Lolos dari Pembantaian Rawagede berkat Eceng Gondok
A
A
A
Kisah pembantaian warga Desa Rawagede, Kecamatan Rawamerta, Karawang, Jawa Barat, oleh tentara Belanda pada 9 Desember 1947 tidak pernah pupus dalam ingatan warga Karawang. Setiap Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, drama kekejaman tentara Belanda di Rawagede selalu hadir mengisi panggung hiburan pada puncak acara Agustusan.
Pembantaian di Rawagede memang mengerikan. Tentara Belanda membunuh kaum lelaki di desa tersebut hingga menewaskan 489 orang. Hampir seluruh laki-laki berusia 15 tahun ke atas bernasib malang dan gugur dalam pembantaian tersebut.
Namun, ada segelintir lelaki di desa tersebut lolos dari maut karena berhasil sembunyi dari kejaran tentara Belanda. Kisah ini disampaikan langsung oleh Dalim (87) yang mengaku lolos dari kejaran tentara Belanda lantaran tertolong adanya tumpukan eceng gondok yang ada di empang milik warga.
Dia masuk ke dalam empang dan sembunyi di tengah tumpukan empang. Saat itu tentara Belanda menembaki empang tersebut secara membabi buta, namun tidak satu pun peluru mengenai tubuh Dalim. "Saat itu saya sudah pasrah ketika tentara Belanda menembaki ke dalam empang. Teman saya ada yang terkena tembakan dan lainnya ditangkap kemudian dieksekusi," kata Dalim mengenang tragedi 72 tahun lalu.
Menurut Dalim, saat kejadian tersebut dia bersama enam orang temannya sedang menggiring kerbau ke sawah untuk membajak. Ketika tiba di sawah, dari kejauhan dia melihat tentara Belanda berpakaian hijau menuju ke sawah. Kemudian tentara Belanda menembaki warga yang ada di sawah.
Dalim bersama temannya itu langsung melarikan diri, namun dirinya bingung mau melarikan diri ke mana karena tentara Belanda ada di mana-mana. Kemudian dia melihat empang yang dipenuhi eceng gondok, hampir menutupi empang. "Melihat eceng gondok itu saya terpikir untuk sembunyi di dalam empang. Kemudian saya terjun dan masuk ke dalam air, sementara kepala saya tutupi dengan eceng gondok," ujarnya.
Saat sembunyi di empang dia sempat melihat tentara Belanda di pinggir empang. Tentara Belanda terus mengamati setiap sudut empang. Rasa takut Dalim bukan hanya karena ada tentara Belanda. Adanya ular hitam menjalar di daun eceng gondok dan kemudian tepat berada di atas kepalanya membuat dirinya ketakutan.
"Tadinya saya takut setengah mati, tapi adanya ular hitam itu membuat tentara Belanda tidak menyangka ada orang di situ, sehingga kemudian dia pergi," katanya.
Dalim bersembunyi sejak pagi hari hingga siang. Ketika suasana sudah sepi, dia langsung bangkit dari dalam empang dan kemudian melihat banyak tumpukan mayat berserakan di jalan. "Saya langsung pulang sambil mengendap-endap, takut ada tentara Belanda," ujarnya.
Pembantaian di Rawagede memang mengerikan. Tentara Belanda membunuh kaum lelaki di desa tersebut hingga menewaskan 489 orang. Hampir seluruh laki-laki berusia 15 tahun ke atas bernasib malang dan gugur dalam pembantaian tersebut.
Namun, ada segelintir lelaki di desa tersebut lolos dari maut karena berhasil sembunyi dari kejaran tentara Belanda. Kisah ini disampaikan langsung oleh Dalim (87) yang mengaku lolos dari kejaran tentara Belanda lantaran tertolong adanya tumpukan eceng gondok yang ada di empang milik warga.
Dia masuk ke dalam empang dan sembunyi di tengah tumpukan empang. Saat itu tentara Belanda menembaki empang tersebut secara membabi buta, namun tidak satu pun peluru mengenai tubuh Dalim. "Saat itu saya sudah pasrah ketika tentara Belanda menembaki ke dalam empang. Teman saya ada yang terkena tembakan dan lainnya ditangkap kemudian dieksekusi," kata Dalim mengenang tragedi 72 tahun lalu.
Menurut Dalim, saat kejadian tersebut dia bersama enam orang temannya sedang menggiring kerbau ke sawah untuk membajak. Ketika tiba di sawah, dari kejauhan dia melihat tentara Belanda berpakaian hijau menuju ke sawah. Kemudian tentara Belanda menembaki warga yang ada di sawah.
Dalim bersama temannya itu langsung melarikan diri, namun dirinya bingung mau melarikan diri ke mana karena tentara Belanda ada di mana-mana. Kemudian dia melihat empang yang dipenuhi eceng gondok, hampir menutupi empang. "Melihat eceng gondok itu saya terpikir untuk sembunyi di dalam empang. Kemudian saya terjun dan masuk ke dalam air, sementara kepala saya tutupi dengan eceng gondok," ujarnya.
Saat sembunyi di empang dia sempat melihat tentara Belanda di pinggir empang. Tentara Belanda terus mengamati setiap sudut empang. Rasa takut Dalim bukan hanya karena ada tentara Belanda. Adanya ular hitam menjalar di daun eceng gondok dan kemudian tepat berada di atas kepalanya membuat dirinya ketakutan.
"Tadinya saya takut setengah mati, tapi adanya ular hitam itu membuat tentara Belanda tidak menyangka ada orang di situ, sehingga kemudian dia pergi," katanya.
Dalim bersembunyi sejak pagi hari hingga siang. Ketika suasana sudah sepi, dia langsung bangkit dari dalam empang dan kemudian melihat banyak tumpukan mayat berserakan di jalan. "Saya langsung pulang sambil mengendap-endap, takut ada tentara Belanda," ujarnya.
(zik)