Belasan Rumah Warga di Tulungagung Rusak Akibat Tanah Bergerak
A
A
A
TULUNGAGUNG - Sedikitnya 15 rumah warga di Desa Tanen, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur rusak akibat pergerakan tanah. Pergerakan tanah yang berada di kawasan perbukitan itu diduga dipicu intensitas hujan tinggi sepekan terakhir ini. Tidak hanya meretakkan tembok bangunan (dinding). Pergeseran tanah juga membuat lantai rumah rengkah.
Dari 15 rumah, 5 di antaranya rusak parah, 5 rusak sedang dan 5 lainnya berpotensi terdampak. Karena khawatir bangunan ambruk, sejumlah warga memilih mengungsi ke kerabat terdekat yang dirasa lebih aman. Kendati demikian tidak sedikit yang bertahan lantaran tidak memiliki tempat mengungsi.
“Kami tidak mengungsi,” tutur Nuri salah seorang warga yang tetap bertahan. (Baca Juga: Belasan Rumah di Kuningan Rusak Parah Akibat Tanah Bergerak)
Fenomena tanah gerak ini selalu didahului turunnya hujan deras. Awalnya hanya retakan kecil. Semacam retak serabut pada bangunan. Namun dalam tempo singkat, retakan halus itu berubah menjadi rengkahan besar. Ketika hujan berhenti atau musim kemarau, kata Nuri retakan itu berhenti. Namun ketika hujan deras kembali datang, retakan kembali berlanjut.
“Kalau kemarau gerak tanah berhenti. Namun kalau hujan deras, tanah kembali gerak,” kata Nuri.
Fenomena tanah labil ini ini diduga dipengaruhi topografi permukiman. Selain berada di kawasan perbukitan, di lokasi juga terdapat sumber mata air besar (air terjun) yang letaknya berdekatan. Air terjun ini menjadi salah satu obyek wisata alam andalan Pemkab Tulungagung.
Sekretaris Desa Tanen, Kecamatan Rejotangan Siti Amanah mengatakan fenomena tanah gerak itu sudah terjadi dua tahun terakhir ini. Pemerintah desa sudah berkoordinasi dengan pihak kecamatan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tulungagung. Namun hingga ini Pemkab Tulungagung belum memberi solusi apapun.
Sejauh ini Pemkab hanya menawarkan warga untuk mengikuti program transmigrasi. Namun tawaran itu ditolak. “Meski bangunan sudah masuk kategori tidak layak huni, Pemkab juga tidak melakukan upaya evakuasi,” kata Siti Amanah yang berharap segera ada solusi nyata dari pemkab.
Dari 15 rumah, 5 di antaranya rusak parah, 5 rusak sedang dan 5 lainnya berpotensi terdampak. Karena khawatir bangunan ambruk, sejumlah warga memilih mengungsi ke kerabat terdekat yang dirasa lebih aman. Kendati demikian tidak sedikit yang bertahan lantaran tidak memiliki tempat mengungsi.
“Kami tidak mengungsi,” tutur Nuri salah seorang warga yang tetap bertahan. (Baca Juga: Belasan Rumah di Kuningan Rusak Parah Akibat Tanah Bergerak)
Fenomena tanah gerak ini selalu didahului turunnya hujan deras. Awalnya hanya retakan kecil. Semacam retak serabut pada bangunan. Namun dalam tempo singkat, retakan halus itu berubah menjadi rengkahan besar. Ketika hujan berhenti atau musim kemarau, kata Nuri retakan itu berhenti. Namun ketika hujan deras kembali datang, retakan kembali berlanjut.
“Kalau kemarau gerak tanah berhenti. Namun kalau hujan deras, tanah kembali gerak,” kata Nuri.
Fenomena tanah labil ini ini diduga dipengaruhi topografi permukiman. Selain berada di kawasan perbukitan, di lokasi juga terdapat sumber mata air besar (air terjun) yang letaknya berdekatan. Air terjun ini menjadi salah satu obyek wisata alam andalan Pemkab Tulungagung.
Sekretaris Desa Tanen, Kecamatan Rejotangan Siti Amanah mengatakan fenomena tanah gerak itu sudah terjadi dua tahun terakhir ini. Pemerintah desa sudah berkoordinasi dengan pihak kecamatan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tulungagung. Namun hingga ini Pemkab Tulungagung belum memberi solusi apapun.
Sejauh ini Pemkab hanya menawarkan warga untuk mengikuti program transmigrasi. Namun tawaran itu ditolak. “Meski bangunan sudah masuk kategori tidak layak huni, Pemkab juga tidak melakukan upaya evakuasi,” kata Siti Amanah yang berharap segera ada solusi nyata dari pemkab.
(rhs)