Dalem Pesomoan, Jejak Peninggalan Untung Suropati di Clapar Kebumen
A
A
A
PAHLAWAN Nasional Indonesia, Untung Suropati diyakini pernah menetap di Desa Clapar, Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen. Di tempat itu terdapat Dalem Pesomoan yang menyimpan beberapa benda pusaka dan pakaian tokoh pejuang kelahiran Bali 1660 tersebut.
Rumah itu tak begitu besar. Posisinya berada di deretan kedua dari pintu gerbang bambu dengan atap ijuk hitam. Namun bentuknya paling berbeda dibanding tiga rumah lainnya yang semuanya menghadap ke selatan. Rumahnya berbentuk Dalem Bandung berukuran 9 x 12 meter yang disangga dengan empat saka kayu jati berusia ratusan tahun. Persis di tangah atapnya terdapat Brunjung, bangunan khas Dalem Bandung, yang terbuat dari alang-alang.
Itulah Dalem Pesomaan atau rumah peninggalan Untung Suropati yang oleh warga sekitar lebih dikenal dengan nama Eyang Panembahan Kepadangan. Di dalamnya terdapat ruangan yang digunakan untuk menyimpan sejumlah benda-benda pusaka pahlawan nasional Indonesia itu. Yakni tiga buah keris bernama Singkir, Brojol dan Meselat, dua buah tombak yang disebut Singir dan Iwak, serta pakaian yang dikenakan Untung Suropati.
"Pakaian yang kami simpan adalah 4 ikat kepala, 4 jubah dan 1 celana panjang. Semuanya berwarna putih," kata Sandurias (88), penjaga Dalem Pesomoan Eyang Panembahan Kepadangan kepada KORAN SINDO, November 2008 silam.
Dari ceritanya, Untung Suropati dikuburkan di Dukuh Sumberan, Desa Clapar, Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen. Dalem Pesomoan sendiri awalnya berada di Desa Pagebangan kemudian berpindah ke Desa Clapar blok Dampit dan terakhir berada di blok Karangsari. Jika dihitung, rumah peninggalan Untung Suropati telah berpindah sebanyak 7 kali. Kepindahan itu mengikuti tempat tinggal keturunan laki-laki dari pahlawan nasional Indonesia asal Bali tersebut.
"Terakhir ya di sini, di RT 7/RW 2 Dusun Tegong, Desa Clapar, Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen," kata Sandurias.
Meski untuk mencapai Dalem Pesomaan harus melewati jalan sempit selebar 2 meter yang diplester semen di bagian kanan kirinya, tak membuat rumah peninggalan Untung Suropati itu terlupakan dari khalayak ramai. Terbukti setiap Jumat Kliwon pada Bulan Suro, ribuan orang dari berbagai daerah seperti Semarang, Bandung, Jakarta lainnya berbondong-bondong ke tempat itu untuk mencari berkah. Bahkan pernah juga orang Australia yang datang dan menggelar ritual di Dalem Pesomoan.
Biografi Untung Suropati
Untung Surapati diberikan gelar sebagai Pahlawan Nasional sesuai yang ditetapkan pada S.K. Presiden no. 106/tk/1975 tanggal 3 November 1975. Perjalanan hidupnya bisa dibilang unik sebab ia pertama kali ditemukan oleh seorang perwira dari VOC. Perwira tersebut memiliki nama kapten Van Beber.
Cerita selanjutnya adalah Untung mendapati dirinya dijual kepada perwira VOC lain yang berlokasi di Batavia. Hidup tak mudah bagi Untung karena ia harus menikmati dinginnya dinding penjara. Saat baru menginjak usia yang ke-20 tahun, ia kedapatan tanpa izin menikahi putri dari Moor, perwira VOC yang telah merawatnya selama ini. Namun di dalam tahanan ia tidak tinggal diam. Ia berusaha supaya bisa lolos dari sana, dan ternyata usahanya tersebut membuahkan hasil.
Ia bisa kabur setelah berkoordinasi dengan tahanan lain. Setelah berhasil kabur, praktis ia langsung menjadi buronan. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1683, VOC mampu menundukkan Sultan Ageng Tirtayasa yang saat itu menjabat sebagai Raja Banten. Kekalahan itu akhirnya memaksa sang putra Pangeran Purbaya untuk mengungsi. Ia berhasil kabur dengan susah payah dan akhirnya sampai di Gunung Gede. Namun ia berubah pikiran dan mau menyerahkan diri. Hanya saja ia menetapkan satu syarat, yaitu dijemput oleh anggota VOC namun yang berasal dari orang pribumi.
Misi tersebut akhirnya diberikan kepada Untung. Ia merupakan orang pribumi yang telah mendapatkan pelatihan ketentaraan dari VOC. Ia pun mendapatkan pangkat Letnan. Segera setelah ditugaskan, ia datang untuk menjemput Pangeran Purbaya. Untung Surapati bukan satu-satunya tokoh yang anti VOC. Ayah dari sang istri Raden Ayu Gusik Kusuma juga punya pandangan hidup yang sama. Ia dengan kemampuan yang dimiliki berusaha agar supaya kesepakatan dengan Belanda bisa dilanggar. Tentu ada konsekuensi di balik pembangkangannya terhadap pihak kolonial.
Pada Februari 1686, ia ditangkap oleh Kapten François Tack yang merupakan utusan VOC. Penangkapan tersebut tidak berakhir tanpa perlawanan. Kedua kubu bertempur dan bermuara pada meninggalnya 75 anggota VOC. Bahkan sang Kapten Tack juga berhasil ditaklukkan Untung. Pada tahun 1706 tepatnya bulan Desember, VOC kembali melakukan perlawanan di bawah Komando Mayor Goovert Knole. Sayangnya perang ini menjadi akhir kisah hidup Untung Suropati. Ia meninggal pada Oktober 1706.
Sumber: KORAN SINDO, biografipahlawan.com
Rumah itu tak begitu besar. Posisinya berada di deretan kedua dari pintu gerbang bambu dengan atap ijuk hitam. Namun bentuknya paling berbeda dibanding tiga rumah lainnya yang semuanya menghadap ke selatan. Rumahnya berbentuk Dalem Bandung berukuran 9 x 12 meter yang disangga dengan empat saka kayu jati berusia ratusan tahun. Persis di tangah atapnya terdapat Brunjung, bangunan khas Dalem Bandung, yang terbuat dari alang-alang.
Itulah Dalem Pesomaan atau rumah peninggalan Untung Suropati yang oleh warga sekitar lebih dikenal dengan nama Eyang Panembahan Kepadangan. Di dalamnya terdapat ruangan yang digunakan untuk menyimpan sejumlah benda-benda pusaka pahlawan nasional Indonesia itu. Yakni tiga buah keris bernama Singkir, Brojol dan Meselat, dua buah tombak yang disebut Singir dan Iwak, serta pakaian yang dikenakan Untung Suropati.
"Pakaian yang kami simpan adalah 4 ikat kepala, 4 jubah dan 1 celana panjang. Semuanya berwarna putih," kata Sandurias (88), penjaga Dalem Pesomoan Eyang Panembahan Kepadangan kepada KORAN SINDO, November 2008 silam.
Dari ceritanya, Untung Suropati dikuburkan di Dukuh Sumberan, Desa Clapar, Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen. Dalem Pesomoan sendiri awalnya berada di Desa Pagebangan kemudian berpindah ke Desa Clapar blok Dampit dan terakhir berada di blok Karangsari. Jika dihitung, rumah peninggalan Untung Suropati telah berpindah sebanyak 7 kali. Kepindahan itu mengikuti tempat tinggal keturunan laki-laki dari pahlawan nasional Indonesia asal Bali tersebut.
"Terakhir ya di sini, di RT 7/RW 2 Dusun Tegong, Desa Clapar, Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen," kata Sandurias.
Meski untuk mencapai Dalem Pesomaan harus melewati jalan sempit selebar 2 meter yang diplester semen di bagian kanan kirinya, tak membuat rumah peninggalan Untung Suropati itu terlupakan dari khalayak ramai. Terbukti setiap Jumat Kliwon pada Bulan Suro, ribuan orang dari berbagai daerah seperti Semarang, Bandung, Jakarta lainnya berbondong-bondong ke tempat itu untuk mencari berkah. Bahkan pernah juga orang Australia yang datang dan menggelar ritual di Dalem Pesomoan.
Biografi Untung Suropati
Untung Surapati diberikan gelar sebagai Pahlawan Nasional sesuai yang ditetapkan pada S.K. Presiden no. 106/tk/1975 tanggal 3 November 1975. Perjalanan hidupnya bisa dibilang unik sebab ia pertama kali ditemukan oleh seorang perwira dari VOC. Perwira tersebut memiliki nama kapten Van Beber.
Cerita selanjutnya adalah Untung mendapati dirinya dijual kepada perwira VOC lain yang berlokasi di Batavia. Hidup tak mudah bagi Untung karena ia harus menikmati dinginnya dinding penjara. Saat baru menginjak usia yang ke-20 tahun, ia kedapatan tanpa izin menikahi putri dari Moor, perwira VOC yang telah merawatnya selama ini. Namun di dalam tahanan ia tidak tinggal diam. Ia berusaha supaya bisa lolos dari sana, dan ternyata usahanya tersebut membuahkan hasil.
Ia bisa kabur setelah berkoordinasi dengan tahanan lain. Setelah berhasil kabur, praktis ia langsung menjadi buronan. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1683, VOC mampu menundukkan Sultan Ageng Tirtayasa yang saat itu menjabat sebagai Raja Banten. Kekalahan itu akhirnya memaksa sang putra Pangeran Purbaya untuk mengungsi. Ia berhasil kabur dengan susah payah dan akhirnya sampai di Gunung Gede. Namun ia berubah pikiran dan mau menyerahkan diri. Hanya saja ia menetapkan satu syarat, yaitu dijemput oleh anggota VOC namun yang berasal dari orang pribumi.
Misi tersebut akhirnya diberikan kepada Untung. Ia merupakan orang pribumi yang telah mendapatkan pelatihan ketentaraan dari VOC. Ia pun mendapatkan pangkat Letnan. Segera setelah ditugaskan, ia datang untuk menjemput Pangeran Purbaya. Untung Surapati bukan satu-satunya tokoh yang anti VOC. Ayah dari sang istri Raden Ayu Gusik Kusuma juga punya pandangan hidup yang sama. Ia dengan kemampuan yang dimiliki berusaha agar supaya kesepakatan dengan Belanda bisa dilanggar. Tentu ada konsekuensi di balik pembangkangannya terhadap pihak kolonial.
Pada Februari 1686, ia ditangkap oleh Kapten François Tack yang merupakan utusan VOC. Penangkapan tersebut tidak berakhir tanpa perlawanan. Kedua kubu bertempur dan bermuara pada meninggalnya 75 anggota VOC. Bahkan sang Kapten Tack juga berhasil ditaklukkan Untung. Pada tahun 1706 tepatnya bulan Desember, VOC kembali melakukan perlawanan di bawah Komando Mayor Goovert Knole. Sayangnya perang ini menjadi akhir kisah hidup Untung Suropati. Ia meninggal pada Oktober 1706.
Sumber: KORAN SINDO, biografipahlawan.com
(amm)