Ijtima Ulama Tidak Dapat Mewakili Keseluruhan Ulama dan Umat
A
A
A
BANTEN - Ketua Fraksi Partai Hanura di DPR Inas Nasrullah Zubir mengingatkan bahwa Ijtima Ulama II tidak dapat mengatasnamakan atau mewakili keseluruhan ulama dan umat Islam Indonesia.
Sementara ijtima tersebut bagian dari strategi pemenangan kubu capres Prabowo Subianto untuk mencuri perhatian umat menjelang Pilpres 2019.
Sekian puluh ulama yang hadir dalam ijtima tersebut tentunya juga bukan mewakili jutaan ulama yang ada di Indonesia.Mereka tidak boleh mengatasnamakan ulama seluruh Indonesia.Sementara institusi ulama yang diakui oleh umat Islam dan ulama Indonesia adalah MUI.
Bahkan, kata Inas,ijtima itu sebagai bentuk kegiatan kongkow-kongkow ulama dan tokoh nasional jilid 2 yang juga menjadi pertunjukan dagelan yang menggelikan.
"Kewibawaan ijtima ulama jilid 1 tidak diindahkan, karena usulan cawapres mereka yakni Salim Asegaf dan UAS tidak diakomodir," katanya kepada wartawan di Banten, Senin (17/9/2018).
Dia juga mengingatkan bahwa masyarakat untuk tidak terkecoh dengan istilah ijtima ulama yang baru saja memutuskan dan mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Menurutnya, istilah ijtima ulama sama sekali tidak ada kaitannya dengan fiqih dalam ajaran Islam. Itjma, jika dalam bahasa Arab dapat diartikan sebagai kumpul-kumpul atau bahasa gaulnya kongkow-kongkow.Jadi ijtima ulama dan tokoh nasional artinya kongkow-kongkow ulama dan tokoh nasional.
Apalagi, menurutnya, kongkow-kongkow tersebut hanya dihadiri sekian puluh ulama dan beberapa gelintir tokoh nasional yang tidak semuanya muslim.
Sementara ijtima tersebut bagian dari strategi pemenangan kubu capres Prabowo Subianto untuk mencuri perhatian umat menjelang Pilpres 2019.
Sekian puluh ulama yang hadir dalam ijtima tersebut tentunya juga bukan mewakili jutaan ulama yang ada di Indonesia.Mereka tidak boleh mengatasnamakan ulama seluruh Indonesia.Sementara institusi ulama yang diakui oleh umat Islam dan ulama Indonesia adalah MUI.
Bahkan, kata Inas,ijtima itu sebagai bentuk kegiatan kongkow-kongkow ulama dan tokoh nasional jilid 2 yang juga menjadi pertunjukan dagelan yang menggelikan.
"Kewibawaan ijtima ulama jilid 1 tidak diindahkan, karena usulan cawapres mereka yakni Salim Asegaf dan UAS tidak diakomodir," katanya kepada wartawan di Banten, Senin (17/9/2018).
Dia juga mengingatkan bahwa masyarakat untuk tidak terkecoh dengan istilah ijtima ulama yang baru saja memutuskan dan mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Menurutnya, istilah ijtima ulama sama sekali tidak ada kaitannya dengan fiqih dalam ajaran Islam. Itjma, jika dalam bahasa Arab dapat diartikan sebagai kumpul-kumpul atau bahasa gaulnya kongkow-kongkow.Jadi ijtima ulama dan tokoh nasional artinya kongkow-kongkow ulama dan tokoh nasional.
Apalagi, menurutnya, kongkow-kongkow tersebut hanya dihadiri sekian puluh ulama dan beberapa gelintir tokoh nasional yang tidak semuanya muslim.
(vhs)