Panen Garam Melimpah, Petani Resah Harga Terus Anjlok
A
A
A
CIREBON - Musim kemarau tak lagi membawa berkah bagi para petani garam di pesisir Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Panen garam yang tengah melimpah tak diimbangi dengan kenaikan harga. Justru yang teradi harga garam anjlok ke titik terendah di angka Rp250 hingga Rp400 per kilogram.
Bukhori, salah satu petani garam di Desa Pangarengan, Kecamatan Pangenan menyatakan, para petani kian khawatir harga akan semakin hancur saat puncak panen garam pada September 2019 mendatang.
“Dengan terus merawat area tambak, kami berusaha mengoptimalkan musim kemarau untuk terus memproduksi garam,” katanya, Rabu (31/7/2019).
Mereka rata-rata merawat lebih dari tiga tambak yang mampu memproduksi garam sebanyak 3 kuintal hingga 1 ton garam setiap harinya.
“Selain tidak adanya hujan cuaca yang terik turut membantu proses percepatan produksi garam,” urainya.
Pada musim kemarau panjang tahun ini para petani mampu memproduksi lebih banyak dibanding musim biasanya.
“1 hektar lahan garam yang biasanya hanya memproduksi 3 sampai lima ton kini bisa mencapai 10 ton,” jelasnya.
Kondisi seperti ini sudah dirasakan para petani sejak tiga bulan terakhir setelah tidak adanya hujan yang turun di wilayah Cirebon.
Namun melimpahnya produksi garam di musim kemarau ini tak lagi membawa berkah bagi para petani garam. Harga garam terus merosot tajam dan mencapai titik terendah.
Selain itu, para petani pun kesulitan menjual hasil produksinya lantaran menumpuknya stok garam di sejumlah gudang.
Bukhori berharap pemerintah mampu turut andil guna menaikkan harga garam ke harga normal.
Panen garam yang tengah melimpah tak diimbangi dengan kenaikan harga. Justru yang teradi harga garam anjlok ke titik terendah di angka Rp250 hingga Rp400 per kilogram.
Bukhori, salah satu petani garam di Desa Pangarengan, Kecamatan Pangenan menyatakan, para petani kian khawatir harga akan semakin hancur saat puncak panen garam pada September 2019 mendatang.
“Dengan terus merawat area tambak, kami berusaha mengoptimalkan musim kemarau untuk terus memproduksi garam,” katanya, Rabu (31/7/2019).
Mereka rata-rata merawat lebih dari tiga tambak yang mampu memproduksi garam sebanyak 3 kuintal hingga 1 ton garam setiap harinya.
“Selain tidak adanya hujan cuaca yang terik turut membantu proses percepatan produksi garam,” urainya.
Pada musim kemarau panjang tahun ini para petani mampu memproduksi lebih banyak dibanding musim biasanya.
“1 hektar lahan garam yang biasanya hanya memproduksi 3 sampai lima ton kini bisa mencapai 10 ton,” jelasnya.
Kondisi seperti ini sudah dirasakan para petani sejak tiga bulan terakhir setelah tidak adanya hujan yang turun di wilayah Cirebon.
Namun melimpahnya produksi garam di musim kemarau ini tak lagi membawa berkah bagi para petani garam. Harga garam terus merosot tajam dan mencapai titik terendah.
Selain itu, para petani pun kesulitan menjual hasil produksinya lantaran menumpuknya stok garam di sejumlah gudang.
Bukhori berharap pemerintah mampu turut andil guna menaikkan harga garam ke harga normal.
(shf)