Pengungsi Bentrokan Antar Desa di Buton Mulai Terserang Penyakit
A
A
A
BUTON - Pengungsi bentrokan antar warga Desa Gunung Jaya dan Sampoabalo, Kecamatan Siontapina, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra) yang berasa di lokasi pengungsian mulai terserang sejumlah penyakit. Penyakit yang diderita para pengungsi di antaranya demam dan batuk, serta mereka lemas karena masih trauma pasca bentrok pada hari Lebaran Rabu 5 Juni 2019 lalu.
Tiga hari pasca bentrokan antar kampung dan menyebabkan 87 rumah hangus terbakar, para pengungsi masih bertahan di rumah-rumah warga di sejumlah desa di Kecamatan Pasarwajo, seperti Desa Laburinci dan Kelurahan Kombeli.
Pengungsi terbanyak berada di Desa Laburunci. Di desa ini kurang lebih 900 pengungsi, sedangkan di desa lainnya kurang lebih 200 pengungsi. "Waktu kejadian saya ikut lari ke hutan. Sekarang saya merasa lemas, dan muntah-muntah," ujar Wa Rita, salah pengungsi.
Masnia, pengungsi lainnya juga mulai menderita flu dan batuk sejak berada di pengungsian. "Malam saya tidak bisa tidur, masih trauma kejadian kemarin," ucapnya.
Kepala Desa Gunung Jaya, La Rusli mengatakan jumlah penduduk Desa Gunung Jaya sekitar 1.500 jiwa. Pasca bentrok mereka semua mengungsi. Selain di Kecamatan Pasarwajo, warga Gunung Jaya juga mengungsi di Kota Baubau.
"Semua warga saya mengungsi, bukan hanya yang rumahnya terbakar saja. Yang tinggal laki-laki berjaga agar rumah yang tersisa tidak dibakar. Tapi kalau anak-anak dan ibu-ibu semua mengungsi," ujar La Rusli, Kepala Desa Gunung Jaya.
Hingga saat ini menurut penuturan warga, tim kesehatan belum melakukan pemeriksaan kesehatan kepada para pengungsi. Para pengungsi membutuhkan obat-obatan untuk sakit yang diderita mereka.
Warga juga telah membuat dapur umum hasil swadaya masyarakat untuk kebutuhan pengungsi. Selain itu, pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buton juga membuat dapur umum di sejumlah lokasi. Umumnya para pengungsi didominasi oleh perempuan dan anak kecil serta para orang tua, sedangkan anak muda khususnya laki-laki masih bertahan di Desa Gunung Jaya untuk menjaga kampung mereka.
Tiga hari pasca bentrokan antar kampung dan menyebabkan 87 rumah hangus terbakar, para pengungsi masih bertahan di rumah-rumah warga di sejumlah desa di Kecamatan Pasarwajo, seperti Desa Laburinci dan Kelurahan Kombeli.
Pengungsi terbanyak berada di Desa Laburunci. Di desa ini kurang lebih 900 pengungsi, sedangkan di desa lainnya kurang lebih 200 pengungsi. "Waktu kejadian saya ikut lari ke hutan. Sekarang saya merasa lemas, dan muntah-muntah," ujar Wa Rita, salah pengungsi.
Masnia, pengungsi lainnya juga mulai menderita flu dan batuk sejak berada di pengungsian. "Malam saya tidak bisa tidur, masih trauma kejadian kemarin," ucapnya.
Kepala Desa Gunung Jaya, La Rusli mengatakan jumlah penduduk Desa Gunung Jaya sekitar 1.500 jiwa. Pasca bentrok mereka semua mengungsi. Selain di Kecamatan Pasarwajo, warga Gunung Jaya juga mengungsi di Kota Baubau.
"Semua warga saya mengungsi, bukan hanya yang rumahnya terbakar saja. Yang tinggal laki-laki berjaga agar rumah yang tersisa tidak dibakar. Tapi kalau anak-anak dan ibu-ibu semua mengungsi," ujar La Rusli, Kepala Desa Gunung Jaya.
Hingga saat ini menurut penuturan warga, tim kesehatan belum melakukan pemeriksaan kesehatan kepada para pengungsi. Para pengungsi membutuhkan obat-obatan untuk sakit yang diderita mereka.
Warga juga telah membuat dapur umum hasil swadaya masyarakat untuk kebutuhan pengungsi. Selain itu, pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buton juga membuat dapur umum di sejumlah lokasi. Umumnya para pengungsi didominasi oleh perempuan dan anak kecil serta para orang tua, sedangkan anak muda khususnya laki-laki masih bertahan di Desa Gunung Jaya untuk menjaga kampung mereka.
(kri)