2018, Penderita HIV/AIDS di Salatiga Bertambah 15 Orang
A
A
A
SALATIGA - Jumlah penderita HIV AIDS di Kota Salatiga, Jawa Tengah terus bertambah. Sejak Januari hingga akhir November 2018, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Salatiga menemukan 15 kasus baru. Dengan demikian, jumlah total penderita penyakit HIV AIDS hingga saat ini sebanyak 216 orang.
Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Salatiga Mahardi mengatakan, sebagian besar dari 15 orang pengidap HIV/AIDS itu terinveksi virus HIV lantaran sering berganti pasangan seksual. Dan mereka tidak pernah memakai pengaman sangat berhubungan seksual.
"Penyebab kasus HIV/AIDS di Salatiga, urutan pertama didominasi gonta ganti pasangan (heteroseksual), kemudian pengguna narkoba dan jarum suntik, homoseksual dan lahir (tertular ibunya)," katanya, Minggu (25/11/2018).
Adapun penyebaran atau pengidap terbanyak berada di wilayah Kecamatan Sidorejo sebanyak 41%, disusul Kecamatan Sidomukti 20% serta Kecamatan Tingkir dan Argomulyo masing-masing 17%. Pekerjaan para pengidap HIV/AIDS terdiri dari pedagang 1 orang, tukang parkir 2 orang, pengangguran 5 orang, sopir 7 orang, ibu rumah tangga 23 orang, pemandu karaoke 26 orang, wanita pekerja seks 26 orang, wiraswasta 48 orang, karyawan swasta 47 orang dan lain-lain sebanyak 55 orang. Para penderita didominasi pria sebanyak 63% dan wanita 37%.
Menurut Mahardi, sejak 2006, DKK Salatiga telah melaksanakan program pencegahan kepada semua kelompok resiko tinggi, yaitu meliputi pencegahan, pengobatan atau perawatan serta rehabilitasi dan monitoring evaluasi (monev). Pencegahan dilakukan melalui sosialisasi-sosialisasi dan pemeriksaan dini, berupa screening Inveksi Menular Sexual ( IMS) dan pemeriksaan HIV melalui voluntary conseling and testing (VCT).
"Kami juga bermitra dengan LSM (lembaga swadaya masyarakat) untuk melakukan pendampingan ODHA agar pengobatan bisa. Dengan demikian pengobatan bisa optimal," ujarnya.
Di samping itu, kata dia, Dinkes juga sudah membentuk Warga Peduli Aids (WPA) di tiap kelurahan. Mereka adalah relawan yang mensosialisasikan tentang penyakit menular ini kepada masyarakat agar warga menjadi lebih tahu tentang HIV/AIDS.
Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Salatiga Mahardi mengatakan, sebagian besar dari 15 orang pengidap HIV/AIDS itu terinveksi virus HIV lantaran sering berganti pasangan seksual. Dan mereka tidak pernah memakai pengaman sangat berhubungan seksual.
"Penyebab kasus HIV/AIDS di Salatiga, urutan pertama didominasi gonta ganti pasangan (heteroseksual), kemudian pengguna narkoba dan jarum suntik, homoseksual dan lahir (tertular ibunya)," katanya, Minggu (25/11/2018).
Adapun penyebaran atau pengidap terbanyak berada di wilayah Kecamatan Sidorejo sebanyak 41%, disusul Kecamatan Sidomukti 20% serta Kecamatan Tingkir dan Argomulyo masing-masing 17%. Pekerjaan para pengidap HIV/AIDS terdiri dari pedagang 1 orang, tukang parkir 2 orang, pengangguran 5 orang, sopir 7 orang, ibu rumah tangga 23 orang, pemandu karaoke 26 orang, wanita pekerja seks 26 orang, wiraswasta 48 orang, karyawan swasta 47 orang dan lain-lain sebanyak 55 orang. Para penderita didominasi pria sebanyak 63% dan wanita 37%.
Menurut Mahardi, sejak 2006, DKK Salatiga telah melaksanakan program pencegahan kepada semua kelompok resiko tinggi, yaitu meliputi pencegahan, pengobatan atau perawatan serta rehabilitasi dan monitoring evaluasi (monev). Pencegahan dilakukan melalui sosialisasi-sosialisasi dan pemeriksaan dini, berupa screening Inveksi Menular Sexual ( IMS) dan pemeriksaan HIV melalui voluntary conseling and testing (VCT).
"Kami juga bermitra dengan LSM (lembaga swadaya masyarakat) untuk melakukan pendampingan ODHA agar pengobatan bisa. Dengan demikian pengobatan bisa optimal," ujarnya.
Di samping itu, kata dia, Dinkes juga sudah membentuk Warga Peduli Aids (WPA) di tiap kelurahan. Mereka adalah relawan yang mensosialisasikan tentang penyakit menular ini kepada masyarakat agar warga menjadi lebih tahu tentang HIV/AIDS.
(rhs)