MIG 17 dan Helikopter Hughes Resmi Mejeng di Museum Dirgantara Yogya
A
A
A
YOGYAKARTA - Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Yuyu Sutisna meresmikan monumen pesawat MiG 17 dan helikopter Hughes 500C di Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala (Muspurdirla) yang ada di kompleks Lanud Adisutjipto Yogyakarta, Kamis (11/10/2018) sore.
Pesawat MIG 17 PF merupakan pesawat tempur TNI AU yang mulai dioperasionalkan pada 1961 dan berjasa dalam merebut Irian Barat (Papua) ketika operasi Trikora tahun 1962-1963. Setelah melewati masa kejayaannya, MIG 17 mengakhiri pengabdiannya pada 1969. Kemudian pada 1971 pesawat ini ditempatkan di Skadron Wing Ops 003 di Lanud lswahyudi Madiun dan terakhir di Lanud Abudrahman Saleh, Malang.
Sementara helikopter Hughes 500C merupakan pesawat latih lanjut jurusan helikopter yang ditempatkan di Skadron Udara 7 Lanud Suryadarma, Kalijati, Subang periode 1982 hingga 1990. Setelah itu tidak digunakan lagi, sehingga ditempatkan di Muspurdila. Keduanya menjadi pesawat ke-57 dan 58 yang ada di Muspurdirla. Khusus MIG 17 akan ditempatkan berhadapan dengan Fokker Hunter sebagai simbol menghadapi pesawat Belanda saat perebutan Irian Barat.
KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna mengatakan kehadiran pesawat MIG 17 dan helikopter Hughes merupakan bentuk komitmen AU dalam melengkapi koleksi di Muspusdirla. Apalagi dua pesawat itu bukan hanya langka karena tinggal satu-satunya, tapi juga berjasa kepada bangsa Indonesia. Dengan begitu Republik Indonesia nantinya tidak kehilangan sejarah, terutama bagi generasi muda.
"Karena langka dan memiliki sejarah bagi bangsa Indonesia, jika tidak diselamatkan dikhawarirkan menghilangkan jejak kedua pesawat itu dalam perjalanan TNI AU," katanya usai meresmikan monumen tersebut.
Yuyu memastikan, koleksi Muspurdirla akan terus bertambah dan semakin lengkap. Sebab akan ada beberapa tambahan koleksi. Sebelumnya sudah ada museum engine, museum komunikas dan elektronik (komlek) dan museum persenjataan juga akan ada di tempat tersebut. Hanya untuk penambahannya akan dilakukan bertahap.
"Untuk musuem komlek, seperti radar, avionik dan peralatan komunikasi diharapkan sudah dapat terwujud 2 bulan ke depan. Setelah itu baru musuem persenjataan. Sehingga dapat segera melengkapi Muspusdila," katanya.
Menurut Yuyu, dengan penambahan koleksi tersebut, Muspusdirla bukan hanya menjadi museum terlengkap di dunia kedirgantaraan, tapi juga yang terbesar di kawasan Asia Tenggara. Generasi muda bisa melihat dalam satu tempat tentang kedirgantaraan yang memadai untuk dipelajari, terutama sejarah Indonesia yang besar.
"Hal lainnya yang masih perlu diperhatikan yakni soal kenyamanan. Di antaranya tempat parkir. Sebab saat ini kendaraan masih berdesak-desakan. Akibatnya kurang aman dan nyaman bagi pengunjung. Karena itu tahapannnya akan diprioritas mana yang lebih didahulukan," katanya.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Dispenau) Marsma TNI Novyan Samyogo menambahkan, Muspurdirla akan dikembangkan menjadi destinasi wisata pendidikan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana memadai. Sehingga keberadaannya bukan hanya sebagai tempat menyimpan koleksi pesawat dan hal yang berkaitan perjalanan TNI AU, tapi akan menjadi tempat wisata yang maju dan modern. Untuk itu semua kelengkapan, termasuk koleksi pesawat yang belum terlaksana segera didatangkan.
"Muspusdirla merupakan tempat untuk menanamkan nilai-nilai luhur sejarah perjuangan bangsa, khususnya nilai-nilai perjuangan yang dilakukan oleh para pendahulu TNI AU," katanya.
Pesawat MIG 17 PF merupakan pesawat tempur TNI AU yang mulai dioperasionalkan pada 1961 dan berjasa dalam merebut Irian Barat (Papua) ketika operasi Trikora tahun 1962-1963. Setelah melewati masa kejayaannya, MIG 17 mengakhiri pengabdiannya pada 1969. Kemudian pada 1971 pesawat ini ditempatkan di Skadron Wing Ops 003 di Lanud lswahyudi Madiun dan terakhir di Lanud Abudrahman Saleh, Malang.
Sementara helikopter Hughes 500C merupakan pesawat latih lanjut jurusan helikopter yang ditempatkan di Skadron Udara 7 Lanud Suryadarma, Kalijati, Subang periode 1982 hingga 1990. Setelah itu tidak digunakan lagi, sehingga ditempatkan di Muspurdila. Keduanya menjadi pesawat ke-57 dan 58 yang ada di Muspurdirla. Khusus MIG 17 akan ditempatkan berhadapan dengan Fokker Hunter sebagai simbol menghadapi pesawat Belanda saat perebutan Irian Barat.
KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna mengatakan kehadiran pesawat MIG 17 dan helikopter Hughes merupakan bentuk komitmen AU dalam melengkapi koleksi di Muspusdirla. Apalagi dua pesawat itu bukan hanya langka karena tinggal satu-satunya, tapi juga berjasa kepada bangsa Indonesia. Dengan begitu Republik Indonesia nantinya tidak kehilangan sejarah, terutama bagi generasi muda.
"Karena langka dan memiliki sejarah bagi bangsa Indonesia, jika tidak diselamatkan dikhawarirkan menghilangkan jejak kedua pesawat itu dalam perjalanan TNI AU," katanya usai meresmikan monumen tersebut.
Yuyu memastikan, koleksi Muspurdirla akan terus bertambah dan semakin lengkap. Sebab akan ada beberapa tambahan koleksi. Sebelumnya sudah ada museum engine, museum komunikas dan elektronik (komlek) dan museum persenjataan juga akan ada di tempat tersebut. Hanya untuk penambahannya akan dilakukan bertahap.
"Untuk musuem komlek, seperti radar, avionik dan peralatan komunikasi diharapkan sudah dapat terwujud 2 bulan ke depan. Setelah itu baru musuem persenjataan. Sehingga dapat segera melengkapi Muspusdila," katanya.
Menurut Yuyu, dengan penambahan koleksi tersebut, Muspusdirla bukan hanya menjadi museum terlengkap di dunia kedirgantaraan, tapi juga yang terbesar di kawasan Asia Tenggara. Generasi muda bisa melihat dalam satu tempat tentang kedirgantaraan yang memadai untuk dipelajari, terutama sejarah Indonesia yang besar.
"Hal lainnya yang masih perlu diperhatikan yakni soal kenyamanan. Di antaranya tempat parkir. Sebab saat ini kendaraan masih berdesak-desakan. Akibatnya kurang aman dan nyaman bagi pengunjung. Karena itu tahapannnya akan diprioritas mana yang lebih didahulukan," katanya.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Dispenau) Marsma TNI Novyan Samyogo menambahkan, Muspurdirla akan dikembangkan menjadi destinasi wisata pendidikan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana memadai. Sehingga keberadaannya bukan hanya sebagai tempat menyimpan koleksi pesawat dan hal yang berkaitan perjalanan TNI AU, tapi akan menjadi tempat wisata yang maju dan modern. Untuk itu semua kelengkapan, termasuk koleksi pesawat yang belum terlaksana segera didatangkan.
"Muspusdirla merupakan tempat untuk menanamkan nilai-nilai luhur sejarah perjuangan bangsa, khususnya nilai-nilai perjuangan yang dilakukan oleh para pendahulu TNI AU," katanya.
(amm)