Mowilex Luncurkan Buku Berisi Karya Lima Seniman Legendaris Bali
A
A
A
BALI - Untuk melestarikan budaya adat Bali, PT Mowilex Indonesia meluncurkan buku bertajuk 'Balinese Woodcarving a Haritage to Treasure, Menelusuri Warisan Seni Ukir Kayu Bali' di Agung Rai Museum of Art (ARMA) Galery and Museum, Jalan Pengosekan, Kecematan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali.
Peluncuran buku tersebut sebagai apresiasi kepada para seniman ukir Bali. Salah satu produsen cat kayu ini berkomitmen untuk melesatarikan warisan, kisah dan nilai-nilai seni ukir dan kerajinan kayu Bali yang mempunyai nilai keindahan seni tinggi dan karya seninya sudah diakui oleh dunia internasional.
Presiden Direktur PT Mowilex Indonesia, Niko Safavi, mengatakan, Mowilex telah menjalin kerja sama yang baik dengan para seniman ukir Bali selama hampir 50 tahun. Para seniman telah mempercayakan perlindungan karya-karya mereka kepada Mowilex.
Untuk itu, sebagai wujud apresiasi, Mowilex sengaja mempersembahkan sebuah buku yang menggambarkan kisah di balik ukiran para seniman. Untuk mempersembahkan buku ini, tim Mowilex bersama fotografer dan penerbit asal Italia menelusuri studio-studio para seniman ukir di Bali. "Buku ini sebagai wujud apresiasi kami," katanya kepada SINDOnews.
Menurutnya, ada lima seniman legendaris yang diangkat karya-karyanya dalam buku ini. Mereka antara lain I Made Ada, I Wayan Mudana, I Wayan Muka, I Nyoman Edi Suardana, dan I Wayan Suwija. Kelimanya merupakan maestro seni ukir kayu di Bali yang selama ini sudah banyak dikenal oleh semua orang.
"Kami ingin memastikan seniman dan karya-karyanya terus berkelanjutan. Ini sebuah dedikasi apresiasi untuk seniman ukir Bali. Ini bagian dari tanggung jawab perusahaan yang berkelanjutan," ucapnya.
Niko menjelaskan, ukiran kayu Bali merupakan karya seni para perajin bertalenta yang telah mendedikasikan hidup mereka untuk melestarikan warisan adat budaya Bali. Merekalah aktor utama di balik semua ukiran kayu yang mendapatkan dukungan Mowilex Indonesia lewat produk Mowilex woodstain.
Apalagi, kata dia, selama ini para seniman Bali telah memercayakan perlindungan pendekorasian, dan pelestarian mahakarya mereka kepada produk Mowilex Woodstain selama satu abad. "Inilah sebabnya kami senantiasa mendengar masukan untuk menyediakan produk terbaik untuk ukiran kayu dimasa mendatang," ujarnya.
Buku yang diluncurkan tersebut mengangkat kisah hidup lima maestro ahli seni ukir Bali dan bagaimana mereka mendedikasikan hidupnya untuk memelihara seni dan budaya ukir kayu Bali. Cerita yang berada dalam buku tersebut diharapkan bisa menjadi sumber referensi yang luar biasa bagi siapapun yang meminati seni ukir kayu Bali, terutama pelaku usaha perhotelan, desainer interior, arsitek dan pemilik usaha internasional.
Seni ukir Bali merupakan warisan budaya karena menyatukan nilai-nilai spritual dan keagamaan yang memberikan pemahaman akan nilai yang mendasari dan menginspirasi karya seni tersebut. Bahkan, seni ukir Bali telah berkontribusi terhadap ekonomi kreatif Indonesia dan Pendapatan Deomestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 8,47 persen pada 2018.
"Seni dan spritualis merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dalam agama Hindu dan budaya Bali. Desain rumit dari mahakarya ini mengandung nilai-nilai kramat yang diterima semua orang sebagai simbol kepercayaan mereka," kata Budayawan asal Ubud, Tjokorda Raka Kerthayasa.
Ia melihat buku ini hadir untuk mengajarkan, menginspirasi dan menghadirkan kebahagian untuk pelaku industri perhotelan, desainer dan semua orang yang tetarik mengenal seni kerajinan ukir kayu khas Bali. Bercerita tentang kehidupan lima maestro tersebut, buku mengungkapkan proses awal hingga terciptanya mahakarya ukiran kayu dari kerja keras dan dedikasi pada adat budaya Bali.
Pendiri Agung Rai Museum of Art (Arma) Museum, Anak Agung Gde Rai menyambut baik peluncuran buku ini. Ia menilai ini merupakan gagasan luar biasa dalam melestarikan seni budaya seniman patung di Indonesia, khususnya Bali. Sebab kesenian telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Bali.
Anak Agung Gde Rai berharap akan semakin banyak dukungan terhadap budaya Indonesia, khususnya seniman di Bali. "Ini juga mendorong generasi muda meneruskan kesenian dan budaya ini (seni ukir), sebab seni ukir merupakan karya seni yang patut dilestarikan dan diwarisakn kepada generasi mendatang," katanya.
Buku "Balinese Woodcarving a Haritage to Treasure, Menelusuri Warisan Seni Ukir Kayu Bali" tidak dijual secara umum. Dicetak sebanyak 1.000 eksemplar, buku setebal 133 halaman tersebut dibagikan gratis ke sejumlah perpustakaan hingga hotel di dalam dan luar Bali.
Peluncuran buku tersebut sebagai apresiasi kepada para seniman ukir Bali. Salah satu produsen cat kayu ini berkomitmen untuk melesatarikan warisan, kisah dan nilai-nilai seni ukir dan kerajinan kayu Bali yang mempunyai nilai keindahan seni tinggi dan karya seninya sudah diakui oleh dunia internasional.
Presiden Direktur PT Mowilex Indonesia, Niko Safavi, mengatakan, Mowilex telah menjalin kerja sama yang baik dengan para seniman ukir Bali selama hampir 50 tahun. Para seniman telah mempercayakan perlindungan karya-karya mereka kepada Mowilex.
Untuk itu, sebagai wujud apresiasi, Mowilex sengaja mempersembahkan sebuah buku yang menggambarkan kisah di balik ukiran para seniman. Untuk mempersembahkan buku ini, tim Mowilex bersama fotografer dan penerbit asal Italia menelusuri studio-studio para seniman ukir di Bali. "Buku ini sebagai wujud apresiasi kami," katanya kepada SINDOnews.
Menurutnya, ada lima seniman legendaris yang diangkat karya-karyanya dalam buku ini. Mereka antara lain I Made Ada, I Wayan Mudana, I Wayan Muka, I Nyoman Edi Suardana, dan I Wayan Suwija. Kelimanya merupakan maestro seni ukir kayu di Bali yang selama ini sudah banyak dikenal oleh semua orang.
"Kami ingin memastikan seniman dan karya-karyanya terus berkelanjutan. Ini sebuah dedikasi apresiasi untuk seniman ukir Bali. Ini bagian dari tanggung jawab perusahaan yang berkelanjutan," ucapnya.
Niko menjelaskan, ukiran kayu Bali merupakan karya seni para perajin bertalenta yang telah mendedikasikan hidup mereka untuk melestarikan warisan adat budaya Bali. Merekalah aktor utama di balik semua ukiran kayu yang mendapatkan dukungan Mowilex Indonesia lewat produk Mowilex woodstain.
Apalagi, kata dia, selama ini para seniman Bali telah memercayakan perlindungan pendekorasian, dan pelestarian mahakarya mereka kepada produk Mowilex Woodstain selama satu abad. "Inilah sebabnya kami senantiasa mendengar masukan untuk menyediakan produk terbaik untuk ukiran kayu dimasa mendatang," ujarnya.
Buku yang diluncurkan tersebut mengangkat kisah hidup lima maestro ahli seni ukir Bali dan bagaimana mereka mendedikasikan hidupnya untuk memelihara seni dan budaya ukir kayu Bali. Cerita yang berada dalam buku tersebut diharapkan bisa menjadi sumber referensi yang luar biasa bagi siapapun yang meminati seni ukir kayu Bali, terutama pelaku usaha perhotelan, desainer interior, arsitek dan pemilik usaha internasional.
Seni ukir Bali merupakan warisan budaya karena menyatukan nilai-nilai spritual dan keagamaan yang memberikan pemahaman akan nilai yang mendasari dan menginspirasi karya seni tersebut. Bahkan, seni ukir Bali telah berkontribusi terhadap ekonomi kreatif Indonesia dan Pendapatan Deomestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 8,47 persen pada 2018.
"Seni dan spritualis merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dalam agama Hindu dan budaya Bali. Desain rumit dari mahakarya ini mengandung nilai-nilai kramat yang diterima semua orang sebagai simbol kepercayaan mereka," kata Budayawan asal Ubud, Tjokorda Raka Kerthayasa.
Ia melihat buku ini hadir untuk mengajarkan, menginspirasi dan menghadirkan kebahagian untuk pelaku industri perhotelan, desainer dan semua orang yang tetarik mengenal seni kerajinan ukir kayu khas Bali. Bercerita tentang kehidupan lima maestro tersebut, buku mengungkapkan proses awal hingga terciptanya mahakarya ukiran kayu dari kerja keras dan dedikasi pada adat budaya Bali.
Pendiri Agung Rai Museum of Art (Arma) Museum, Anak Agung Gde Rai menyambut baik peluncuran buku ini. Ia menilai ini merupakan gagasan luar biasa dalam melestarikan seni budaya seniman patung di Indonesia, khususnya Bali. Sebab kesenian telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Bali.
Anak Agung Gde Rai berharap akan semakin banyak dukungan terhadap budaya Indonesia, khususnya seniman di Bali. "Ini juga mendorong generasi muda meneruskan kesenian dan budaya ini (seni ukir), sebab seni ukir merupakan karya seni yang patut dilestarikan dan diwarisakn kepada generasi mendatang," katanya.
Buku "Balinese Woodcarving a Haritage to Treasure, Menelusuri Warisan Seni Ukir Kayu Bali" tidak dijual secara umum. Dicetak sebanyak 1.000 eksemplar, buku setebal 133 halaman tersebut dibagikan gratis ke sejumlah perpustakaan hingga hotel di dalam dan luar Bali.
(thm)