Empat Kali Terjadi Guguran, Lava Merapi Belum Bahayakan Penduduk
A
A
A
YOGYAKARTA - Aktivitas Gunung Merapi kembali menggeliat. Pada 22 November lalu gunung yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu mengalami empat kali guguran. Jarak terjauhnya mencapai 300 meter. Meski begitu Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi BPPTKG memastikan bahwa kondisi Merapi masih aman.
"Sejauh ini masih aman. Masyarakat diimbau tenang dan beraktivitas biasa," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani kepada wartawan di kantor BPPTKG Jalan Cendana, Semaki, Umbulharjo Yogyakarta, Senin (26/11/2018).
Kasbani justru mempersilakan masyarakat yang ingin menyaksikan aktivitas guguran lava. Syaratnya harus di luar jarak bahaya yang ditetapkan yakni tiga kilometer dari puncak. "Masyarakat dan wartawan boleh kalau mau ambil gambar. Itu aman, asalkan di luar jarak bahaya yang ditetapkan. Jangan masuk," katanya.
Dari data pemantauan menunjukkan aktivitas vulkanik yang cukup tinggi. Kondisi ini menujukkan masih berlangsungnya suplai magma. Tercatat pada periode 16-22 November tercatat kegempaan Gunung Merapi sebanyak 28 kali gempa hembusan, dua kali gempa vulkanik dangkal (VTB), dua kali gempa fase banyak (MP), 261 kali gempa guguran dan 21 kali gempa low frekuensi.
Pada Kamis (22/11/2018) lalu, terjadi empat kali guguran kubah lava yang mengarah ke Kali Gendol. Jarak luncuran terjauh tercatat hingga 300 meter pada pukul 19.05 WIB. "Jarak luncuran ini tidak membahayakan penduduk. Jarak bahaya yang kita tentukan adalah tiga kilometer dari puncak," paparnya.
Jika kubah lava terus mengalami pertumbuhan, lanjut Kasbani, maka kejadian guguran lava ini akan terus terjadi dan meningkat intensitasnya seiring dengan bertambahnya aktivitas kubah lava. Sejauh ini intensitas guguran lava masih rendah dengan potensial material yang juga masih kecil sehingga belum membahayakan penduduk.
"Tidak terlalu berbahaya asalkan tidak masuk ke zona yang dilarang yakni 3 kilometer dari puncak utamanya di sungai-sungai," ujarnya kembali.
Kasbani menambahkan pertumbuhan kubah lava saat ini masih terbilang kecil yakni sekitar 3.000-an meter kubik. Namun berkaca dari kejadian-kejadian sebelumnya potensi kubah lava bisa lebih besar tergantung suplai magma dari dalam. "Untuk menjadi awan panas, butuh yang lebih besar lagi. Bisa potensi dua kali dari sekarang. Namun itu belum tentu terjadi," katanya.
Sejauh ini, lanjut Kasbani, status Gunung Merapi sampai saat ini masih level dua atau waspada. Sejauh ini belum ada indikasi status akan dinaikkan. Jika nanti ada perkembangan akan dilakukan rekosntruksi dan modeling. "Kalau diperlukan zona bahaya akan diperluas. Namun sejauh ini belum ada indikasi status akan dinaikkan," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaidah.
"Sejauh ini masih aman. Masyarakat diimbau tenang dan beraktivitas biasa," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani kepada wartawan di kantor BPPTKG Jalan Cendana, Semaki, Umbulharjo Yogyakarta, Senin (26/11/2018).
Kasbani justru mempersilakan masyarakat yang ingin menyaksikan aktivitas guguran lava. Syaratnya harus di luar jarak bahaya yang ditetapkan yakni tiga kilometer dari puncak. "Masyarakat dan wartawan boleh kalau mau ambil gambar. Itu aman, asalkan di luar jarak bahaya yang ditetapkan. Jangan masuk," katanya.
Dari data pemantauan menunjukkan aktivitas vulkanik yang cukup tinggi. Kondisi ini menujukkan masih berlangsungnya suplai magma. Tercatat pada periode 16-22 November tercatat kegempaan Gunung Merapi sebanyak 28 kali gempa hembusan, dua kali gempa vulkanik dangkal (VTB), dua kali gempa fase banyak (MP), 261 kali gempa guguran dan 21 kali gempa low frekuensi.
Pada Kamis (22/11/2018) lalu, terjadi empat kali guguran kubah lava yang mengarah ke Kali Gendol. Jarak luncuran terjauh tercatat hingga 300 meter pada pukul 19.05 WIB. "Jarak luncuran ini tidak membahayakan penduduk. Jarak bahaya yang kita tentukan adalah tiga kilometer dari puncak," paparnya.
Jika kubah lava terus mengalami pertumbuhan, lanjut Kasbani, maka kejadian guguran lava ini akan terus terjadi dan meningkat intensitasnya seiring dengan bertambahnya aktivitas kubah lava. Sejauh ini intensitas guguran lava masih rendah dengan potensial material yang juga masih kecil sehingga belum membahayakan penduduk.
"Tidak terlalu berbahaya asalkan tidak masuk ke zona yang dilarang yakni 3 kilometer dari puncak utamanya di sungai-sungai," ujarnya kembali.
Kasbani menambahkan pertumbuhan kubah lava saat ini masih terbilang kecil yakni sekitar 3.000-an meter kubik. Namun berkaca dari kejadian-kejadian sebelumnya potensi kubah lava bisa lebih besar tergantung suplai magma dari dalam. "Untuk menjadi awan panas, butuh yang lebih besar lagi. Bisa potensi dua kali dari sekarang. Namun itu belum tentu terjadi," katanya.
Sejauh ini, lanjut Kasbani, status Gunung Merapi sampai saat ini masih level dua atau waspada. Sejauh ini belum ada indikasi status akan dinaikkan. Jika nanti ada perkembangan akan dilakukan rekosntruksi dan modeling. "Kalau diperlukan zona bahaya akan diperluas. Namun sejauh ini belum ada indikasi status akan dinaikkan," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaidah.
(amm)