Sambut PON XX, Kabupaten Jayapura Berupaya Eliminasi Malaria
A
A
A
SENTANI - Pemerintah Kabupaten Jayapura terus berupaya untuk mengeliminasi penyebab dan penyebaran penyakit malaria. Karena hingga saat ini penyakit yang disebarluaskan melalui gigitan nyamuk itu masih menjadi momok masyarakat.
Untuk itu upaya dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang tengah terus dilakukan Pemkab Jayapura untuk dapat mengeliminasi dan mencegah penyebaran malaria. Apalagi dalam waktu dekat ini PON XX akan dilaksanakan di Papua, dan Kabupaten Jayapura adalah salah satu klaster dengan 11 cabang olahraga.
Pemerintah Kabupaten Jayapura melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) telah berupaya sejak lama dengan mendiagnosa penderita malaria dengan benar melalui pemeriksaan laboratorium dan diobati dengan standar Badan Kesehatan Dunia atau Wolrd Health Organization (WHO).
Di samping itu beberapa upaya lainnya juga terus dilakukan, di antaranya memberi pelatihan bagi Kader Malaria dalam program kampung Siaga Malaria (Siamal) sehingga mampu mendiagnosa setiap pasien dengan sistim Rapid Diagsnotic tests (RDTs).
Dengan menggunakan RDTs maka Dinkes berharap dapat menemukan malaria dengan cepat dan mengobati dengan benar sehingga dapat memutuskan mata rantai penyakit malaria. Selain itu Dinkes juga melakukan pencegahan dengan kelambu anti malaria yang rutin dibagikan di setiap kampung untuk mencegah penyebaran malaria melalui nyamuk.
“Seluruh masyarakat kita beri kelambu agar terhindar dari nyamuk malaria, jadi Kabupaten Jayapura sudah klambuniasasi masal sejak 2008 dan sampai sekarang kita rutin membagikan kelambu baru,” kata Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw dalam keterangan tertulis, Sabtu (28/9/2019).
Selain itu dalam mengeliminasi malaria, Dinas Kesehatan juga melibatkan seluruh masyarakat dalam program Siaga Malaria (Siamal). Di mana 3 orang dari setiap kampung dibekali melalui pelatihan untuk bagaimana dapat mendeteksi lebih awal gejala malaria.
Upaya lainya untuk mengeliminasi malaria oleh dinas kesehatan juga dilakukan melalui penyemprotan insektisida di setiap daerah beresiko dengan alat dan obat yang sediakan di setiap kampung.
“Mungkin tidak bisa sampai habis sama sekali, tetapi kita bisa eliminasi pada angka tertentu di mana tidak menjadi kekhawatiran dan masalah kesehatan,” harap Bupati Mathius Awoitauw.
Untuk itu upaya dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang tengah terus dilakukan Pemkab Jayapura untuk dapat mengeliminasi dan mencegah penyebaran malaria. Apalagi dalam waktu dekat ini PON XX akan dilaksanakan di Papua, dan Kabupaten Jayapura adalah salah satu klaster dengan 11 cabang olahraga.
Pemerintah Kabupaten Jayapura melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) telah berupaya sejak lama dengan mendiagnosa penderita malaria dengan benar melalui pemeriksaan laboratorium dan diobati dengan standar Badan Kesehatan Dunia atau Wolrd Health Organization (WHO).
Di samping itu beberapa upaya lainnya juga terus dilakukan, di antaranya memberi pelatihan bagi Kader Malaria dalam program kampung Siaga Malaria (Siamal) sehingga mampu mendiagnosa setiap pasien dengan sistim Rapid Diagsnotic tests (RDTs).
Dengan menggunakan RDTs maka Dinkes berharap dapat menemukan malaria dengan cepat dan mengobati dengan benar sehingga dapat memutuskan mata rantai penyakit malaria. Selain itu Dinkes juga melakukan pencegahan dengan kelambu anti malaria yang rutin dibagikan di setiap kampung untuk mencegah penyebaran malaria melalui nyamuk.
“Seluruh masyarakat kita beri kelambu agar terhindar dari nyamuk malaria, jadi Kabupaten Jayapura sudah klambuniasasi masal sejak 2008 dan sampai sekarang kita rutin membagikan kelambu baru,” kata Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw dalam keterangan tertulis, Sabtu (28/9/2019).
Selain itu dalam mengeliminasi malaria, Dinas Kesehatan juga melibatkan seluruh masyarakat dalam program Siaga Malaria (Siamal). Di mana 3 orang dari setiap kampung dibekali melalui pelatihan untuk bagaimana dapat mendeteksi lebih awal gejala malaria.
Upaya lainya untuk mengeliminasi malaria oleh dinas kesehatan juga dilakukan melalui penyemprotan insektisida di setiap daerah beresiko dengan alat dan obat yang sediakan di setiap kampung.
“Mungkin tidak bisa sampai habis sama sekali, tetapi kita bisa eliminasi pada angka tertentu di mana tidak menjadi kekhawatiran dan masalah kesehatan,” harap Bupati Mathius Awoitauw.
(akn)