Pemkot Bandung Sediakan 100 Street Library di Jalur Pedistrian
A
A
A
BANDUNG - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menghadirkan Street Library, sebuah inovasi perpustakaan mini yang ditempatkan di jalur-jalur pedestrian Kota Bandung.
Street Library hadir agar lebih mendekatkan masyarakat pada buku. Inovasi ini menjadi langkah Kota Bandung sebagai upaya meningkatkan literasi di Indonesia.
“Saya sebagai pemimpin daerah khawatir dengan kualitas SDM Indonesia yang tidak suka baca, tingkat literasinya rendah. Kemudian hobinya baca hp berjam-jam, bahkan baca berita saja menurut teori hanya 20 detik kesanggupan psikologisnya,” ujar Wali Kota Bandung M. Ridwan Kamil di Pendopo Kota Bandung, Minggu (2/9/2018).
Menurut Ridwan Kamil, kualitas literasi yang rendah dapat berdampak buruk pada situasi sosial masyarakat dan kualitas sumber daya manusia. “Generasi yang tidak suka membaca mudah diadu domba dan kalah berkompetisi,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Pemkot Bandung melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas literasi warga. Pemerintah selalu mengajak warganya untuk semakin mencintai buku.
“Maka membuat perpustakaan keren yang di dekat Disdukcapil (kantor Perpustakaan dan Arsip) sudah, bikin microlibrary di kelurahan sudah. Sekarang membudayakan supaya ruang kota menjadi nyaman dengan menyebar 100 street library,” lanjut pria yang akrab disapa Emil itu.
Street Library itu berupa lemari kayu yang desainnya menyerupai Bandros khas Kota Bandung. Penempatannya tersebar di wilayah pusat kota. “Sementara tahap I akan disebar di daerah yang ada kursi duduknya. Berarti di Jalan Riau, Dago, Asia Afrika, dan sebagainya. Sampai akhirnya ini jadi budaya dan memberi kebermanfaatan,” katanya.
Sementara itu, program ini akan dikelola bekerja sama dengan komunitas mengaktivasi Street Library. Sehingga masyarakat bisa memanfaatkan dan merasakan dampak positifnya. “Ada relawannya yang mengatur, mengedukasi dan membuat akhirnya budaya baca jadi budaya orang Bandung. Ada ribuan buku sebagian dari perpustakaan Bandung dan masyarakat,” tutur Emil.
Perpustakaan mini ini akan dikelola dengan sistem community swap. Hal ini membuat siapa pun dapat meminjam dan menyumbangkan buku di dalam Street Library. “Siapa pun yang punya buku nggak dipakai boleh drop atau minjam buku juga,” ujar Emil.
Street Library hadir agar lebih mendekatkan masyarakat pada buku. Inovasi ini menjadi langkah Kota Bandung sebagai upaya meningkatkan literasi di Indonesia.
“Saya sebagai pemimpin daerah khawatir dengan kualitas SDM Indonesia yang tidak suka baca, tingkat literasinya rendah. Kemudian hobinya baca hp berjam-jam, bahkan baca berita saja menurut teori hanya 20 detik kesanggupan psikologisnya,” ujar Wali Kota Bandung M. Ridwan Kamil di Pendopo Kota Bandung, Minggu (2/9/2018).
Menurut Ridwan Kamil, kualitas literasi yang rendah dapat berdampak buruk pada situasi sosial masyarakat dan kualitas sumber daya manusia. “Generasi yang tidak suka membaca mudah diadu domba dan kalah berkompetisi,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Pemkot Bandung melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas literasi warga. Pemerintah selalu mengajak warganya untuk semakin mencintai buku.
“Maka membuat perpustakaan keren yang di dekat Disdukcapil (kantor Perpustakaan dan Arsip) sudah, bikin microlibrary di kelurahan sudah. Sekarang membudayakan supaya ruang kota menjadi nyaman dengan menyebar 100 street library,” lanjut pria yang akrab disapa Emil itu.
Street Library itu berupa lemari kayu yang desainnya menyerupai Bandros khas Kota Bandung. Penempatannya tersebar di wilayah pusat kota. “Sementara tahap I akan disebar di daerah yang ada kursi duduknya. Berarti di Jalan Riau, Dago, Asia Afrika, dan sebagainya. Sampai akhirnya ini jadi budaya dan memberi kebermanfaatan,” katanya.
Sementara itu, program ini akan dikelola bekerja sama dengan komunitas mengaktivasi Street Library. Sehingga masyarakat bisa memanfaatkan dan merasakan dampak positifnya. “Ada relawannya yang mengatur, mengedukasi dan membuat akhirnya budaya baca jadi budaya orang Bandung. Ada ribuan buku sebagian dari perpustakaan Bandung dan masyarakat,” tutur Emil.
Perpustakaan mini ini akan dikelola dengan sistem community swap. Hal ini membuat siapa pun dapat meminjam dan menyumbangkan buku di dalam Street Library. “Siapa pun yang punya buku nggak dipakai boleh drop atau minjam buku juga,” ujar Emil.
(wib)