Banjir dan Longsor di Gowa, 6 Warga Meninggal Dunia

Rabu, 23 Januari 2019 - 03:04 WIB
Banjir dan Longsor di...
Banjir dan Longsor di Gowa, 6 Warga Meninggal Dunia
A A A
SUNGGUMINASA - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gowa merilis sedikitnya enam warga meninggal dunia akibat bencana banjir dan longsor yang melanda daerah itu pada Selasa 22 Januari 2019.

Ke enam korban tersebut adalah Akram Al Yusran (3 ) warga BTN Zigma Pangkabinanga Pallangga Gowa. Rizal Lisantrio (48) BTN Batara Mawang karena tersengat listrik.

Kemudian dua korban di belakang pasar sapaya Kecamatan Bungaya masing-masing Sarifuddin Dg Baji, serta 1 bayi belum teridentifikasi. Dua korban lainnya merulakan korban longsor, satu di Malino atas nama Andi Sri Hastuti sedang satu korban longsor di Parogi yang belum teridentifikasi.

"Tadi korban Akram sempat mendapat perawatan di RSUD Syekh Yusuf. Penyebanya kedinginan. Akram ini korban banjir," ungkap Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan.

Sementara itu, untuk korban luka lanjutnya ada empat orang masing-masing di satu Kecamatan Manuju, satu di Bontomarannu dan dua di Kecamatan Pallangga.

Sementara laporan hilang ada 10 orang masing-masing di Bungaya 2, Tinggimoncong 1 yakni Hamsah Dg Sija, serta di Manuju 7 orang.

Adnan mengatakan, ada beberapa titik banjir di wilayah yang dipimpinnya itu. Seperti di Pallangga, di Desa sailong Kecamatan Pattalassang serta di Barombong.

Namun yang terparah adalah di Pangkabinanga Pallangga. Dimana ketinggian air mencapai 2 meter. Jumlah yang terdampak banjir di Pallangga ini sekitar 450 sampai 500 KK dengan tiga titik banjir.

"Selain banjir dan longsor di dataran tinggi, juga terdapat 4 jembatan kita yang putus," katanya.

Menurut Adnan, derasnya curah hujan di Kabupaten Gowa sudah diprediksi sebelumnya. Bahkan BMKG merilis hingga selasa pukul 03.00 dini hari. Hal inilah yang memicu tinggi permukaan air di Bendungan Bili-bili meninggi.

Akibatnya pintu air harus dibuka sehingga berdampak tidak hanya di Kabupatem Gowa tapi kabupaten Kota lainnya. Akan tetapi jika pintu tidak dibuka, maka Bili-bili bisa jebol dan berakibat lebih parah.

"Kita lihat Sungai Jeneberang di jembatan kembar ketinggiannya sudah hampir naik ke atas jembatan. Tapi kita teta harus buka pintu bili-bili untuk menghindari hal yang lebih buruk," jelasnya.

Untuk itu pihaknya terus berkoordinasi dengan pihak Balai Pompengan dan Jeneberang terkait kondisi terkini Bili-Bili. Dan kabar terakhor permukaan air bili-bili diinformasikan terus menurun.

Pihaknya berharap tinggi air permukaan bisa turun menjadi 100 dan bahkan mencapai kondisi normal dibawah 95. "Informasinya terus turun. Sekarang di 101,83. Jadi tidak ada kenaikan. Kita berharap turun sampai 100. Kita berdoa sama-sama," tandansya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0636 seconds (0.1#10.140)