Menhub Nilai Butuh Waktu Agar LRT Diminati Warga Palembang
A
A
A
PALEMBANG - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menilai transportasi Light Rail Transit (LRT) Palembang , Sumatera Selatan (Sumsel), membutuhkan waktu lama agar diminati masyarakat.
Hal itu disampaikannya kepada awak media saat sosialisasi ‘Payo Naik LRT’ di Stasiun LRT Bumi Sriwijaya, Palembang, Sumsel, Senin (4/3/2019). Bahkan Budi Karya memprediksi waktunya bisa sampai 10 tahun. (Baca Juga: LRT Palembang Sepi Peminat, Ini Penjelasan PT KAI)
"Singapura mencatat butuh 10-25 tahun untuk angkutan massal di sana diminati masyarakat. Sementara kalau Indonesia sekarang ini sudah meninggalkan oplet, artinya butuh 10 tahun saja," kata Budi Karya didampingi Syahrul Gunawan, Muhammad Pradana Indraputra, Anji dan Putri Patricia dalam pernyataan tertulis yang diterima SINDOnews, Senin (4/3/2019).
Menurut Budi, keberadaan si 'ular besi' di Palembang sebagai revolusi transportasi massal. Sehingga dibutuhkan waktu yang panjang agar benar-benar efisien dipakai untuk mengatasi kemacetan.
“Khusus Palembang yang aktual adalah LRT. LRT akan jadi transportasi massal dan menyelesaikan masalah perkotaan, butuh waktu panjang supaya ideal," ungkap Budi Karya.
Tidak hanya itu, Budi Karya pun optimistis Palembang bakal menjadi rujukan kota lain. Salah satu faktornya karena sudah menggunakan LRT sebagai transportasi massal.
Untuk mempercepat pemanfaatan LRT, pemerintah pusat serta daerah bahkan telah membuat angkutan integrasi dari angkutan dalam kota dengan Light Rail Transit dengan pemberlakuan satu tarif.
“Tiketnya sangat murah hanya Rp7 ribu. Selain itu ada jaminan akan tiba tepat waktu dari suatu tempat ke tempat lain," timpalnya.
Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan, keberadaan LRT sangat membantu masyarakat. Bahkan pihaknya dalam waktu dekat mewacanakan untuk membuat peraturan daerah tentang yang mewajibkan PNS menggunakan angkutan umum.
"Nanti kita buat Perda dalam satu bulan harus ada naik transportasi umum. Jadi tidak ada lagi parkir kendaraan di kantor pemerintah," kata Herman Deru. (Baca Juga: Kemenhub Ajak Generasi Milenial Menjadi Agen Transportasi LRT)
Sebagai catatan, proyek tersebut dibangun pemerintah menghabiskan dana mencapai Rp12 triliun. Pembangunan LRT Sumatera Selatan sepanjang 23,4 kilometer (km) dan dilengkapi 13 stasiun dan 24 unit kereta.
Sementara itu, jalur LRT membentang dari Bandara Sultan Mahmud Badarudddin II hingga kawasan Kompleks Olah Raga Jakabaring melintasi Kota Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir.
LRT Sumatera Selatan ini selain dibangun sebagai transportasi umum perkotaan juga berfungsi sebagai kereta bandara. Karena itu harga tiket ada dua macam, yakni Rp5 ribu untuk perjalanan perkotaan dan Rp10 ribu bagi perjalanan yang berasal atau menuju bandara.
Selama di Palembang, Budi Karya dan kawan-kawan juga mendatang Universitas Sriwijaya untuk berdiskusi bertajuk Anten-anten dengan Menhub RI dan anggota 1 BPK RI dengan tema “Gaya Hidup Bertransportasi Modern Millenials dan ditutup dengan penampilan Anji yang membawakan beberapa lagu andalan serta penyerahan bantuan dua unit bus sekolah dari Kemenhub.
Hal itu disampaikannya kepada awak media saat sosialisasi ‘Payo Naik LRT’ di Stasiun LRT Bumi Sriwijaya, Palembang, Sumsel, Senin (4/3/2019). Bahkan Budi Karya memprediksi waktunya bisa sampai 10 tahun. (Baca Juga: LRT Palembang Sepi Peminat, Ini Penjelasan PT KAI)
"Singapura mencatat butuh 10-25 tahun untuk angkutan massal di sana diminati masyarakat. Sementara kalau Indonesia sekarang ini sudah meninggalkan oplet, artinya butuh 10 tahun saja," kata Budi Karya didampingi Syahrul Gunawan, Muhammad Pradana Indraputra, Anji dan Putri Patricia dalam pernyataan tertulis yang diterima SINDOnews, Senin (4/3/2019).
Menurut Budi, keberadaan si 'ular besi' di Palembang sebagai revolusi transportasi massal. Sehingga dibutuhkan waktu yang panjang agar benar-benar efisien dipakai untuk mengatasi kemacetan.
“Khusus Palembang yang aktual adalah LRT. LRT akan jadi transportasi massal dan menyelesaikan masalah perkotaan, butuh waktu panjang supaya ideal," ungkap Budi Karya.
Tidak hanya itu, Budi Karya pun optimistis Palembang bakal menjadi rujukan kota lain. Salah satu faktornya karena sudah menggunakan LRT sebagai transportasi massal.
Untuk mempercepat pemanfaatan LRT, pemerintah pusat serta daerah bahkan telah membuat angkutan integrasi dari angkutan dalam kota dengan Light Rail Transit dengan pemberlakuan satu tarif.
“Tiketnya sangat murah hanya Rp7 ribu. Selain itu ada jaminan akan tiba tepat waktu dari suatu tempat ke tempat lain," timpalnya.
Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan, keberadaan LRT sangat membantu masyarakat. Bahkan pihaknya dalam waktu dekat mewacanakan untuk membuat peraturan daerah tentang yang mewajibkan PNS menggunakan angkutan umum.
"Nanti kita buat Perda dalam satu bulan harus ada naik transportasi umum. Jadi tidak ada lagi parkir kendaraan di kantor pemerintah," kata Herman Deru. (Baca Juga: Kemenhub Ajak Generasi Milenial Menjadi Agen Transportasi LRT)
Sebagai catatan, proyek tersebut dibangun pemerintah menghabiskan dana mencapai Rp12 triliun. Pembangunan LRT Sumatera Selatan sepanjang 23,4 kilometer (km) dan dilengkapi 13 stasiun dan 24 unit kereta.
Sementara itu, jalur LRT membentang dari Bandara Sultan Mahmud Badarudddin II hingga kawasan Kompleks Olah Raga Jakabaring melintasi Kota Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir.
LRT Sumatera Selatan ini selain dibangun sebagai transportasi umum perkotaan juga berfungsi sebagai kereta bandara. Karena itu harga tiket ada dua macam, yakni Rp5 ribu untuk perjalanan perkotaan dan Rp10 ribu bagi perjalanan yang berasal atau menuju bandara.
Selama di Palembang, Budi Karya dan kawan-kawan juga mendatang Universitas Sriwijaya untuk berdiskusi bertajuk Anten-anten dengan Menhub RI dan anggota 1 BPK RI dengan tema “Gaya Hidup Bertransportasi Modern Millenials dan ditutup dengan penampilan Anji yang membawakan beberapa lagu andalan serta penyerahan bantuan dua unit bus sekolah dari Kemenhub.
(rhs)