661.000 Warga Banten Tergolong Miskin
A
A
A
SERANG - Jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten mencapai 661,36 ribu orang atau berkurang berkurang sebanyak 38,47 ribu orang dibandingkan dengan kondisi September 2017 yang sebesar 699,83 ribu orang.
"Dalam kurun waktu enam bulan terjadi penurunan sebesar 0,35 poin. Persentase penduduk miskin baik di daerah perkotaan maupun perdesaan mengalami penurunan," kata Kepala BPS Banten Agoes Soebeno, Selasa (17/7/2018).
Berdasarkan data dari BPS Banten, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2017 sebesar 4,69 persen turun menjadi 4,38 persen pada Maret 2018. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada September 2017 sebesar 7,81 persen turun menjadi 7,33 persen pada Maret 2018.
Pada bulan Maret 2018, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Banten mencapai 661,36 ribu orang (5,24 persen).
Selama periode September 2017-Maret 2018, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 21,87 ribu orang (dari 415,67 ribu orang pada September 2017 menjadi 393,80 ribu orang pada Maret 2018).
Sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 16,61 ribu orang (dari 284,16 ribu orang pada September 2017 menjadi 267,55 ribu orang pada Maret 2018).
Dia menjelaskan, peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
Sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan pada Maret 2018 tercatat sebesar 71,66 persen. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi September 2017 yaitu sebesar 70,92 persen.
"Jenis komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan Maret 2018 di perkotaan maupun di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, kopi bubuk dan kopi instan (sachet) serta roti," jelasnya.
Sedangkan komoditi non makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan di perkotaan maupun perdesaan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.
"Dalam kurun waktu enam bulan terjadi penurunan sebesar 0,35 poin. Persentase penduduk miskin baik di daerah perkotaan maupun perdesaan mengalami penurunan," kata Kepala BPS Banten Agoes Soebeno, Selasa (17/7/2018).
Berdasarkan data dari BPS Banten, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2017 sebesar 4,69 persen turun menjadi 4,38 persen pada Maret 2018. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada September 2017 sebesar 7,81 persen turun menjadi 7,33 persen pada Maret 2018.
Pada bulan Maret 2018, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Banten mencapai 661,36 ribu orang (5,24 persen).
Selama periode September 2017-Maret 2018, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 21,87 ribu orang (dari 415,67 ribu orang pada September 2017 menjadi 393,80 ribu orang pada Maret 2018).
Sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 16,61 ribu orang (dari 284,16 ribu orang pada September 2017 menjadi 267,55 ribu orang pada Maret 2018).
Dia menjelaskan, peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
Sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan pada Maret 2018 tercatat sebesar 71,66 persen. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi September 2017 yaitu sebesar 70,92 persen.
"Jenis komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan Maret 2018 di perkotaan maupun di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, kopi bubuk dan kopi instan (sachet) serta roti," jelasnya.
Sedangkan komoditi non makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan di perkotaan maupun perdesaan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.
(rhs)