Highway Pajajaran, 'Jalan Tol' Tempo Doeloe

Sabtu, 14 Juli 2018 - 05:00 WIB
Highway Pajajaran, Jalan Tol Tempo Doeloe
Highway Pajajaran, 'Jalan Tol' Tempo Doeloe
A A A
Jalan bebas hambatan atau sekarang dikenal dengan jalan tol ternyata sudah dikenal masyarakat di Tatar Pasundan sejak berabad-abad lalu. Fungsi utama jalan tersebut memiliki kesamaan, mempercepat perjalanan.

Jalan tol tempo doeloe itu tersebut diduga sudah ada sejak zaman Kerajaan Sunda di bawah kekuasaan Prabu Wretakendayun. Jalan tol yang disebut Highway Pajajaran itu menghubungkan Kawali (Ciamis)-Pakuan (Bogor).

Daerah yang dilalui jalan tol itu mulai dari Kawali-Karang Sambung-Tomo-Kutamaya-Cisalak-Sagalaherang-Wanayasa-Kembang Kuning-Cikao-Tanjungpura-Cibarusah-Warung Gede-Cileungsi hingga Pakuan. Dan, sepenggal sisa jalannya masih ada sampai sekarang, nyaris tanpa perubahan.

Menurut RA Sumarsana, juru kunci Situs Karang Kamulyan Ciamis, rute Highway Pajajaran tersebut antara lain dari Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, jalan tersebut belok ke utara melalui Rancadarah (lewat Situ Wanayasa) terus sampai daerah Simpang. Dari sana berbelok ke Cigedogan, lalu menyeberangi Sungai Cikao ke Kembang Kuning, dan seterusnya.

Jadi, anggapan bahwa jalan lama itu memutar ke arah Bojong, lalu di Cikeris berbelok ke Sindangpanon, sulit diterima. Karena, jalan ke arah Bojong awalnya merupakan jalan kontrak, yang dibuat untuk kepentingan perkebunan teh, sama halnya dengan jalan Sindangpanon ke Pondoksalam.

Sejarawan Wanayasa, Budi Rahayu Tamsah mengungkapkan, anggapan bahwa jalan Highway Pajajaran itu melalui Gandasoli yang keluar dari Galian, tidak masuk akal. "Jika jalan tersebut yang dipergunakan, maka pusat Kota Wanayasa tidak akan berada di tempatnya yang sekarang, tapi di jalur jalan antara Babakan-Gandasoli. Logikanya, jalan Highway Pajajaran itu, ya jalan yang dekat ke Gudang Kopi dan melalui Alun-alun Wanayasa," ungkap Budi.

Menurut dia, kopi ditanam di Priangan, termasuk di Wanayasa pada awal abad ke-18. Kopi mulai ditanam di Priangan tahun 1707, ditanam secara besar-besaran sepuluh tahun kemudian. Gudang kopi di Wanayasa diperkirakan dibangun pada pertengahan abad ke-18, setelah tanaman kopi dipanen dan menampakkan hasilnya yang menggembirakan VOC.

Budi pun menyitir tulisan Haryoto Koento dalam bukunya Wajah Bandung Tempo Doeloe. Di situ dijelaskan jalan yang menyusuri Sungai Cikapundung (Kota Bandung sekarang), mulai dari Alun-alun-Jalan Braga-Coblong-Dago hingga ke Maribaya, pada abad ke-17 bernama Jalan Wanayasa. Dari Maribaya berbelok ke utara, melewati jalan lama Cupunagara, Sanca, yang tembus ke Cisalak. Dari sana orang bisa memilih ke selatan menuju Sumedang dan ke barat menuju Wanayasa.

Jalur jalan yang sama juga dipergunakan oleh orang Bandung ketika mengangkuti material pembangunan gedung-gedung pemerintah, ketika ada wacana memindahkan ibu kota Pemerintah Hindia Belanda ke Bandung sekitar akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Material-material itu dibawa dari Batavia dengan kapal ke Pelabuhan Cikao, kemudian diangkut dengan pedati kerbau ke Bandung melalui jalur Highway Pajajaran. Banyak orang Bandung yang harus mondok-moek (bermalam), bahkan bermukim di Cikao, sehingga sejak itu namanya menjadi Cikaobandung.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5220 seconds (0.1#10.140)
pixels