Dinkes Madina Selidiki Penyebab Bayi Bermata Satu
A
A
A
MADINA - Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal (Madina) masih mencari penyebab lahirnya bayi perempuan bermata satu di RSUD Panyabungan. Anak kelima dari pasangan suami istri Tatang dan Suriyanti tersebut hanya bertahan hidup selama tujuh jam.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Madina, Syarifuddin mengatakan, saat melihat langsung kondisi anak tersebut di RSUD Panyabungan bayi yang memiliki berat 24 gram itu hanya memiliki satu mata dan mulut saja sementara hidungnya tidak ada.
"Kejadian seperti ini tergolong langka, dan ini merupakan kasus ke-7 yang terjadi di seluruh dunia. Sebelum kejadian di Panyabungan ini (Indonesia), kasus yang sama terakhir pernah terjadi di negara Mesir," kata Syarifuddin pada Kais (13/9/2018).
Penyebab kejadian ini masih belum diketahui secara pasti. Hanya, menurut dokter bisa saja karena obat-obatan atau juga akibat Mercury. Di mana kabupaten Madina adalah wilayah pertambangan emas masyarakat yang begitu merajalela.( Baca: Bertahan Hidup 7 Jam, Bayi Bermata 1 Meninggal Dunia di Madina )
"Jika dikaitkan dengan pekerjaan ayah sang bayi sebagai penambang, ataupun juga karena virus rubella. Kita masih kesulitan mendapat informasi karena keluarganya masih tertutup," ucapnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Madina, Syarifuddin mengatakan, saat melihat langsung kondisi anak tersebut di RSUD Panyabungan bayi yang memiliki berat 24 gram itu hanya memiliki satu mata dan mulut saja sementara hidungnya tidak ada.
"Kejadian seperti ini tergolong langka, dan ini merupakan kasus ke-7 yang terjadi di seluruh dunia. Sebelum kejadian di Panyabungan ini (Indonesia), kasus yang sama terakhir pernah terjadi di negara Mesir," kata Syarifuddin pada Kais (13/9/2018).
Penyebab kejadian ini masih belum diketahui secara pasti. Hanya, menurut dokter bisa saja karena obat-obatan atau juga akibat Mercury. Di mana kabupaten Madina adalah wilayah pertambangan emas masyarakat yang begitu merajalela.( Baca: Bertahan Hidup 7 Jam, Bayi Bermata 1 Meninggal Dunia di Madina )
"Jika dikaitkan dengan pekerjaan ayah sang bayi sebagai penambang, ataupun juga karena virus rubella. Kita masih kesulitan mendapat informasi karena keluarganya masih tertutup," ucapnya.
(whb)