Miris, Sungai di Mojokerto Penuh dengan Limbah Popok
A
A
A
MOJOKERTO - Kali Surabaya di Mojokerto menjadi lokasi pembuangan sampah dan limbah yang sulit terurai, di antaranya popok. Minimnya kesadaran warga Bumi Majapahit untuk menjaga kebersihan sungai menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Kondisi ini terlihat di aliran sungai Kali Surabaya, tepatnya di bawah Jembatan Sidorejo, Kecamatan Jetis. Ribuan limbah popok bayi nampak berserakan memenuhi aliran sungai. Popok bekas pakai dengan berbagai merek itu sengaja dibuang warga ke aliran sungai.
Kondisi ini sangat disayangkan Tim Brigade Evakuasi Popok (BEP) Ecoton. Dengan mengenakan baju hazmat putih, bermasker, sarung tangan, dan sepatu bot, sejumlah aktivis ini memungut ribuan limbah popok bayi itu dari dasar sungai.
"Ini adalah kegiatan lanjutan kemarin. Setelah dilakukan identivikasi, kami mengevakuasi popok yang dibuang warga di bawah Jembatan Sidorejo," kata Koordinator BEP Ecoton, Aziz, Jumat (13/9/2019).
Aziz mengatakan, limbah popok itu sengaja dibuang warga di sungai. Diperkirakan, kebiasaan membuang popok di Kali Surabaya ini sudah sejak lama. Hal itu diperkuat dengan fakta di lapangan, dimana limbah popok itu sudah sangat banyak. Diperkirakan mencapai ribuan buah.
"Ada berbagai macam merk popok dan sepertinya memang sudah lama sungai ini jadi tempat pembuangan. Saat ini kan musim kering jadi terlihat menumpuk. Nanti kalau sudah musim hujan, limbah popok ini akan hanyut hingga ke Kali Surabaya," imbuhnya.
Menumpuknya limbah popok di bawah jembatan Sidorejo, dipastikan akan merusak ekosistem Kali Surabaya. Kondisi itu sangat berbahaya bagi warga masyarakat lain di luar wilayah Mojokerto. Sebab, aliran Kali Surabaya merupakan sumber mata air beberapa Perusahaan Air Milik Daerah (PDAM) di Jawa Timur.
"Kali Surabaya itu dimanfaatkan tiga PDAM, yakni Gresik, Surabaya dan Sidoarjo. Yang ditakutkan warga menjadi korbannya akibat rusaknya ekosistem Kali Surabaya itu sendiri," terang Aziz.
Menurut Aziz, tak hanya di wilayah Kecamatan Jetis, namun masih banyak aliran sungai di wilayah lain yang menjadi sasaran tempat pembuangan limbah popok. Misalnya di wilayah Kecamatan Mojosari dan Pungging.
"Sebetulnya sangat banyak, karena di Mojokerto ini banyak aliran-aliran sungai kecil yang pada akhirnya berakhir di sungai Brantas. Rata-rata aliran sungai itulah yang digunakan warga untuk membuang limbah popok, tidak hanya di wilayah tepian kota saja," papar Aziz.
Rencananya, limbah popok yang dievakuasi itu akan diserahkan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Mojokerto. Sebab, ada peran signifikan Pemkab Mojokerto terkait dengan limbah popok yang dibuang warga ke sungai ini.
"Rencananya, setelah kami evakuasi dan dikumpulkan dulu, hari Senin (16/9) mendatang akan kami bawa ke DLH Kabupaten Mojokerto. Karena persoalan ini juga tanggungjawab mereka," tandasnya.
Kondisi ini terlihat di aliran sungai Kali Surabaya, tepatnya di bawah Jembatan Sidorejo, Kecamatan Jetis. Ribuan limbah popok bayi nampak berserakan memenuhi aliran sungai. Popok bekas pakai dengan berbagai merek itu sengaja dibuang warga ke aliran sungai.
Kondisi ini sangat disayangkan Tim Brigade Evakuasi Popok (BEP) Ecoton. Dengan mengenakan baju hazmat putih, bermasker, sarung tangan, dan sepatu bot, sejumlah aktivis ini memungut ribuan limbah popok bayi itu dari dasar sungai.
"Ini adalah kegiatan lanjutan kemarin. Setelah dilakukan identivikasi, kami mengevakuasi popok yang dibuang warga di bawah Jembatan Sidorejo," kata Koordinator BEP Ecoton, Aziz, Jumat (13/9/2019).
Aziz mengatakan, limbah popok itu sengaja dibuang warga di sungai. Diperkirakan, kebiasaan membuang popok di Kali Surabaya ini sudah sejak lama. Hal itu diperkuat dengan fakta di lapangan, dimana limbah popok itu sudah sangat banyak. Diperkirakan mencapai ribuan buah.
"Ada berbagai macam merk popok dan sepertinya memang sudah lama sungai ini jadi tempat pembuangan. Saat ini kan musim kering jadi terlihat menumpuk. Nanti kalau sudah musim hujan, limbah popok ini akan hanyut hingga ke Kali Surabaya," imbuhnya.
Menumpuknya limbah popok di bawah jembatan Sidorejo, dipastikan akan merusak ekosistem Kali Surabaya. Kondisi itu sangat berbahaya bagi warga masyarakat lain di luar wilayah Mojokerto. Sebab, aliran Kali Surabaya merupakan sumber mata air beberapa Perusahaan Air Milik Daerah (PDAM) di Jawa Timur.
"Kali Surabaya itu dimanfaatkan tiga PDAM, yakni Gresik, Surabaya dan Sidoarjo. Yang ditakutkan warga menjadi korbannya akibat rusaknya ekosistem Kali Surabaya itu sendiri," terang Aziz.
Menurut Aziz, tak hanya di wilayah Kecamatan Jetis, namun masih banyak aliran sungai di wilayah lain yang menjadi sasaran tempat pembuangan limbah popok. Misalnya di wilayah Kecamatan Mojosari dan Pungging.
"Sebetulnya sangat banyak, karena di Mojokerto ini banyak aliran-aliran sungai kecil yang pada akhirnya berakhir di sungai Brantas. Rata-rata aliran sungai itulah yang digunakan warga untuk membuang limbah popok, tidak hanya di wilayah tepian kota saja," papar Aziz.
Rencananya, limbah popok yang dievakuasi itu akan diserahkan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Mojokerto. Sebab, ada peran signifikan Pemkab Mojokerto terkait dengan limbah popok yang dibuang warga ke sungai ini.
"Rencananya, setelah kami evakuasi dan dikumpulkan dulu, hari Senin (16/9) mendatang akan kami bawa ke DLH Kabupaten Mojokerto. Karena persoalan ini juga tanggungjawab mereka," tandasnya.
(shf)