USU dan Pemkab Tapsel Dorong Percepatan PLTA Batangtoru
A
A
A
MEDAN - Universitas Sumatera Utara (USU), PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) dan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), menyepakati kerja sama untuk mendorong percepatan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru, Sumatera Utara.
Kerja sama itu ditandai dengan penandatangan MoU oleh Rektor USU Prof Runtung, Direktur PT NSHE Sarimuddin Siregar dan Bupati Tapsel Syahrul M Pasaribu di Medan, Senin (10/9/2018). ”Kami menyambut baik MoU ini karena membuktikan bahwa PT NSHE melibatkan perguruan tinggi (PT) untuk mensukseskan pembangunan PLTA sebagai bagian dari energi baru terbarukan yang ramah lingkungan,” ujar Runtung.
Runtung menjelaskan, hydro power yang ramah lingkungan ini segera dapat terwujud dan diharapkan menjadi penyangga energi listrik di Sumut. “Kehadiran perusahaan dinilai mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat,” tuturnya.
Runtung berharap, kehadiran PLTA ini kekayaan keanekaragaman Hayati seperti Pongo Tapanuliensis (Orangutan Tapanuli) dan Ekosistem Batangtoru semakin terjaga dengan baik. Dia meminta para dekan yang hadir untuk menindaklanjuti MoU ini dengan PT NSHE maupun pihak terkait.
Bupati Tapsel Syahrul M Pasaribu mengatakan, PLTA Batangtoru yang dibangun oleh PT NSHE lokasinya 100% berada di areal penggunaan lain (APL). Proyek strategis nasional berkapasitas 510 MW nantinya bisa menjawab kebutuhan listrik di Sumut. Dia pun meminta pihak perusahaan membuka akses jalan dan fasilitas lainnya di lokasi proyek.
Direktur PT NSHE Sarimuddin Siregar mengatakan, kolaborasi ini semakin memperkuat upaya bersama meningkatkan potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam di kawasan Batangtoru. PLTA Batangtoru termasuk infrastruktur strategis ketenagalistrikan nasional sebagai bagian integral dari Program 35.000 Mega Watt (MW) Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Untuk diketahui, PT NSHE membangun PLTA Batangtoru dengan teknologi canggih yang didesain irit lahan dengan hanya memanfaatkan badan sungai seluas 24 Hektare (Ha). Ditambah lahan tambahan di lereng yang sangat curam seluas 66 Ha sebagai kolam harian untuk menampung air. Air kolam harian itu akan dicurahkan melalui terowongan bawah tanah menggerakkan turbin yang menghasilkan tenaga listrik sebesar 510 MW.
Dari izin lokasi seluas 6.500 Ha yang diberikan untuk keperluan survei dan studi lapangan, PLTA Batangtoru ternyata hanya memerlukan lahan seluas 122 Hektare untuk tapak bangunan dan genangan air. Berdasarkan kajian itu, PLTA Batang Toru membebaskan lahan seluas 650 Hektare dan hanya akan membuka lahan sesuai keperluan fasilitas yang dibutuhkan dengan selalu mengedepankan prinsip kelestarian lingkungan.
PLTA Batangtoru sangat efisien dalam penggunaan lahan jika dibandingkan dengan Waduk Jatiluhur di Jawa Barat yang membutuhkan lahan penampung air seluas 8.300 Ha untuk membangkitkan tenaga listrik berkapasitas 158 MW. Saat beroperasi tahun 2022, PLTA Batangtoru akan menyerap emisi karbon sebesar 1,6 juta ton dan menghemat belanja solar PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebesar Rp5,4 triliun per tahun.
Kerja sama itu ditandai dengan penandatangan MoU oleh Rektor USU Prof Runtung, Direktur PT NSHE Sarimuddin Siregar dan Bupati Tapsel Syahrul M Pasaribu di Medan, Senin (10/9/2018). ”Kami menyambut baik MoU ini karena membuktikan bahwa PT NSHE melibatkan perguruan tinggi (PT) untuk mensukseskan pembangunan PLTA sebagai bagian dari energi baru terbarukan yang ramah lingkungan,” ujar Runtung.
Runtung menjelaskan, hydro power yang ramah lingkungan ini segera dapat terwujud dan diharapkan menjadi penyangga energi listrik di Sumut. “Kehadiran perusahaan dinilai mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat,” tuturnya.
Runtung berharap, kehadiran PLTA ini kekayaan keanekaragaman Hayati seperti Pongo Tapanuliensis (Orangutan Tapanuli) dan Ekosistem Batangtoru semakin terjaga dengan baik. Dia meminta para dekan yang hadir untuk menindaklanjuti MoU ini dengan PT NSHE maupun pihak terkait.
Bupati Tapsel Syahrul M Pasaribu mengatakan, PLTA Batangtoru yang dibangun oleh PT NSHE lokasinya 100% berada di areal penggunaan lain (APL). Proyek strategis nasional berkapasitas 510 MW nantinya bisa menjawab kebutuhan listrik di Sumut. Dia pun meminta pihak perusahaan membuka akses jalan dan fasilitas lainnya di lokasi proyek.
Direktur PT NSHE Sarimuddin Siregar mengatakan, kolaborasi ini semakin memperkuat upaya bersama meningkatkan potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam di kawasan Batangtoru. PLTA Batangtoru termasuk infrastruktur strategis ketenagalistrikan nasional sebagai bagian integral dari Program 35.000 Mega Watt (MW) Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Untuk diketahui, PT NSHE membangun PLTA Batangtoru dengan teknologi canggih yang didesain irit lahan dengan hanya memanfaatkan badan sungai seluas 24 Hektare (Ha). Ditambah lahan tambahan di lereng yang sangat curam seluas 66 Ha sebagai kolam harian untuk menampung air. Air kolam harian itu akan dicurahkan melalui terowongan bawah tanah menggerakkan turbin yang menghasilkan tenaga listrik sebesar 510 MW.
Dari izin lokasi seluas 6.500 Ha yang diberikan untuk keperluan survei dan studi lapangan, PLTA Batangtoru ternyata hanya memerlukan lahan seluas 122 Hektare untuk tapak bangunan dan genangan air. Berdasarkan kajian itu, PLTA Batang Toru membebaskan lahan seluas 650 Hektare dan hanya akan membuka lahan sesuai keperluan fasilitas yang dibutuhkan dengan selalu mengedepankan prinsip kelestarian lingkungan.
PLTA Batangtoru sangat efisien dalam penggunaan lahan jika dibandingkan dengan Waduk Jatiluhur di Jawa Barat yang membutuhkan lahan penampung air seluas 8.300 Ha untuk membangkitkan tenaga listrik berkapasitas 158 MW. Saat beroperasi tahun 2022, PLTA Batangtoru akan menyerap emisi karbon sebesar 1,6 juta ton dan menghemat belanja solar PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebesar Rp5,4 triliun per tahun.
(rhs)