BNPB: Kemendikbud Telah Siapkan 240 Sekolah Darurat di Sulteng
A
A
A
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan ada ratusan sekolah yang rusak akibat gempa dan tsunami yang melanda Sulawesi Tengah. Sampai saat ini, jumlah pengungsi di sana tercatat mencapai 74.444 orang, termasuk di dalamnya anak-anak yang membutuhkan pendidikan.
Untuk itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menyiapkan 240 tenda darurat. 240 tenda tersebut nantinya akan dijadikan sebagai sekolah darurat bagi anak-anak korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah.
“Kemendikbud itu menyiapkan 240 tenda (sekolah darurat) untuk ruang kelas. Ada 100 tenda yang sudah terpasang dan 140 tenda yang Insya Allah hari ini akan terpasang,” ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei di Kantor BNPB, Jakarta, Senin (8/10/2018).
Meskipun sekolah darurat sudah didirikan, lanjut Willem, sejumlah murid masih dilarang orang tuanya untuk kembali bersekolah karena khawatir gempa susulan masih akan terjadi. Selain itu, pemerintah juga kekurangan guru dan tenaga pendidikan, karena masih trauma untuk mengajar.
“Guru-guru sebagian terdampak dan juga trauma karena bencana. Termasuk anak-anak (juga trauma) dan juga orang tuanya itu tidak memperbolehkan anaknya untuk kembali ke sekolah dulu,” ujarnya.
Karena itu, Willem mengungkapkan, Kemendikbud telah menyiapkan rencana untuk mendatangkan tenaga pendidik. "Selain mengajar, nantinya tenaga pendidik itu juga sekaligus memberikan trauma healing bagi anak-anak di sana," tuturnya.
Untuk itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menyiapkan 240 tenda darurat. 240 tenda tersebut nantinya akan dijadikan sebagai sekolah darurat bagi anak-anak korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah.
“Kemendikbud itu menyiapkan 240 tenda (sekolah darurat) untuk ruang kelas. Ada 100 tenda yang sudah terpasang dan 140 tenda yang Insya Allah hari ini akan terpasang,” ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei di Kantor BNPB, Jakarta, Senin (8/10/2018).
Meskipun sekolah darurat sudah didirikan, lanjut Willem, sejumlah murid masih dilarang orang tuanya untuk kembali bersekolah karena khawatir gempa susulan masih akan terjadi. Selain itu, pemerintah juga kekurangan guru dan tenaga pendidikan, karena masih trauma untuk mengajar.
“Guru-guru sebagian terdampak dan juga trauma karena bencana. Termasuk anak-anak (juga trauma) dan juga orang tuanya itu tidak memperbolehkan anaknya untuk kembali ke sekolah dulu,” ujarnya.
Karena itu, Willem mengungkapkan, Kemendikbud telah menyiapkan rencana untuk mendatangkan tenaga pendidik. "Selain mengajar, nantinya tenaga pendidik itu juga sekaligus memberikan trauma healing bagi anak-anak di sana," tuturnya.
(wib)