Langgar Aturan Adat Baduy Penyebab 5 Pelajar SMP Tewas Tenggelam
A
A
A
LEBAK - Lima pelajar SMP 3 Budaya Jakarta Timur (sebelumnya ditulis SMP BSD Tangerang) yang tewas di kawasan wisata adat suku Baduy di Sungai Ciujung kampung Gajeboh, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Lebak, Banten, dianggap langgar aturan adat. Kepala Desa Suku Adat Baduy Jaro Saija menyatakan, para siswa tersebut melanggar aturan “tengange”. Tengange sendiri berati tengah hari ketika terik matahari tepat berada di atas bumi.
Dalam kepercayaan aturan suku adat Baduy, masyarakat tidak boleh dan harus menunda aktivitas pada saat tengange. Sebab, waktu tersebut bukanlah waktu yang baik untuk aktivitas di luar rumah. Selain kondisi udara pada puncak suhu panas, juga kurang baik untuk bekerja. “Iya, kan tadi kebetulan hari Jumat (waktu ibadah) tengange (tengah hari),” kata Jaro Saija Jumat (25/10/2019).
Saija sendiri mengaku sudah memberikan rambu-rambu dan peringatan kepada pengunjung yang akan memasuki area suku adat Baduy. “Itu kan sudah disampaikan di buku tamu, ketika datang ke Baduy. Harus dipatuhi,” kata Saija.
Aturan yang harus dipatuhi, kata Saija mulai tidak berteriak-teriak di dalam kawasan Baduy, tidak memotret di area yang sudah ditentukan, tidur terpisah antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat ikatan suami istri, dan berhenti beraktivitas saat tengah hari. Aturan tersebut menurut Saija harus dipatuhi. Termasuk aturan mengenai penggunaan sabun dan deterjen. “Harus mengikuti aturan,” kata dia.
Jaro menambahkan, rombongan siswa dari SMP 3 Budaya Jakarta Timur berenang di Sungai Ciujung kampung Gajeboh, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Lebak. Sebelumnya, rombongan sudah diperingatkan agar tidak berenang pada tengah hari. Namun ada sekitar 100 siswa berenang di lokasi. Ketinggian air diperkirakan sedalam 5 meter.
Camat Leuwidamar Agus Sukanta menyatakan korban rencananya akan dibawa ke Rumah Sakit Adjidarmo, Rangkasbitung, Lebak. Saat ini kelima jenazah masih berada di Puskesmas Cisimeut, Lebak, Banten. Kelimanya adalah Malvin Reizen Alvino, Moses Imanuel Baskoro, Sahrul Ramadhan, Paskaleo Anesho Telaumbanua, Christiano Arthur Immanuel. Kelimanya tenggelam saat berenang di lokasi. “Saat ini masih diselidiki oleh kepolisian,” kata Agus Sukanta.
Dalam kepercayaan aturan suku adat Baduy, masyarakat tidak boleh dan harus menunda aktivitas pada saat tengange. Sebab, waktu tersebut bukanlah waktu yang baik untuk aktivitas di luar rumah. Selain kondisi udara pada puncak suhu panas, juga kurang baik untuk bekerja. “Iya, kan tadi kebetulan hari Jumat (waktu ibadah) tengange (tengah hari),” kata Jaro Saija Jumat (25/10/2019).
Saija sendiri mengaku sudah memberikan rambu-rambu dan peringatan kepada pengunjung yang akan memasuki area suku adat Baduy. “Itu kan sudah disampaikan di buku tamu, ketika datang ke Baduy. Harus dipatuhi,” kata Saija.
Aturan yang harus dipatuhi, kata Saija mulai tidak berteriak-teriak di dalam kawasan Baduy, tidak memotret di area yang sudah ditentukan, tidur terpisah antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat ikatan suami istri, dan berhenti beraktivitas saat tengah hari. Aturan tersebut menurut Saija harus dipatuhi. Termasuk aturan mengenai penggunaan sabun dan deterjen. “Harus mengikuti aturan,” kata dia.
Jaro menambahkan, rombongan siswa dari SMP 3 Budaya Jakarta Timur berenang di Sungai Ciujung kampung Gajeboh, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Lebak. Sebelumnya, rombongan sudah diperingatkan agar tidak berenang pada tengah hari. Namun ada sekitar 100 siswa berenang di lokasi. Ketinggian air diperkirakan sedalam 5 meter.
Camat Leuwidamar Agus Sukanta menyatakan korban rencananya akan dibawa ke Rumah Sakit Adjidarmo, Rangkasbitung, Lebak. Saat ini kelima jenazah masih berada di Puskesmas Cisimeut, Lebak, Banten. Kelimanya adalah Malvin Reizen Alvino, Moses Imanuel Baskoro, Sahrul Ramadhan, Paskaleo Anesho Telaumbanua, Christiano Arthur Immanuel. Kelimanya tenggelam saat berenang di lokasi. “Saat ini masih diselidiki oleh kepolisian,” kata Agus Sukanta.
(zil)