Kabupaten Jayapura sebagai Zona Integritas Kerukunan Keberagaman

Kamis, 29 Agustus 2019 - 21:02 WIB
Kabupaten Jayapura sebagai  Zona Integritas Kerukunan Keberagaman
Kabupaten Jayapura sebagai Zona Integritas Kerukunan Keberagaman
A A A
SENTANI - Bupati Mathius Awoitauw mencanangkan Kabupaten Jayapura sebagai zona integritas kerukunan beragama. Pencanangan ini merupakan yang pertama di Indonesia.

Indonesia terdiri dari beragam suku, agama, bahasa dan adat-istiadat – sehingga disebut Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda, tapi tetap satu. Namun tak satupun wilayah di Indonesia yang ditetapkan menjadi zona integritas keberagaman. Bhinneka Tunggal Ika masih sebatas wacana dan pidato-pidato kenegaraan.

Melihat kenyataan itu, Bupati Jayapura Mathius Awoitauw menginisiasi Kabupaten Jayapura sebagai zona integritas kerukunan keberagaman. Sebab, Kabupaten Jayapura tidak hanya dihuni penduduk asli, tapi juga dihuni oleh warga dari berbagai suku, agama, adat-istiadat dan bahasa di Indonesia. Kabupaten Jayapura adalah miniatur Indonesia.

Perbedaan secara budaya, agama, suku, adat-istiadat, bahasa, paham politik, warna kulit dan lainnya adalah sesuatu yang unik sekaligus menjadi kekuatan besar dalam kehidupan bernegara. Tapi keberagaman yang diciptakan Sang Pencipta itu jika tidak dikelola dengan baik juga bisa berbalik jadi potensi konflik sosial dalam masyarakat.

Banyak tempat di muka bumi ini telah membuktikan itu. Konflik sosial dan politik yang terjadi di Indonesia dan juga di Papua ini bermula hanya karena beda: agama dan suku. Konflik rasial misalnya hingga kini belum juga hilang.

Konflik beda paham politik kerap berujung pada penentuan nasib sendiri atau terbentuknya negara-negara baru. Konflik beda agama dan suku menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang tak sedikit. Penduduknya mengungsi dan mencari penghidupan di negeri lain yang dianggap lebih aman. Proses pemulihannya membutuhkan waktu yang sangat lama.

Kabupaten Jayapura adalah pusat pemerintahan Provinsi Papua, bukan sebuah wilayah yang tertutup. Melainkan sebuah wilayah terbuka yang memberi ruang bagi siapa saja untuk datang. Sikap wilayah yang terbuka ini juga punya konsekuensi-konsekuensi sosial dalam kehidupan bersama, seperti kemungkinan terjadi konflik sosial karena perebutan lapangan pekerjaan antarpenduduk pendatang dan kaum pribumi, konflik perebutan lahan, konflik agama, konflik suku dan lainnya.

Untuk mencegah kemungkinan terjadinya konflik sosial, maka Bupati Jayapura Mathius Awoitauw mencanangkan Kabupaten Jayapura sebagai Zona Integritas Kerukunan Hidup Umat Beragama, pada 28 Mei 2016 di Stadion Barnabas Youwe Sentani.

Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin yang hadir membuka pencanangan Zona Integritas Kerukunan Beragama, sekaligus membuka lomba Musabaqah Tilawatil Qu’ran ke-26 tingkat Provinsi Papua, dan Pesta Paduan Suara Gerejawi pertama tingkat Kabupaten Jayapura 2016 itu mengatakan kerukunan adalah sesuatu keniscayaan dan keharusan dalam konteks realitas bangsa Indonesia yang multi kultural, multi agama dan multi etnis.

“Ini menjadi tantangan sekaligus taruhan besar bagi bangsa Indonesia saat ini dan masa depan. Jika kita dapat melewati tantangan tersebut, maka saya yakin Indonesia akan menjadi bangsa yang maju dan besar”, ujar Hakim.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang plural dan majemuk dan tidak monoristik. Bangsa yang besar adalah bangsa yang terdiri dari keragaman suku, budaya, agama yang saling mendukung dan saling menguatkan.

Zona integritas kerukunan hidup beragama adalah peristiwa yang sangat penting dan bersejarah. Karena baru pertama kali terjadi di Indonesia. Substansinya terkait dengan program bagaimana mewujudkan kerukunan antarumat beragama, antarsuku, antargolongan, dan antarwarga negara Indonesia.

“Apa yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Jayapura patut dicontoh dan ditiru oleh daerah lain. Ini merupakan suatu pikiran yang brilian dari anak negeri yang mempunyai kemampuan berpikir dalam menterjemahkan filosofi bangsa yaitu Pancasila. Karena tidak semua pemimpin di negeri ini yang mampu mengimplementasikan sebuah gagasan yang sangat brilian ini," ujar Lukman Hakim Saifuddin.

Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional RI, Ferry Mursyidan Baldan menyebut Bupati Jayapura Mathius Awoitauw pantas dijuluki Bapak Integritas karena mampu merumuskan suatu konsep yang sangat fenomenal dalam pandangan kehidupan yang beraneka ragam di Indonesia. Ia sebagai putera terbaik Papua yang mampu membuat sesuatu yang sulit dilakukan oleh pemimpin daerah manapun di Indonesia.

“Saya pribadi sangat salut dengan apa yang telah dilakukannya”, ujar Ferry Mursyidan Baldan saat menghadiri penutupan Festival Danau Sentani pada 23 Juni 2016.

Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal mengakui sebagai pimpinan di Provinsi Papua memberikan rasa hormat dan salut kepada Bupati Jayapura Mathius Awoitauw yang mampu mengangkat wajah Papua dengan terobosan gagasan yang dibuat dalam membuat hidup kerukunan beragama di negara yang sangat dicintai ini.

Pemerintah pusat sangat mengapresiasi Kabupaten Jayapura dan seluruh rakyat Papua dalam mendukung terciptanya rasa aman dan tentram di Provinsi Papua. Telah memiliki komitmen yang sangat kuat bagaimana integritas kerukunan ini betul-betul bisa diamalkan dan bukan hanya sekedar komitmen semata.

Kepala Bappeda Provinsi Papua Muhammad Abud Musa’ad menilai pencanangan Kabupaten Jayapura sebagai Zona Integritas Kerukunan Beragama merupakan peristiwa monumental yang dilakukan Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw. Ini dapat dicatat sebagai bagian yang tidak dapat dilupakan, karena dalam sejarah pelaksanaan MTQ dirangkaikan dengan Pesparawi tidak pernah terjadi di Provinsi Papua maupun di provinsi lain di Indonesia, dan bahkan di dunia. Mempertemukan dua penganut agama besar di dunia yang berbeda dalam satu momen adalah hal yang sangat luar biasa.

Mathius Awoitauw dalam sambutan pencanangan zona integritas mengatakan kerukunan itu begitu penting untuk bagaimana menghargai kemanusiaan yang dimulai dari berbagai keberagaman umat manusia di Kabupaten Jayapura dan secara umum di Tanah Papua. Ini merupakan langkah dan modal awal dalam merubah Kabupaten Jayapura ke arah yang lebih baik. Pencanangan zona integritas kerukunan ini merupakan upaya untuk merangkul siapa saja yang datang hidup bersama di Kabupaten Jayapura.

“Kita melihat bahwa manusia sebagai ciptaan yang luar biasa dari Tuhan pencipta langit dan bumi. Tuhan yang kita kenal juga di dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Dia mengatakan bahwa ketika Allah menciptakan manusia di Taman Firdaus, dan semua yang Dia ciptakan itu semuanya baik adanya. Manusia segambar dengan Allah sendiri”, jelas Mathius.

Setiap kali Mathius Awoitauw berkunjung ke berbagai kelompok suku dan lembaga keagamaan di kampung-kampung dan distrik-distrik, selalu meminta agar zona integritas keberagaman yang telah dicanangkan itu harus terus dijaga dan diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat di Kabupaten Jayapura.

“Apa yang kita sudah canangkan ini terus dapat disosialisasikan dan kerjakan di dalam aktivitas-aktivitas di distrik maupun kampung. Sebenarnya apa yang kita lakukan ini merupakan impian dan harapan seluruh masyarakat Indonesia, bukan hanya kami yang berada di Kabupaten Jayapura. Karena kerukunan merupakan simbol satu persatuan bangsa yang mengedepankan rasa persaudaraan”, ujar Mathius Awoitauw.

Indonesia dikenal sangat pluralis. Beragam aliran kepercayaan, suku, budaya, agama, bahasa, warna kulit, rambut, paham politik yang bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika. Tapi hidup belum rukun. Konflik rasial masih terus menjadi persoalan serius dalam kehidupan berbangsa di Indonesia. Pencanangan zona integritas kerukunan hidup keberagaman merupakan secerca harapan yang dimulai Mathius Awoitauw dari Kabupaten Jayapura untuk Indonesia yang aman dan damai.
(atk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8896 seconds (0.1#10.140)