Kabupaten Gorontalo Siap Gelar Festival Kelapa Internasional 2020

Senin, 16 September 2019 - 06:22 WIB
Kabupaten Gorontalo...
Kabupaten Gorontalo Siap Gelar Festival Kelapa Internasional 2020
A A A
AMLAPURA - Kabupaten Gorontalo tahun 2020 akan menjadi lokasi berikutnya perhelatan Festival Kelapa Internasional. Hal itu disampaikan Bupati Gorontalo Profesor Nelson Pomalingo sekaligus Ketua Kopek Indonesia pada hari kedua Festival Kelapa Internasional yang tahun ini diselenggarakan di Kabupaten Karangasem, Bali, Minggu (15/9/2019).

Festival Kelapa Internasional merupakan kegiatan rutin dalam rangka memperingati Hari Kelapa Dunia yang diselenggarakan Koalisi Kabupaten Penghasil Kelapa (Kopek) Indonesia sejak 2017. Dalam gelaran tersebut Kopek menghadirkan pihak-pihak yang terkait dengan kelapa baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk membahas perkembangan kelapa.

Kesiapan Kabupaten Gorontalo untuk menyelenggarakan kegiatan yang banyak dihadiri udangan dari berbabagi negara ini merupakan kesempatan emas bagi Gorontalo. Bupati Gorontalo menyatakan kesiapannya mengingat Kabupaten Gorontalo memiliki banyak potensi yang telah maupun akan dilakukan untuk kemajuan petani kelapa di Gorontalo.

Luas area tanaman kelapa yang mencapai 30.000 hektare adalah salah satu anugerah yang dimiliki Kabupaten Gorontalo. Tak heran jika di salah satu wilayah di Kabupaten Gorontalo ada kampung yang disebut Kampung Kelapa.

Pemerintah Kabupaten Gorontalo juga mendukung industri olahan kelapa. "Sudah ada tiga pabrik pengolahan kelapa. Kita juga dorong masyarakat dengan industri rumahan mengolah kelapa menjadi minyak goreng," ungkap Bupati Nelson.

Selain itu Nelson mengatakan sudah ada BUMD yang mengolah kelapa menjadi minyak goreng. "Usaha pengolahan ini bisa untuk visitasi peserta Festival Kelapa Internasional tahun depan," tutur Bupati.

Nelson menjelaskan, kelapa tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat Kabupaten Gorontalo karena sudah lama bergelut dengan kelapa. Hingga saat ini pengembangkan kelapa di Kabupaten Gorontalo dilakukan melalui budidaya sistem pertanian terpadu.

"Kami ada program tumpangsari padi kelapa (Palapa) yang sudah dimulai tahun ini. Juga ada kelapa jagung. Karena kalau mengandalkan kelapa saja, penghasilan petani kurang berkembang. Sehingga itu jadi model, termasuk juga nantinya akan dikembangkan kelapa dan peternakan. Dengan demikian harapannya lahan yang minimal hari ini, bisa kita optimalkan produktivitasnya," beber Nelson.

Terkait kelapa yang bisa digandengkan sebagai tujuan wisata yang merupakan salah satu bahasan pada Festival Kelapa Internasional di Karangasem Bali, Bupati Nelson mengatakan dengan pengalaman di daerah lain akan mengembangkan kuliner dari hasil olahan kelapa.

"Kuliner dari kelapa bisa menjadi daya tarik wisata selain kerajinan kelapa. Ini akan kita siapkan untuk tahun depan. Yang penting kelapa untuk wisata adalah produktivitasnya ditingkatkan dan hasil produknya harus diversifikasi," ujarnya.

Mengenai produktivitas dan harga kelapa Bupati Nelson juga menyampaikan agar nilai kelapa bertambah, petani harus punya produk lainnya jika tidak menjual kelapa. "Untuk itu kita dorong kerja sama. Saat ini harga kelapa berbeda setiap daerah, di Surabaya Rp6.000 per kg di Gorontalo Rp1500 per kg. Sementara di daerah lain harganya hanya Rp300-Rp400. Inilah yang harus disambungkan antara yang punya produk kelapa dengan yang mau mengolahnya," ucap Nelson.

Nelson mengatakan Kabupaten Gorontalo masih beruntung harga kelapa mencapai ribuan. Sementara daerah lain harga kelapa di bawah Rp500. Selaku Bupati Gorontalo dan Ketua Kopek, Nelson berharap tahun depan petani kelapa di wilayahnya akan menikmati kenaikan harga. "Kita akan dorong terus agar harga kelapa kelapa bisa lebih baik di semua daerah," harap Nelson.

Kenyataan harga kelapa yang kurang manusiawi di beberapa daerah menjadi keprihatinan tersendiri Sekjen Kopek Alias Wello sebagai Sekjen Pengganti Antar Waktu Kopek hingga 2021. Alias Wello yang Bupati Lingga ini menyebut karena harga kelapa yang tidak manusiawi itu membuat petani enggan memetik kelapa.

"Kenapa terpuruk harganya? Saya mencurigai ada kartel yang bermain di kelapa. Ini yang harus kita telusuri kembali persoalan-persoalannya. Harga tidak manusiawi hampir tersebar di daerah penghasil kelapa," ungkap Alias Wello.

Bukan hanya soal harga, Bupati Lingga Alias Wello juga mengungkapkan salah satu penyebab harga kelapa yang rendah karena adanya keresehan lainnya yaitu sedikitnya perhatian pemerintah pusat terhadap harga pada tingkat petani.

"Saat ini petani kelapa susah mendapatkan bantuan dukungan dana untuk meningkatkan nilai produksi. Kita tahu sekarang ini petani kelapa susah mendapatkan pinjaman ke perbankan. Berbeda dengan sawit yang mudah dari sisi perbankan dan dari pemerintah juga mendapat fasilitas-fasilitas," ujarnya.

Bupati Wello mengatakan jika dibandingkan usaha sawit, perusahaan besar banyak terlibat pada sawit sementara kelapa hanya milik petani kecil saja. "Inilah yang perlu dipikirkan pemerintah. Cukup banyak orang tergantung nasibnya pada hasil kelapa. Ini yang harus mendapat perhatian serius pemerintah," tegas Wello.

Untuk mengatasi itu selaku Sekjen Kopek ia akan mengintensifkan diskusi-diskusi pada tingkat petani dan para pengusaha serta pemerintah. "Minimal ada regulasi yang bersifat proteksi kepada kepentingan masyarakat petani kelapa di daerah-daerah. Semua harus terlibat. Kita punya kepentingan yang sama untuk mengembalikan kejayaan kelapa Indonesia. Ini peran pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pengusaha," pungkasnya.
(alf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1133 seconds (0.1#10.140)