke Klaten, Jawa Tengah.
Selanjutnya Prof Sardjito menjadi Presiden Universiteit (Rektor) UGM pertama, yakni dari awal berdirinya UGM pada tahun 1949 hingga 1961.
Selepas dari UGM, Prof Sardjito menjadi Rektor UII periode 1964 hingga 1970.
Meninggal 5 Mei 1970 dalam usia 80 tahun, namanya kemudian diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito di Yogyakarta.
Pada 2011, UGM, UII, PMI dan RSUP Dr Sardjito Yogyakarta mengusulkan kepada pemerintah agar Prof Sardjito mendapatkan gelar Pahlawan Nasional karena jasa dan kontribusinya yang besar terhadap negara, yakni di bidang kesehatan, pendidikan, perjuangan kemerdekaan, bidang kemanusiaan, sandi negara. (Baca juga: Rektor UGM Temui JK Bahas Usulan Prof Sardjito Jadi Pahlawan Nasional)
Anggota tim pengusul pahlawan bagi Prof Sardjito, Prof Sutaryo mengatakan bahwa prosesnya diawali dengan membentuk tim pada tahun 2011. Kemudian pada Juli 2012 tim membuat surat pengusulan.
"Jadi perjuangan kami selama sembilan tahun," kata Sutaryo, Jumat (8/11/2019).
Menurut Sutaryo, Sardjito merupakan sosok ilmuwan pejuang sekaligus pejuang ilmuwan. Sardjito fokus dan aktif waktu itu di bidang pendidikan seperti di Budi Utomo.
Sardjito juga sebagai peletak Pancasila sebagai dasar perguruan tinggi di Indonesia. Ia juga dikenal sebagai pendiri PMI dan banyak meneliti obat-obatan bagi rakyat maupun pejuang kemerdekaan.
"Prof Sardjito sarjana yang komplet. Aktif di sosial, budaya, perdamaian dan seni rupa juga," katanya.
Rektor UGM Prof Panut Mulyono mengaku bangga dengan gelar Pahlawan Nasional bagi almarhum Prof Sardjito. "Semoga kita dapat meneladani semangat dan ketulusan almarhum dalam berjuang bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Almarhum Prof Sardjito adalah ilmuwan pejuang dan pejuang ilmuwan," kata Panut.
Hal senada diungjkapkan Rektor UII Fathul Wahid. Dia mengatakan Prof Sadjito selama menjabat rektor, UII maju pesat, di antaranya dengan membuka fakultas eksakta, seperti kedokteran, peternakan, teknik dan farmasi. Selain itu, UII juga membuka cabang di beberapa kota. Tercatat ada delapan kota dan 22 fakultas yang telah dibuka.
"Saat kepemimpinan Prof Sardjito ini, UII mendapat status disamakan, yaitu status tertinggi perguruan tinggi swasta," jelasnya.
Untuk menghargai Prof Sardjito, namanya dipakai UII sebagai gedung kuliah umum.
Keluarga almarhum Prof Sardjito, Budhi Santoso merasa bahagia dengan anugerah tersebut. Mewakili keluarga Budhi mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim yang telah berusaha secara maksimal memperjuangkan Sardjito sebagai Pahlawan Nasional.
"Ini anugerah istimewa bagi keluarga. Atas nama keluarga kami mengucapkan terima kasih kepada tim yang telah memperjuangkan pemberian gelar tersebut," katanya.
(shf)