Pesta Rondang Bittang, Pesta Ungkapan Syukur Hasil Panen dan Sarana Cari Jodoh

Jum'at, 26 Juli 2019 - 05:02 WIB
Pesta Rondang Bittang,...
Pesta Rondang Bittang, Pesta Ungkapan Syukur Hasil Panen dan Sarana Cari Jodoh
A A A
Masyarakat di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara mempunyai kekayaan kesenian dan budaya beragam, dan hingga saat ini tetap dijaga kelestariannya.

Salah satu contohnya adalah event pesta budaya yang setiap tahun dilaksanakan yakni "Pesta Rondang Bittang" (PRB) yang berarti ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas hasil panen. Namun kegiatan inilebih diperuntukan bagi muda - mudi dan dilaksanakan pada terang bulan.

Pesta yang melibatkan masyarakat dari 32 kecamatan ini, dilaksanakan dengan sangat meriah, dan biasanya pesta ini juga merupakan sarana mencari jodoh bagi para muda- mudi.

Setiap kali pelaksanaannya yang tahun ini memasuki ke 34, juga diperlombakan dan kecamatan terbaik akan mendapat piala dan penghargaan dari Bupati Simalungun.

Dalam Pesta Rondang Bittang, masyarakat dari masing-masing kecamatan akan membawa komoditi pertanian dan peternakannya yang berkualitas baik untuk diperlihatkan dalam pesta itu.

Selain itu berbagai lomba olah raga tradsional seperti marjalengkat dan kesenian daerah Simalungun juga ikut diperlombakan.

Biasanya untuk memulai Pesta Rondang Bittang diawali dengan mamuhun yang berarti meminta izin pada keturunan Raja Simalungun untuk melaksanakan adat. Pihak yang menggelar,kegiatan akan memberikan sirih, ayam, beras dan sejumlah uang.

“Dalam meminta izin kepada raja-raja diberikan sejumlah uang mulai dari 6,12,24 dan 48 dalam bentuk sen dahulu dan saat ini dalam bentuk rupiah. Itu merupakan simbol kesejahteraan sekaligus ungkapan syukur dan bentuk penghormatan kepada raja-raja,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Pemkab Simalungun,Resman Saragih,kepada Sindonews awal pekan ini.

Sebelum penyelenggaraan PRB, panitia maupun keturunan raja-raja Simalungun akan berziarah ke makam raja-raja yang yaitu Raja Simalungun, Raja Siantar, Pane, Tanah Jawa, Purba, Dolok Silou, Silimakuta, dan makam Raja Raya, Saragih Garingging.

Usai pulang dari makam, keturunan raja dan tetua adat saling memberikan dayok nabinatur. Makanan tradisi, ayam masak dicampur perasan kulit kayu, jahe, dan cabai rawit jadi penutup mamuhun. Barulah pada malam harinya digelar pesta seni dan budaya sebagai hiburan untuk masyarakat.

Dia menambahkan arti kata Rondang Bittang adalah "terang benderang". Yang berasal dari kata rondang yang berarti terang, benderang, melebihi terang yang biasa. Itu sebabnya pesta rondang bintang biasanya digelar pada malam hari di saat bulan purnama.

Bagi masyarakat Simalungun, Rondang Bittang merupakan pesta adat yang menggambarkan ungkapan bentuk rasa syukur atas panen raya yang telah dilakukan. Pada pesta rondang ini juga dimanfaatkan para muda-mudi Simalungun sekaligus sebagai sarana mencari jodoh.

Cerita orang tua, kata Resman, pada zaman dahulu, pada pesta ini para gadis keluar untuk menumbuk padi bersama. Dan setelah perhatian didapat dari sang pemuda, maka para gadispun mengikuti proses maranggir atau pembersihan diri. Ramuan khusus yang digunakan pada pembersihan diri ini adalah jeruk purut sebagai simbol pembersihan badan, hati, dan pikiran.

Sampai kini Pesta Budaya Rondang Bittang masih tetap dilakukan oleh masyarakat Simalungun. Bahkan dalam beberapa tahun ini telah dijadikan agenda wisata oleh pemerintah Simalungun dan pelaksanaannya digilir di 32 kecamatan.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1052 seconds (0.1#10.140)