Bentuk SDM Berkualitas, Pemkot Solo Gagas Sekolah Keluarga di Tiap RW
A
A
A
SOLO - Pemkot Solo berencana membuat sekolah keluarga di setiap Rukun Warga (RW) guna meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo (Rudy) mengatakan, sekolah keluarga diharapkan menjadi fondasi awal sebelum membuat program pengembangan SDM lainnya. Melalui sekolah keluarga, orangtua diberikan pemahaman bagaimana mendidik anak dan membentuk keluarga sejahtera.
“Termasuk bagaimana mengenalkan sopan santun kepada anak serta mendidik anak tanpa gadget,” kata Rudy di Solo, Jawa Tengah, Minggu (6/12/2019).
Sekolah keluarga, kata Rudy, tidak memiliki kurikulum yang baku sebagaimana sekolah formal. Dalam pembelajaran, Pemkot Solo akan mengirim mentor yang ahli di bidang literasi keluarga. Mentor akan memberikan materi sesuai kebutuhan keluarga di suatu wilayah.
“Satu mentor diupayakan dapat membina beberapa keluarga sebagai pilot project. Kemudian secara berjenjang yang sudah lulus menjadi mentor sejawat di lingkungannya,” urainya.
Program itu tentunya akan menggandeng PKK dan tidak bisa berjalan sendiri. Melalui sekolah keluarga, setiap keluarga diharapkan memiliki benteng dari berbagai penyakit masyarakat. Seperti kekerasan terhadap anak dan perempuan.
Hal itu dapat diantisipasi jika keluarga dapat menjalankan perannya sebagai pagar hidup. “Anak-anak dan generasi muda jangan sampai terjebak menggunakan narkoba dan tindak kriminal lainnya,” tambah Rudy.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat Solo, Widdi Srihanto menambahkan, selama ini pelaku kekerasan terhadap anak dan perempuan didominasi orang terdekat. Sehingga pengawasan dari keluarga menjadi kunci.
“Kasus yang kami tangani lebih banyak seperti itu. Kalau ada perempuan mendapat perlakuan kekerasan fisik, biasanya enggan lapor karena yang melakukan orang dekat,” tandas Widdi.
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo (Rudy) mengatakan, sekolah keluarga diharapkan menjadi fondasi awal sebelum membuat program pengembangan SDM lainnya. Melalui sekolah keluarga, orangtua diberikan pemahaman bagaimana mendidik anak dan membentuk keluarga sejahtera.
“Termasuk bagaimana mengenalkan sopan santun kepada anak serta mendidik anak tanpa gadget,” kata Rudy di Solo, Jawa Tengah, Minggu (6/12/2019).
Sekolah keluarga, kata Rudy, tidak memiliki kurikulum yang baku sebagaimana sekolah formal. Dalam pembelajaran, Pemkot Solo akan mengirim mentor yang ahli di bidang literasi keluarga. Mentor akan memberikan materi sesuai kebutuhan keluarga di suatu wilayah.
“Satu mentor diupayakan dapat membina beberapa keluarga sebagai pilot project. Kemudian secara berjenjang yang sudah lulus menjadi mentor sejawat di lingkungannya,” urainya.
Program itu tentunya akan menggandeng PKK dan tidak bisa berjalan sendiri. Melalui sekolah keluarga, setiap keluarga diharapkan memiliki benteng dari berbagai penyakit masyarakat. Seperti kekerasan terhadap anak dan perempuan.
Hal itu dapat diantisipasi jika keluarga dapat menjalankan perannya sebagai pagar hidup. “Anak-anak dan generasi muda jangan sampai terjebak menggunakan narkoba dan tindak kriminal lainnya,” tambah Rudy.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat Solo, Widdi Srihanto menambahkan, selama ini pelaku kekerasan terhadap anak dan perempuan didominasi orang terdekat. Sehingga pengawasan dari keluarga menjadi kunci.
“Kasus yang kami tangani lebih banyak seperti itu. Kalau ada perempuan mendapat perlakuan kekerasan fisik, biasanya enggan lapor karena yang melakukan orang dekat,” tandas Widdi.
(wib)