Serangan Fajar, Sembako dan Uang Paling Ditunggu
A
A
A
SURABAYA - Jelang pelaksanaan Pilgub Jawa Timur (Jatim), para pemilih masih berharap adanya ‘serangan fajar’. Dalam momentum itu, komoditas berupa sembako dan uang menempati urutan teratas yang diharapkan oleh masyarakat di Jatim.
Dari survei yang dilakukan Surabaya Survey center (SSC) menunjukkan fakta kalau sejauh ini dalam Pilgub Jatim sembako dan uang masih menjadi pemberian yang paling diharapkan para pemilih. Namun, sebagian besar pemilih masih belum banyak yang menjawab.
Pemberian yang diharapkan tersebut antara lain meliputi sembako 17%, uang sebesar 15,1%, pembangunan fasilitas umum sebanyak 12,1%, pupuk sebesar 4,3%, kaos sebanyak 2,9%, lainnya 2%, tidak tahu dan tidak menjawab sebanyak 46,6%.
“Masyarakat kita sesungguhnya ada kecenderungan untuk menyimpan permintaan dan tidak meminta secara vulgar segala bentuk pemberian,” ujar Peneliti SSC Edy Marzuki, Selasa (26/6/2018).
Ia melanjutkan, kondisi itu memang sama dengan filosofi masyarakat Jawa yang pemalu dan merasa terhormat jika bisa memberi. Dalam konteks politik barangkali karena tekanan ekonomi yang terbelit di masyarakat, sehingga pilihan itu jatuh pada sembako dan uang.
Survei dengan metode multistage random sampling ini dilakukan pada 4-13 Juni 2018 di 38 kabupaten/kota di Jatim. Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka dengan margin of error +/-3%, level of confidence 95% dan jumlah sampel 1.070 responden. Sebagai bentuk kendali mutu, survei ini di lengkapi dengan spot check, callback hingga intensive control.
Dari survei yang dilakukan Surabaya Survey center (SSC) menunjukkan fakta kalau sejauh ini dalam Pilgub Jatim sembako dan uang masih menjadi pemberian yang paling diharapkan para pemilih. Namun, sebagian besar pemilih masih belum banyak yang menjawab.
Pemberian yang diharapkan tersebut antara lain meliputi sembako 17%, uang sebesar 15,1%, pembangunan fasilitas umum sebanyak 12,1%, pupuk sebesar 4,3%, kaos sebanyak 2,9%, lainnya 2%, tidak tahu dan tidak menjawab sebanyak 46,6%.
“Masyarakat kita sesungguhnya ada kecenderungan untuk menyimpan permintaan dan tidak meminta secara vulgar segala bentuk pemberian,” ujar Peneliti SSC Edy Marzuki, Selasa (26/6/2018).
Ia melanjutkan, kondisi itu memang sama dengan filosofi masyarakat Jawa yang pemalu dan merasa terhormat jika bisa memberi. Dalam konteks politik barangkali karena tekanan ekonomi yang terbelit di masyarakat, sehingga pilihan itu jatuh pada sembako dan uang.
Survei dengan metode multistage random sampling ini dilakukan pada 4-13 Juni 2018 di 38 kabupaten/kota di Jatim. Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka dengan margin of error +/-3%, level of confidence 95% dan jumlah sampel 1.070 responden. Sebagai bentuk kendali mutu, survei ini di lengkapi dengan spot check, callback hingga intensive control.
(rhs)