Pascagempa Mentawai 6,1 SR, BMKG Imbau Masyarakat Tetap Waspada
A
A
A
JAKARTA - BMKG menyebut bahwa gempabumi 6,1 SR yang mengguncang Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat , Sabtu (2/2/2019) merupakan gempa dengan magnitude paling kuat yang berpusat di laut pada jarak 105 km arah Tenggara Kota Tua Pejat, Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Beruntung gempa yang berlokasi 2.92 LS dan 99.98 BB dengan kedalaman 26 Km itu tidak memicu terjadinya tsunami . Pascagempa tektonik itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ) mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan mengikuti arahan BPBD setempat, serta informasi dari BMKG. (Baca Juga: BMKG: Mentawai Diguncang 69 Gempa Susulan )
Deputi Bidang Geofisika Muhammad Sadly dalam keterangan tertulisnya mengimbau masyarakat agat tidak terpancing isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempabumi dan tsunami. Warga juga diminta tetap waspada dengan kejadian gempa susulan yang pada umumnya kekuatannya semakin mengecil.
Sadly mengungkapkan hingga pukul 21.00 WIB pada Sabtu kemarin (2/2/2019), hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi aktivitas gempabumi susulan (aftershock) sebanyak 52 kali. Secara keseluruhan ada 5 aktivitas gempa yang guncangannya dirasakan oleh masyarakat yaitu magnitudo 5,3 6,1 5,3 5,9 dan 5,0. BMKG terus memonitor perkembangan gempabumi susulan dan hasilnya akan diinformasikan kepada masyarakat melalui media.
“Hingga saat ini sudah ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut. Berdasarkan data sementara tercatat Puskesmas Sikakap rusak ringan, Mercusuar yang sudah tidak berfungsi roboh,” ungkap Sadly. (Baca Juga: Diikuti 52 Kali Gempa Susulan Ini Dampak Gempa 6 SR di Mentawai )
Hasil analisis BMKG menyebutkan gempabumi di Kepulauan Mentawai ini termasuk dalam klasifikasi gempabumi dangkal yang diakibatkan aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia tepatnya di zona Megathrust Segmen Pagai yang merupakan zona subduksi lempeng yang berada di Samudera Hindia sebelah barat Sumatra.
Sadly mengungkapkan zona tersebut merupakan kawasan sumber gempabumi yang sangat aktif di wilayah Sumatera. “Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi ini dipicu oleh penyesaran naik (thrust fault)”, jelasnya.
Beruntung gempa yang berlokasi 2.92 LS dan 99.98 BB dengan kedalaman 26 Km itu tidak memicu terjadinya tsunami . Pascagempa tektonik itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ) mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan mengikuti arahan BPBD setempat, serta informasi dari BMKG. (Baca Juga: BMKG: Mentawai Diguncang 69 Gempa Susulan )
Deputi Bidang Geofisika Muhammad Sadly dalam keterangan tertulisnya mengimbau masyarakat agat tidak terpancing isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempabumi dan tsunami. Warga juga diminta tetap waspada dengan kejadian gempa susulan yang pada umumnya kekuatannya semakin mengecil.
Sadly mengungkapkan hingga pukul 21.00 WIB pada Sabtu kemarin (2/2/2019), hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi aktivitas gempabumi susulan (aftershock) sebanyak 52 kali. Secara keseluruhan ada 5 aktivitas gempa yang guncangannya dirasakan oleh masyarakat yaitu magnitudo 5,3 6,1 5,3 5,9 dan 5,0. BMKG terus memonitor perkembangan gempabumi susulan dan hasilnya akan diinformasikan kepada masyarakat melalui media.
“Hingga saat ini sudah ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut. Berdasarkan data sementara tercatat Puskesmas Sikakap rusak ringan, Mercusuar yang sudah tidak berfungsi roboh,” ungkap Sadly. (Baca Juga: Diikuti 52 Kali Gempa Susulan Ini Dampak Gempa 6 SR di Mentawai )
Hasil analisis BMKG menyebutkan gempabumi di Kepulauan Mentawai ini termasuk dalam klasifikasi gempabumi dangkal yang diakibatkan aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia tepatnya di zona Megathrust Segmen Pagai yang merupakan zona subduksi lempeng yang berada di Samudera Hindia sebelah barat Sumatra.
Sadly mengungkapkan zona tersebut merupakan kawasan sumber gempabumi yang sangat aktif di wilayah Sumatera. “Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi ini dipicu oleh penyesaran naik (thrust fault)”, jelasnya.
(rhs)