Sungai Cilamaya Karawang Tercemar, Diduga dari Limbah Pabrik di Subang

Minggu, 16 September 2018 - 12:45 WIB
Sungai Cilamaya Karawang Tercemar, Diduga dari Limbah Pabrik di Subang
Sungai Cilamaya Karawang Tercemar, Diduga dari Limbah Pabrik di Subang
A A A
KARAWANG - Penyebab pencemaran sungai Cilamaya dan Bendungan Barugbug di Desa Situdam Kecamatan Jatisari, Karawang, Jawa Barat, selama belasan tahun mulai menemukan titik terang. Diduga salah satu pabrik yang berada di Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Subang membuang limbah secara langsung ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu.

Dugaan ini muncul setelah Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) Karawang dan Karang Taruna Kecamatan Kota Baru sengaja menyusuri aliran sungai Cilamaya mulai dari hilir hingga ke hulu.

"Setelah kami menyusuri sungai Cilamaya mulai dari hilir hingga ke hulu ada salah satu pabrik kertas PCP yang berlokasi di Kabupaten Subang yang salurannya pembuangannya secara terus menerus mengalirkan limbah ke sungai. Air limbah yang ke luar dari saluran itu mengeluarkan buih dan berwarna hitam. Debit limbah yang ke luar diperkirakan mencapai 5 hingga 10 llitet per detik." kata salah satu pengurus LPBI NU Karawang, Dian Nugraha, Minggu (16/9/2018).

Atas temuan itu, LPBI NU akan melapor ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Polda Jabar. Mereka berharap aparat tidak menuntup mata atas kasus pencemaran tersebut. Sebab, limbah yang ke luar dari pabrik tersebut sudah merusak ekosistem Sungai Cilamaya.

Padahal, air sungai itu banyak dimanfaatkan untuk mengairi areal pertanian di wilayah Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang Timur dan Kabupaten Subang bagian barat.

"Ini sudah belasan tahun belum juga bisa terungkap pelakunya hingga pencemaran sungai selalu terjadi hingga saat ini. Kami harapkan laporan kami nanti bisa ditindaklanjuti pihak berwenang untuk menindak tegas pelakunya," katanya.

Sebelumnya, Ketua Komisi C, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Karawang, Elivia Khrissiana, sempat mengatakan, pencemaran Sungai Cilamaya dan Bendungan Barugbug tidak pernah ditangani secara serius oleh aparat berwenang. Akibatnya, pencemaran limbah B3 itu terus berlangsung hingga belasan tahun.

Elivia mengatakan selama itu pula masyarakat yang tinggal di sekitar Bendungan Barugbug dan sepanjang bantaran Sungai Cilamaya menderita. Mereka harus menghirup aroma tidak sedap yang muncul dari air yang tercemar limbah.

Bahkan, tidak sedikit warga masyarakat yang menderita gatal-gatal setelah terkena air sungai. Lahan pertanian pun menjadi gersang karena terkena air limbah yang mengalir melalui Sungai Cilamaya itu.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8869 seconds (0.1#10.140)