Melihat Kekhidmatan Kirab Malam 1 Sura Keraton Solo
A
A
A
SOLO - Kirab malam 1 Sura di Keraton Kasunanan Surakarta atau Keraton Solo berlangsung khidmat, Rabu (12/9) dini hari. Tujuh kerbau bule keturunan Kiai Slamet menjadi cucuk lampah atau pembuka kirab yang dimulai sekitar pukul 24.00 WIB.
Persiapan kirab dimulai sejak Selasa (11/9) malam ketika ratusan abdi dalem Keraton Solo mulai berdatangan. Mereka berasal dari wilayah Solo dan sekitarnya, serta berbagai daerah di Jawa Tengah. "Kirab 1 Sura di Keraton Kasunanan Surakarta sudah identik dengan hadirnya kerbau bule. Kerbau bule menjadi cucuk lampah atau pembuka kirab," kata Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta KGPH Dipokusumo, Rabu (12/9/2018).
Prosesi diawali ketika abdi dalem membawa sesaji dan membakar dupa di depan pintu gerbang utama Keraton Solo. Sesaat setelah itu, abdi dalem lainnya menyiapkan makanan dan minum untuk tujuh kerbau bule keturunan Kiai Slamet. Doa-doa lalu dipanjatkan di depan pelataran gerbang keraton sebelum kirab dimulai. Sekitar pukul 23.00 WIB, tujuh ekor kerbau bule keturunan Kiai Slamet tiba.
Kerbau kerbau milik keraton itu dipasangi untaian bunga, serta memakan makanan dan minuman yang sebelumnya telah disiapkan. Menjelang pergantian hari pukul 24.00 WIB, kirab dimulai. Selain tujuh kerbau bule, 19 pusaka keraton dalam kesempatan itu juga turut dikirab.
Prosesi kirab diikuti sekitar 800 abdi dalem keraton, dan seluruh peserta kirab berjalan kaki. Mereka sebagian membawa obor dan lentera dalam prosesi itu. Sementara, rute yang dilewati dimulai dari Keraton Solo menuju supit urang.
Setelah itu berjalan menuju Gladak-Jalan Mayor Kusmanto-Jalan Kapten Mulyadi-Jalan Veteran-Jalan Yos Sudarso-Jalan Slamet Riyadi kemudian kembali ke dalam keraton. Prosesi perjalanan kirab berlangsung sekitar dua jam. "Kirab malam 1 Sura mengacu kalender Jawa yang diciptakan Sunuhun Sultan Agung," lanjut Dipokusumo. Yakni sistem tahun Hijriyah dan tahun Saka dijadikan satu.
Untuk tahun ini, malam 1 Sura jatuh pada 11 September atau Selasa Wage. Sehingga kirab kegiatan kirab berlangsung sejak Selasa malam hingga Rabu dini hari. Berbeda dengan penanggalan nasional, malam 1 Sura jatuh pada Senin malam atau sehari sebelumnya. "Sistem kalender Jawa kadang sama sesuai dengan hijriyah, tapi kadang juga selisih satu hari," urainya.
Tabita Putri (21), Warga Semarang mengaku sengaja datang untuk melihat langsung kirab malam 1 Sura di Keraton Solo. Dirinya merasa penasaran karena merupakan salah satu budaya Jawa yang cukup terkenal. "Kirabnya bagus dan patut untuk dilestarikan," ucap Tabita.
Persiapan kirab dimulai sejak Selasa (11/9) malam ketika ratusan abdi dalem Keraton Solo mulai berdatangan. Mereka berasal dari wilayah Solo dan sekitarnya, serta berbagai daerah di Jawa Tengah. "Kirab 1 Sura di Keraton Kasunanan Surakarta sudah identik dengan hadirnya kerbau bule. Kerbau bule menjadi cucuk lampah atau pembuka kirab," kata Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta KGPH Dipokusumo, Rabu (12/9/2018).
Prosesi diawali ketika abdi dalem membawa sesaji dan membakar dupa di depan pintu gerbang utama Keraton Solo. Sesaat setelah itu, abdi dalem lainnya menyiapkan makanan dan minum untuk tujuh kerbau bule keturunan Kiai Slamet. Doa-doa lalu dipanjatkan di depan pelataran gerbang keraton sebelum kirab dimulai. Sekitar pukul 23.00 WIB, tujuh ekor kerbau bule keturunan Kiai Slamet tiba.
Kerbau kerbau milik keraton itu dipasangi untaian bunga, serta memakan makanan dan minuman yang sebelumnya telah disiapkan. Menjelang pergantian hari pukul 24.00 WIB, kirab dimulai. Selain tujuh kerbau bule, 19 pusaka keraton dalam kesempatan itu juga turut dikirab.
Prosesi kirab diikuti sekitar 800 abdi dalem keraton, dan seluruh peserta kirab berjalan kaki. Mereka sebagian membawa obor dan lentera dalam prosesi itu. Sementara, rute yang dilewati dimulai dari Keraton Solo menuju supit urang.
Setelah itu berjalan menuju Gladak-Jalan Mayor Kusmanto-Jalan Kapten Mulyadi-Jalan Veteran-Jalan Yos Sudarso-Jalan Slamet Riyadi kemudian kembali ke dalam keraton. Prosesi perjalanan kirab berlangsung sekitar dua jam. "Kirab malam 1 Sura mengacu kalender Jawa yang diciptakan Sunuhun Sultan Agung," lanjut Dipokusumo. Yakni sistem tahun Hijriyah dan tahun Saka dijadikan satu.
Untuk tahun ini, malam 1 Sura jatuh pada 11 September atau Selasa Wage. Sehingga kirab kegiatan kirab berlangsung sejak Selasa malam hingga Rabu dini hari. Berbeda dengan penanggalan nasional, malam 1 Sura jatuh pada Senin malam atau sehari sebelumnya. "Sistem kalender Jawa kadang sama sesuai dengan hijriyah, tapi kadang juga selisih satu hari," urainya.
Tabita Putri (21), Warga Semarang mengaku sengaja datang untuk melihat langsung kirab malam 1 Sura di Keraton Solo. Dirinya merasa penasaran karena merupakan salah satu budaya Jawa yang cukup terkenal. "Kirabnya bagus dan patut untuk dilestarikan," ucap Tabita.
(amm)